majalahsora.com, Kota Bandung – Enam kampung adat di Jawa Barat akan meramaikan kegiatan Festival Budaya Nusantara ke-3 yang dihelat oleh Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Bandung, Senin 18 November 2019.
Menampilkan berbagai pertunjukan kesenian, display produk dari beberapa kampung adat, seperti Kampung Adat Naga, Dukuh, Ciptagelar, Banten Kidul, Cikondang dan Cireundeu. Di samping itu ada kegiata seperti seminar, pemutaran film dan lainnya.
Hal itu dituturkan oleh Dr. Tardi Ruswandi, Ketua Pelaksananya, saat melakukan jumpa media, di ISBI Bandung, Jum’at (15/11/2019) pagi.
Lebih lanjut ia memaparkan bahwa bisa terlaksananya Festival Budaya Nusantara ke-3 yang digelar oleh Program Studi Antropologi Budaya, Fakultas Budaya dan Media ISBI ini, berkat dukungan dari Badan Pelestari Nilai Budaya (BPNB) Jawa Barat, baik secara finansial, tenaga dan pikiran.
Wakil Rektor III ISBI, Bidang Perencanaan Sistem Informasi dan Kerjasama Dr. Suhendi Afryanto (Poto)
Pada kesempatan yang sama Dekan Fakultas Budaya Media Dr. Sri Rustiyanti mengatakan, bahwa Festival Budaya Nusantara tahun ini berbeda dengan penyelenggaraan tahun-tahun sebelumnya.
Sebab tahun ini ada kegiatan seminar nasional yang diikuti oleh berbagai perguruan tinggi.
Ditambah dengan seminar nasional mengenai enam kampung adat yang hadir pada kegiatan itu.
Sementara itu Wakil Rektor III ISBI, Bidang Perencanaan Sistem Informasi dan Kerjasama Dr. Suhendi Afryanto menjelaskan, bahwa ISBI berbeda dengan Institut Seni Indonesai yang ada.
“Tanggung jawab moral ISBI Bandung sangat besar. Tidak hanya menggelar pertunjukan seni, karya seni rupa desain, tetapi juga berkaitan dengan budaya secara makro,” kata Suhendi.
Iip Sarip Hidayana, sedang membawakan acara (Poto)
Lebih lanjut kata Suhendi hal itu merefleksikan bahwa program studi antropologi di ISBI berbeda dengan UI dan UNPAD.
Terkait gelaran Festival Budaya Nusantara III ISBI, menurutnya hal itu merupakan salah satu cara dalam kajian bagaimana membangun kehidupan budaya di masyarakat.
Mensoundingkan lebih luas kepada masyarakat bahwa Jabar masih punya rujukan nilai-nilai normatif yang ada di kampung-kampung adat.
“ISBI sengaja menghadirkan kampung adat sebagai sumber belajar, yang bisa diapresiasi oleh masyarakat luas,” kata Suhendi.
“Ini salah satu cita-cita secara institusional. Bagaimana nilai-nilai budaya diangkat ke permukaan. Sekalipun masih muda eksistensinya (program studi antropologi ISBI) sudah mencuri perhatian,” imbuhnya.
Karinding Rektro Mahasiswa Antropologi (Poto)
Pihaknya pun sudah bekerjasama dengan TVRI Jabar, menyiarkan hasil film dokumenter ISBI, mengangkat budaya yang ada di Jabar melalui program Kandaga.
“Itu merupakan bentuk nyata ISBI dalam mengangkat budaya yang ada di Jabar. Ke depan cakupannya akan lebih luas, terbuka, inklusif tidak hanya di Jabar,” imbuhnya.
Ia pun yakin di era revolusi industri 4.0, budaya lokal akan membumi. Karena bangsa Indonesia kaya dengan konten budaya lokal yang luar biasa.
“Tinggal bagaimana menggandeng teman-teman IT dalam mengelola secara teknisnya, karena pihak ISBI sudah memiliki kontennya,” pungkas Suhendi. [SR]***