majalahsora.com, Kota Bandung – Kepercayaan masyarakat terhadap Universitas Widyatama (UTama) Kota Bandung dari tahun ke tahun semakin meningkat. Salah satunya dilihat dari hadirnya Program Studi (Prodi) baru, Prodi S-1 Perdagangan Internasional.
Ketua Yayasan Widyatama, Djoko S. Roespinoedji, S.E., PG., DIP., menerima langsung surat salinan Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Nomor 779/M/2020), dari Prof. Dr. H. Uman Suherman, M. Pd., Kepala Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (LLDIKTI) Wilayah IV, Jabar dan Banten, di Kantor Yayasan Widyatama, Jalan Cikutra No. 204-A.
“Pada hari ini saya menyerahkan izin operasional Program Studi Perdagangan Internasional. Baru satu-satunya ada di LLDIKTI Wilayah IV Jabar Banten. Ini suatu kebanggan juga bagi kami,” kata Prof. H. Uman, usai kegiatan penyerahan surat tersebut, Jum’at (4/9/2020).
“Saya mengapresiasinya (Yayasan Widyatama), karena program tersebut merupakan ancang-ancang untuk bersaing di dunia internasional (perdagangan). Tentu bukan hanya pengantar bahasa internasional saja yang harus dikuasi, tetapi juga perlu dikemas kompetensinya agar bisa berdaya saing di dunia internasional (termasuk dengan pihak-pihak/perusahaan “kelas” dunia). Yang nantinya mereka akan menggunakan tenaga kerja dari Universitas Widyatama atau lulusannya bisa berkiprah di dunia internasional,” imbuhnya.
Kanan ke kiri: Prof. Dr. H. Obsatar Sinaga, S. IP., M. Si., Rektor Universitas Widyatama, Ketua Yayasan Widyatama, Djoko S. Roespinoedji, S.E., PG., DIP., & Prof. Dr. H. Uman Suherman, M. Pd., Kepala Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (LLDIKTI) Wilayah IV
Ia pun menjelaskan pihaknya hanya memfasilitasi, agar mutu Prodi Perdagangan Internasional Universitas Widyatama sesuai sebagaimana yang ditetapkan. Terlebih menurut Prof. H. Uman baru-baru ini (18 Agustus 2020) UTama menduduki peringkat 57 perguruan terbaik negeri/swasta di Indonesia.
Di Universitas Widyatama sendiri kini ada 21 program studi (termasuk Prodi baru), 18 jenjang S-1, D-4, D-3 ditambah tiga jenjang magister & profesi. Rencananya tanggal 21 September 2020, akan dimulai pembelajaran tahun akademik 2020-2021.
Namun tetap mengacu kepada protokol kesehatan, perkuliahannya dilakukan secara daring.
Di samping itu dirinya pun mendukung akan hadirnya enam Guru Besar/Profesor baru di Universitas yang dipimpin oleh Prof. Dr. H. Obsatar Sinaga., S. IP., M. Si.
“Saya selalu mendukung, bukan mempermudah. Tapi selalu mendorong bagaimana terciptanya Guru Besar yang ada di Widyatama, karena bagi kami kampus yang sudah sempurna yaitu yang jenjang S-1 diajar oleh S-2, jenjang S-2 oleh S-3 dan S-3 diajar oleh Guru Besar,” katanya.
Ia juga mendukung Universitas Widyatama agar ke depan di setiap Prodinya memiliki Guru Besar.
Menurutnya LLDIKTI Wilayah IV pun, di tahun 2020 menargetkan 30 Guru Besar.
Saat menyerahkan surat izin beroperasinya Prodi Perdagangan Internasional kepada Rektor Universitas Widyatama, didampingi para Wakil Rektor UTama
“Dari tahun 2017-2020 ini sudah ada 12 Profesor (baru) di LLDIKTI Wilayah IV, walau itu di luar target. Karena untuk menjadi Guru Besar itu tidak mudah tetapi tidak bisa dipandang sulit. Kalau dianggap sulit mungkin tidak akan pernah ada penambahan. Mudah-mudahan paling tidak di tahun 2020 ini ada 30 Profesor (baru) di LLDIKTI wilayah IV,” pungkasnya.
Sementara itu Djoko Roespinoedji mengatakan bahwa penyerahan SK program studi baru yang diantar langsung oleh Prof. H. Uman, Kepala LLDIKTI Wilayah IV, menunjukkan kepercayaan masyarakat kepada Widyatama semakin bertambah.
“Saya melihatnya seperti itu. Yayasan Widyatama tentu berkomitmen terhadap kemajuan dunia pendidikan di Bandung khususnya, Indonesia umumnya. Terlebih untuk mencerdaskan dan melahirkan generasi-generasi unggul yang bisa bersaing di dunia internasional,” kata Djoko.
“Dahulu Universitas Widyatama namanya Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Bandung (STIEB). Jurusan primadonanya akuntansi dan juga manajemen,” imbuhnya.
Seiring berjalannya waktu, menurut Djoko seluruh program studi menjadi lebih merata. Baik dari segi kualitas maupun lulusan.
Karena dunia industri itu, kata Djoko kini melihatnya lintas sektoral. Jadi tidak hanya lulusan akuntansi untuk akuntansi namun akuntansi dan sistem informasi perdagangan internasional dengan hubungan internasional, saling beririsan.
“Program studi yang ada di Widyatama, sebisa mungkin kumplit untuk menunjang program pemerintah, pada era revolusi industri 4.0. Disiplin ilmu harus bisa dimix. Itu merupakan salah satu yang kami tekankan, ingin menambah program-program studi baru yang bisa berinteraksi dengan program studi yang ada di Widyatama,” imbuhnya.
Turut hadir jajaran teras Yayasan Widyatama
Lebih lanjut ia mengatakan Prodi Perdagangan Internasional bisa menunjang ke dalam Prodi manajemen juga teknik industri.
“Makanya kami memilih program studi perdagangan internasional untuk masuk menjadi program studi yang ada di Widyatama. Total sekarang ada 21 Prodi. Termasuk Prodi baru seperti Perdagangan Internasional Produksi Film & TV serta Perpustakaan & Sains Informasi,” kata Djoko.
Sedangkan S-2 Teknik industri dan Program Doktoral Ilmu Manajemen dan Akuntansi, sedang dalam proses di tingkat kementerian. Rencananya tahun 2021 sudah keluar izinnya.
“Alhamdulillah semakin ke sini kepercayaan masyarakat terhadap kami Universitas Widyatama semakin meningkat. Begitu ada Prodi baru masyarakat melirik kami, satu bentuk apresiasi warga masyarakat khususnya warga Kota Bandung, di dalam interaksi dengan Universitas Widyatama,” paparnya.
Kini Yayasan Widyatama pun sedang mendorong enam calon guru besarnya
“Sebuah perguruan tinggi tentu harus didukung oleh para Guru Besarnya. Karena latar belakang saya seorang pebisnis. Maka harus memiliki SDM yang handal. SDM di sini di antaranya para dosen dengan kualitas yang baik termasuk jabatan fungsionalnya, jabatan akademisi seperti Guru Besar,” terang Djoko.
Oleh sebab itu Yayasan Widyatama mendukungnya, karena sejak beberapa tahun ke belakang dirinya dengan Prof. H. Obi sapaan akrab Rektor UTama memiliki program akselerasi jabatan fungsional melalui publikasi jurnal internasional.
“Seperti kita ketahui persoalan yang sama juga dihadapi oleh perguruan tinggi lainnya. Ketika membuat dan mempublikasikan jurnal internasional gampang-gampang sulit. Sehingga akselerasi SDM kami, terutama para dosen ketika naik jabatan fungsionalnya tidak ada hambatan. Karena jurnalnya sudah bisa dipenuhi,” kata Djoko.
“Harapan kami keenam calon Guru Besar dalam waktu dekat bisa terealisasi. Mereka umumnya memang murni alumni dari Widyatama (STIEB). Ini merupakan suatu kebanggaan,” pungkasnya. [SR]***