majalahsora.com, Kota Bandung– Setiap tanggal 14 Pebruari, ada kekhawatiran di lingkungan pendidikan, khususnya pelajar. Karena tanggal tersebut identik dengan perayaan hari kasih sayang yang merupakan tradisi barat.
Namun banyak yang salah kaprah menafsirkannya.
Khawatir mereka melakukan kegiatan yang di luar batas, bahkan melanggar norma agama dan budaya kita (pergaulan bebas).
Dewi Sartika Kadisdik Jabar dengan tanggap membuat surat edaran ke setiap Kantor Cabang Dinas Pendidikan wilayah I-XIII.
Isinya mengenai himbauan pelarangan perayaan hari valentine di kalangan pelajar. Baik di sekolah maupun di luar lingkungan sekolah.
Di samping itu meminta agar kepala cabang dinas pendidikan, kepala sekolah, pengawas, guru melakukan pengawasan terhadap siswanya. Suratnya pun ditembuskan ke Gubernur Jabar Ridwan Kamil, bupati, walikota, dinas pendidikan di 27 kabupaten/kota dan lainnya.
Yeni Kepala SMAN 3 Kota Bandung sangat setuju dengan apa yang dilakukan oleh Ike, sapaan akrab Kadisdik Jabar.
Alasannya karena hari Valentine itu bukan budaya dari Indonesia. Tidak semestinya siswa-siswi ataupun pelajar di Indonesia digiring untuk merayakan kegiatan Valentine Day.
Dirinya memiliki pemikiran yang sama dengan Kadisdik Jabar.
“Sudah semestinya anak-anak kita digiring untuk tidak merayakan kegiatan yang tidak semestinya,” kata Yeni Gantini, Kepala SMAN 3 Kota Bandung, Rabu (12/2/2020).
H. Aris Warya Purnama, Kepala SMAN 25 Kota Bandung (Poto)
“Apalagi kalau siswa-siswi dan pelajar sampai menghadiri kegiatan Valentine day di luar lingkungan sekolah, merayakan hari kasih sayang tetapi dengan perayaan yang tidak semestinya,” tegas Yeni.
Menurutnya kasih sayang itu tidak harus selalu menunggu tanggal 14 Februari namun setiap hari itu bisa dilakukan.
“Tentunya kasih sayang yang seutuhya, seperti kepada orangtua, adik, kakak, saudara, teman dan lainnya. Di Islam sudah diajarkan,” kata Yeni.
Apabila ada yang merayakan di luar lingkungan sekolah, di khawarirkan mereka pulang larut malam.
“Tidak semua orangtua bisa mengawasi kegiatan di suatu tempat, apalagi pulang pagi. Pokoknya jangan sampai memberikan peluang pada kegiatan yang tidak perlu,” imbuhnya.
Di SMAN 3 sendiri, pihaknya melalui Wakasek Kesiswaan sudah melakukan himbauan.
Ia pun menegaskan bahwa siswa-siswi SMAN 3 Kota Bandung tidak pernah ada perayaan itu.
“Alhamdulillah di kami kultur perayaan valentine day tidak ada. Malah cenderung biasa-biasa saja,” kata Yeni yang sudah memimpin SMAN 3 Bandung selama dua tahun.
Senada dengan Yeni, Warya Aris Kepala SMAN 25 Kota Bandung pun sangat mengapresiasi himbauan Kasdisdik Jabar.
Valentine day menurutnya kegiatan yang sudah mendunia, namun bukan ciri khas bangsa Indonesia.
Pihaknya mengarahkan siswa-siswinya agar tidak terjebak pada perayaan itu. Apalagi banyak yang salah kaprah.
“Kasih sayang bisa kapan saja tidak disakralkan di tanggal itu. Kami sudah memberikan pemahaman-pemahaman kepada siswa kami mengenai perayaan valentine yang bertentangan dengan norma agama dan budaya Indonesia. Apalagi umat Islam yang tidak memiliki budaya itu,” kata Abah Aris panggilan akrabnya di kantornya, Rabu (12/2/2020).
“Di SMAN 25 sendiri akan dilaksanakan kegiatan Flower Day, penanaman 1000 tanaman di sekitar areal sekolah,” imbuhnya. [SR]***