majalahsora.com, Kota Bandung – Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Bandung memiliki hubungan istimewa dengan Pemerintah Kabupaten Sumedang.
Pasalnya sebagai kampus seni ternama di Indonesia, ISBI Bandung melakukan banyak kolaborasi untuk memajukan kebudayaan Sunda yang ada di Kabupaten Sumedang. Tidak terkecuali menjadi bagian penting dalam peringatan Hari Jadi Kabupaten Sumedang ke-447 tahun.
Pada acara puncak Festival Budaya Hari Jadi Kabupaten Sumedang ini, ISBI Bandung menampilkan oratorium “Amanah Hanjuang Ti Kutamaya: Ngistrénan Kadaleman” karya Dr. Lili Suparli, S.Sn., M.Sn., yang dipentaskan oleh sejumlah dosen dengan mahasiswa ISBI Bandung, di Pusat Pemerintah Sumedang, Sabtu (26/4/2025) malam.
Bupati Kabupaten Sumedang, Dr. H. Dony Ahmad Munir, S.T., M.M., saat berpidato dalam acara Hari Jadi Sumedang ke-447 tahun
Karya ini disajikan dalam bentuk musik dan tarian yang apik, dengan berbasis tradisi namun disesuaikan dengan kondisi kekinian. Menggambarkan tentang perjalanan terpilihnya seorang pemimpin berdasarkan kisah-kisah masa lalu yang penuh simbol dan makna.
Melalui pertunjukan ini diharapkan pesan-pesan leluhur dapat terus dijaga spiritnya dalam memimpin dan bekerja untuk kesejahteraan Masyarakat Sumedang.
Dalam rangkaian acaranya, pementasan ini dikolaborasikan dengan menyajikan
berbagai kesenian tradisi yang masih hidup dan berkembang di Sumedang, seperti tutunggulan, seni rengkong, kuda renggong, dan musik tanji, serta dilengkapi dengan penari umbul untuk menyambut kedatangan tamu kehormatan.
Oratorium “Amanah Hanjuang Ti Kutamaya: Ngistrénan Kadaleman” dari Dosen dan Mahasiswa ISBI Bandung kolaborasi dengan seniman Kabupaten Sumedang
Penampilan penari umbul, rengkong, dogdog, angklung, dan seni gembyung mengisi ruang-ruang panggung dengan kaya ekspresi budaya Sunda yang sakral maupun kontemporer.
Bupati Kabupaten Sumedang, Dr. H. Dony Ahmad Munir, S.T., M.M., saat pidato Hari Jadi Sumedang, mengatakan bahwa Sumedang harus bisa menjadi contoh sebagai kabupaten yang bisa menyandingkan antara kemajuan digital dengan kearifan lokal.
Kemudian kata Doni, warga Kabupaten Sumedang memiliki filosofi silih asah, silih asih, silih asuh, silih wawangian. Pemerintahnya juga memiliki tanggungjawab kepada rakyatnya.
ISBI Bandung hadir memeriahkan acara Hari Jadi Sumedang ke-447 tahun
“Hari jadi ini menjadi momentum yang tepat untuk menegaskan dan menandakan identitas Kabupaten Sumedang yang kaya akan nilai-nilai budaya,” kata Doni, di Pusat Pemerintah Sumedang, Sabtu (26/4/2025) malam.
“Mengangkat berbagai kesenian tradisional, seperti seni songah, tari kolosal ronggeng sa-dunya, tarawangsa, rengkong buhun, dan wayang golek adalah upaya konkrit untuk melestarikan warisan leluhur, agar tidak tergerus jaman dan bisa diwariskan kepada generasi muda,” imbuhnya.
Masih dikatakan Doni, bahwa orang Sumedang dilahirkan dari rahim serta tanah para raja yang memiliki budaya luhur, termasuk memiliki keberanian dan keadaban.
Kesenian Tarawangsa, dan kesenian khas Sumedang yang ditampilkan di acara Hari Jadi Sumedang ke-447 tahun
“Mari kita lanjutkan dan jaga warisan ini. Di samping dalam bentuk tradisi, tapi lebih dari itu, diwujudkan dalam bentuk kerja nyata untuk memberikan kontribusi terbaik bagi Kabupaten yang kita cintai,” kata Doni.
Berkenaan dengan kegiatan festival budaya, kata Doni merupakan apresiasi dan ruang berekspresi, mulai dari songah, tari kolosal ronggeng sa-dunya, tarawangsa, terbang buhun, wayang golek dan oratorium “Amanah Hanjuang Ti Kutamaya”.
“Semua ini bukan hanya warisan tapi juga energi yang terus hidup sebagai pondasi membangun Sumedang yang unggul, berkarakter dan berkelanjutan,” kata Doni.
Kata Rektor ISBI Bandung, Dr. Retno Dwimarwati, S.Sen., M.Hum., sinergi dalam memajukan kebudayaan di Kabupaten Sumedang sebagai “Puseur Kabudayaan Sunda”
Doni pun memberikan apresiasi kepada berbagai pihak, terutama bagi para seniman dan budayawan yang berkolaborasi dengan ISBI Bandung.
Sebelumnya Rektor ISBI Bandung, Dr. Retno Dwimarwati, S.Sen., M.Hum., menjelaskan bahwa pihaknya akan melakukan kolaborasi dengan Kabupaten Sumedang sebagai “Puseur Kabudayaan Sunda” dan ISBI Bandung sebagai institusi yang pro pada kebudayaan serta memiliki core kebudayaan Sunda.
“Jadi kami secara bersama sinergi akan melakukan pemajuan kebudayaan melalui semua hal yang ada di sini (Kabupaten Sumedang),” kata Rektor ISBI.
Wakil Rektor bidang Perencanaan, Keuangan dan Umum, Neneng Yanti Khozanatu Lahpan, S.Ag., M.Hum., Ph.D
Lanjutnya pihaknya memiliki banyak program, usai ISBI Bandung diberi lahan seluas 13 hektar di Rancakalong, Kabupaten Sumedang melalui Bupati Doni Ahmad Munir.
“Lahan ini akan menjadi bagian Tri Tangtu Sunda (Kampus Buahbatu, Kota Bandung, Cikamuning, Kabupaten Bandung Barat dan Rancakalong, Kabupaten Sumedang). Di Rancakalong kehidupan tradisionalnya masih hidup. Kami institusi ISBI Bandung sebagai yang memfasilitasi agar kehidupan ini jauh untuk lebih berkembang,” kata Rektor ISBI Bandung.
“Keinginan kami nanti, semua cara pandang cara hidup urang Sunda semua ada di Rancakalong. Kami menguatkan, yang akan kami lakukan, bagaimana kampus terbuka ini bisa juga memanfaatkan semua hal. Tradisi di Rancakalong masih hidup secara baik. Makanya kami akan mengusung itu secara kuat,” imbuhnya.
Wakil Rektor bidang Perencanaan, Sistem Informasi dan Kerjasama, Dr. Supriatna, S.Sn., M.Sn
Kemudian kata rektor, keseluruhan dari kehidupan kebudayaan yang ada di Rancakalong, akan terus digali oleh ISBI Bandung. Hal itu pun kata rektor tertuang dalam kegiatan Hari Jadi Sumedang.
ISBI Bandung mengirimkan mahasiswa dari jurusan tari, antropologi, teater untuk melihat aneka seni tradisi yang masih hidup di Kabupaten Sumedang. Makanya sebelum acara, mahasiswa ISBI datang untuk melihat secara langsung kebudayaan yang ada.
“Kami coba untuk mengenalkan kembali kebudayaan yang masih hidup di sini. Dikenalkan kepada pada generasi muda,” kata rektor.
Wakil Dekan bidang Akademik dan Kemahasiswaan, Fakultas Seni Pertunjukan, Dr. Lili Suparli, S.Sn., M.Sn., saat memberikan keterangan pers, mengenai Oratorium “Amanah Hanjuang Ti Kutamaya: Ngistrénan Kadaleman”
Masih dijelaskan rektor nantinya kehadiran ISBI Bandung di Rancakalong bisa menjadi Edu Cultural Tourism. Tetap sebagai tempat pendidikan yang mengangkat kebudayaan, tetapi juga bisa dimanfaatkan sebagai objek wisata.
Diakui rektor ini merupakan sebuah chemistry antara ISBI Bandung sebagai “Agen Pemajuan Kebudayaan” dan Kabupaten Sumedang sebagai “Puseur Kabudayaan Sunda” untuk memajukan objek pemajuan kebudayaan dengan berbagai penemuan serta menggali kekayaan sejarah, kesenian, kebudayaan, situs dan banyak lagi.
Dalam kesempatan ini Rektor ISBI Bandung pun mengucapkan selamat Hari Jadi Sumedang.
ISBI Bandung, sebagai “Agen Pemajuan Kebudayaan” hadir di Sumedang, melalui program tri dharma perguruan tinggi
“Selamat ulang tahun Sumedang ke-447. Sumedang akan semakin jaya, ketika pemimpinnya pro kepada kebudayaan, kehidupan kita jauh akan semakin berkembang. Tidak hanya teknologi, tetapi kebudayaan juga digulirkan, justru semua kehidupan akan jauh lebih baik. Begitu pun Sumedang akan lebih baik,” tandasnya.
Sedangkan Wakil Rektor bidang Perencanaan, Keuangan dan Umum, Neneng Yanti Khozanatu Lahpan, S.Ag., M.Hum., Ph.D. menjelaskan bahwa, ada berbagai aspek dalam melakukan sinergitas dan kolaborasi dalam mengembangkan ISBI Bandung di Rancakalong dengan Pemerintah Kabupaten Sumedang.
Pertama terkait pengembangan sarana prasarana, yakni pengembangan kampus di Rancakalong. Kedua bekerjasama dalam bidang tri dharma perguruan tinggi, yakni pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat.
Dalam bidang pendidikan, tahun ini rencananya ISBI Bandung akan membuka kelas jauh, yang bertempat di Sumedang Creative Center (SCC) untuk Program Studi Televisi dan Film.
Pada bulan Juli-Agustus 2025, mahasiswa ISBI Bandung akan melakukan kuliah kerja nyata (KKN) di Kecamatan Rancakalong. Lalu melakukan penelitian untuk mengidentifikasi objek pemajuan kebudayaan. Di samping itu melakukan digitalisasi ensiklopedia seni pertunjukan di Jawa Barat (termasuk Sumedang).
“Mudah-mudahan ini akan semakin menguatkan peran Sumedang sebagai Puseur Kabudayaan Sunda,” pungkasnya. [SR]***














