majalahsora.com, Kota Bandung – Kehati-hatian SMPN 49 Kota Bandung yang dinakhodai oleh Nita Hidawati dalam menyelenggrakan uji coba pembelajaran tatap muka terbatas bisa dicontoh oleh sekolah lain.
Di SMPN 49 Kota Bandung, selain sudah melengkapi sarana prasarana pendukung, seperti pengukur suhu tubuh, hand sanitizer, wastafel, alur keluar masuk siswa dan lainnya juga mengaplikasikan penggunaan absen barcode di sekolah.
Hal tersebut menjadi hal yang baru dan diyakini dapat memberikan rasa aman dan nyaman bagi siswa dan orangtua siswa.
Nita Hidawati mengungkapkan, disiplin protokol kesehatan di sekolah, seperti cek suhu tubuh, cuci tangan, memakai masker, tidak berkerumun, sudah biasa diterapkan, terlebih Pembelajaran tatap muka terbatas (PTMT) yang sudah berjalan.
Ia menjelaskan, metode absen barcode merupakan cara efektif untuk memberikan kenyamanan bagi orangtua, tatkala anaknya belajar di sekolah, juga rasa aman pihak sekolah, bahwa siswa didiknya sudah sampai di rumah dengan selamat dan sehat.
“Ada pola baru yang kita lakukan, siswa dan tamu harus mengisi barcode, saat masuk dan pulang sekolah, hingga sampai di rumah, karena dengan cara itu bisa memantau suhu siswa dan memastikan di sekolah aman terkendali,” kata Nita, di kantor nya Jalan Antapani Lama No.58, Kota Bandung, Senin (18/10/2021) sore.
“Semua siswa yang PTMT, melakukan scan barcode itu dengan gawainya sendiri, tidak ada campur tangan lainnya, ini akan menjamin sisi keamanan dari penularan COVID-19 anak itu,” imbuhnya.
Nita menjelaskan, cara kerja absen barcode SMPN 49 Bandung, melalui link yang dikelola sekolah dan dipantau oleh tim khusus. Sehingga barcode siswa, orangtua dan sekolah sudah terintegrasi melalui email/laman sekolah dengan Dinas Pendidikan Kota Bandung, untuk memastikan PTMT berjalan lancar dan aman.
Sementara itu siswa yang mengikuti PTMT, dari sekitar 900-an siswa hanya 150-an siswa. Satu hari satu sesi, masuk pada hari Senin, Rabu dan Jumat. Siswa lainnya masuk di minggu ke dua dihari yang sama. Pola itu berlaku juga di minggu berikutnya. Setiap siswa dalam sebulan kebagian dua kali PTMT.
“Senin, Rabu dan Jumat PTMT, bagi semua siswa, dengan jadwal pembelajaran dari jam 07.00 hingga 09.45. Di hari Selasa dan Kamis digunakan untuk bersih-bersih. Selain siswa guru juga perlu adaptasi, jadi pola bergiliran ini sebagai adaptasi dan memang arahan dari Disdik,” jelasnya.
Selain metode barcode, pihak sekolah juga, dikatakan Nita, sedang mematangan pola hybrid learning. Dimana, siswa yang hadir di sekolah dan di rumah mendapatkan layanan pendidikan yang sama.
“Jadi kami upayakan bukan frekuensi bertemunya, tetapi kualitas proses pembelajaran yamg ditingkatkan. Intinya orang tua harus percaya bahwa anaknya di sekolah aman,” pungkas Nita. [SR]***