majalahsora.com, Kota Bandung – Kepala SMKN 4 Bandung, Agus Setiawan menyambut baik wacana Gubernur Jawa Barat (Jabar) terpilih, Dedi Mulyadi yang akan menyiapkan tim administrasi khusus untuk pengelolaan dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS).
Dikatakan Agus, kepala sekolah idealnya fokus melayani siswa supaya menghasilkan anak didik yang bermutu.
“Artinya waktu dihabiskan untuk melayani peserta didik, memang betul idealnya kan begitu,” kata Agus, Jum’at (7/2/2025).
Namun, kata Agus, tata kelola administrasi apalagi dana BOS, kebijakannya ada di pemerintah pusat.
“Jadi, kalau misalnya ada konsep dari KDM (Kang Dedi Mulyadi) itu adalah seperti demikian, kami menyambut baik sebetulnya. Cuma persoalannya mungkin regulasi, karena BOS itu adalah tataran kebijakan pusat bukan di daerah, kecuali BOPD itu adalah anggaran pemerintah daerah dan tentunya BOPD ini itu kewenangannya ada di Gubernur,” kata Agus.
Pada prinsipnya, kata Agus sekolah akan senang jika mendapatkan bantuan tim khusus untuk mengurus administrasi. Apalagi, masih banyak sekolah yang belum memiliki tim tersebut.
“Sekolah itu masih banyak juga kekurangan tenaga administrasi, di kami saja masih tenaga honorer, sementara untuk pengelolaan keuangan negara, apakah dimungkinkan tenaga honorer itu bisa,” kata Agus.
Sedangkan terkait studi tour, kata Agus, di SMK namanya adalah kunjungan industri (Kunjin), sebagai bagian dari pengenalan siswa sebelum melakukan magang.
“Karena di kurikulum merdeka yang berlaku khususnya untuk SMK, kalau misalnya ingin mengenal dunia kerja harus kunjungan ke lapangan, harus melihat,” jelasnya.
Adapun selama ini, kata Agus, pembiayaan kunjungan industri diserahkan kepada orangtua siswa masing-masing. Sebab, dana bantuan seperti BOS dan BOPD tidak dapat digunakan untuk kegiatan tersebut.
“Nah, kami pembiayaan itu serahkan ke orangtua, bagi yang mampu silakan ikuti, bagi yang tidak mampu, kami siapkan dari dana partisipasi masyarakat atau komite sekolah,” kata Agus.
Sementara itu, Wakasek Humas SMAN 3 Bandung, Ida Royani mengatakan bahwa pihak sekolah tidak pernah menjual baju seragam atau pun buku lembar kerja siswa (LKS).
“Tidak ada, seragam beli saja di Kosambi kan banyak,” kata Ida.
Sedangkan berkenaan dengan studi tour, kata Ida, SMAN 3 tidak pernah mengagendakan studi tour untuk para siswanya.
“Di kita itu bukan studi tour, tapi tour budaya dan sekolah itu tidak pernah menjadi penentu bahwa akan ada atau tidak, itu biasanya muncul dari program anak-anak OSIS,” katanya.
Semua kebutuhan tour budaya, kata Ida, dilakukan oleh siswa mulai dari menentukan vendor, membuat proposal dan melakukan presentasi kepada orangtua.
“Sekolah kan tidak ada kepentingannya, hanya mendampingi saja. Tidak ada urusan karena tidak ada kaitannya dengan ekstrak kurikuler dan sebagainya,” kata Ida. [SR]***