majalahsora.com, Kota Bandung –
Mulai tahun 2020 ini, Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) menghapus Prosedur Operasional Standar (POS) USBN.
Hal itu dikarenakan kewenangan USBN diserahkan ke sekolah atau satuan pendidikan masing-masing.
Oleh karena itu kini setiap sekolah di seluruh pelosok Nusantara dan setiap jenjang (SD, SMP, SMA dan SMK) melakukan ujian sekolah secara mandiri. Termasuk dalam membuat soal dan waktu penyelenggaraannya yang tidak bersamaan.
Terkait hal itu Oman Setiadi, Wakasek Kurikulum SMAN 3 Kota Bandung pun menyambut baik. Karena soalnya kembali dibuat oleh masing-masing sekolah/satuan pendidikan.
Ia menambahkan bahwa hal itu sesuai dengan ketentuan Permendikbud Nomor 43 Tahun 2019. Di mana ada hal yang baru dalam penilaiannya yaitu portofolio, penugasan ujian praktek dan ujian tulis.
Drs. Oman Setiadi, Wakasek Kurikulum (Poto)
Di SMAN 3 Kota Bandung sendiri ujian sekolahnya dilakukan dengan sistem Ujian Sekolah Berbasis Komputer (USBK). Dilaksanakan dari hari Senin sampai dengan Sabtu, tanggal 9-14 Maret 2020. Mengujikan pelajaran matematika, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Bahasa Sunda dan lainnya.
Soal ujian sekolahnya dibuat oleh guru berdasarkan kisi-kisi yang ada di Musyawarah Guru Mata Pelajara (MGMP) masing-masing mata pelajaran.
Bentuk soalnya juga sesuai dengan Standar Kompetensi Kelulusan (SKL) dan ketentuan yang diberlakukan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Adapun jumlah soal untuk mata pelajaran eksak sekitar 30 soal. Sedangkan untuk pelajaran sosial sekitar 40 sampai 45 soal, semua pilihan ganda.
“Dalam membuat soalnya kami melakukan beberapa tahap. Seperti pembuatan soal, kopulasi kompilasi, verifikasi, atau analisis kualitatif soal dilakukan oleh guru. Tetapi di silang siapa yang membuat soal dan melakukan analisis kualitatif,” kata Oman, Kamis (12/3/2020) di ruang panitia.
Kiri ke kanan, Sucipto, M.Pd., Wakasek Kesiswaan, Drs. Oman Setiadi, Wakasek Kurikulum, Dra. Yattini, M. Pd., Wakasek Sarana Prasarana, Drs. Rohmat Herawan, WMM dan Drs.H. Sapto Laksono, Wakasek Humas (Poto)
Setelah selesai baru diupload ke dalam komputer. Ketika upload selesai mereka melakukan pengecekan kembali, proofreader mengenai keterbacaan soal apakah sesuai dengan soal sebenarnya atau tidak.
“Ketika ada masalah segera kami selesaikan. Setelah direvisi baru kita ujikan kepada siswa,” terang Oman.
Kelebihan menggunakan sistem komputer ini, para guru di SMAN 3 tidak lagi melakukan pemeriksaan secara manual, karena secara otomatis hasilnya akan keluar. Nilainya bisa langsung masuk ke sistem.
USBK di SMAN 3 Kota Bandung diikuti oleh sekitar 327 siswa kelas XII, terdiri dari 297 siswa jurusan IPA dan 30 jurusan IPS.
“Jurusan IPA ada 9 kelas dan IPS 1 kelas. Pelaksanaannya dilakukan selama 2 sesi masuk pagi dan siang. Menggunakan lima ruangan komputer,” kata Oman.
Kiri ke kanan, Diana Susyari, M.Pfis. Staff Kurikulum bidang Evaluasi, Drs. Oman Setiadi, Wakasek Kurikulum, Teti Rohaeti, M.Pd., Staff Kurikulum bidang MGMP dan Yaddy Kusmayadi, ST, M.Kom, Ka.Div IT/ Teknisi Utama CBT (Poto)
Masih kata Oman USBK tersebut mempengaruhi kelulusan. Kelulusan diambil dari nilai US. Oleh sebab itu para siswanya dituntut untuk sungguh-sungguh dalam mengisi jawabannya.
“Kalau nilainya di bawah standar maka anak tersebut tidak akan lulus,” kata Oman.
Minimalnya nilai akhir ujian tersebut, yaitu 60. Tidak ada remedial kecuali untuk siswa yang saat ujian memang berhalangan hadir/sakit, harus mengikuti ujian susulan.
Ia pun berharap dengan ujian yang berbeda ini tetap bisa mempertahankan kualitas lulusannya. Di samping itu mendorong para siswanya, dalam menghadapi Ujian Tes berbasis Komputer (UTBK) Ujian yang merupakan tes masuk ke perguruan tinggi
Oman mengungkapkan bahwa US seperti sekarang lebih baik, karena sekolah lebih tahu akan kemampuan siswanya. Sedangkan kala memakai sistem USBN, standar yang dibuat oleh pemerintah pusat, mungkin saja bobot soalnya terlalu tinggi ataupun sebaliknya.
“Adapun hasilnya (USBN) kami belum tahu. Kalau kami harus mengevaluasi, kami melihat dulu apakah dengan adanya portofolio, penugasan ujian tertulis dan praktek itu lebih baik atau tidak. Kami lihat hasil survei lebih jauh, setelah ujian ini berakhir dan sudah ada hasilnya,” pungkas Oman. [SR]***