majalahsora.com, Kabupaten Garut – Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Bandung mendukung Gerakan Nasional Revolusi Mental (GNRM) melalui penyelenggaraan “Festival Budaya Ngubek Beber dan Rampak Lodong” di Kawasan Wisata Gunung Geder, Desa Cijambe, Kecamatan Cikelet, Kabupaten Garut, Minggu (28/8/2022).
Kegiatannya mengusung tema “Pelestarian dan Penguatan Kearifan Lokal Masyarakat Cikelet” menjadi Desa Wisata, diikuti ribuan orang.
ISBI Bandung bekerjasama dengan Yayasan CKLT. Didukung oleh Program Nasional GNRM, Kemenko dan Forum Rektor Indonesia.
Tujuannya untuk menggali potensi kearifan lokal yakni gotong royong yang merupakan spirit fundamental masyarakat desa.
Pada kegiatan itu ISBI Bandung juga menerjunkan sekitar 60 mahasiswanya selama 40 hari, melalui program IMUN, PKP mahasiswa Prodi Musik Bambu dan PKM (Program Kreativitas Mahasiswa).
Selain melibatkan mahasiswa dan dosen ISBI, diikuti juga oleh 500 siswa dari empat SMA dan SMP di Garut masyarakat umum, tokoh seniman, pegiat budaya, pemerintah serta TNI PolRI.
Sehubungan dengan kegiatan itu Een Herdiani Rektor ISBI Bandung mengatakan, bahwa penyelenggaraan Festival Ngubek Beber diharapkan dapat menggugah kembali spirit gotong royong, yang semakin terkikis oleh kemajuan jaman.
Lanjutnya festival ini juga merupakan bentuk upaya pemberdayaan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui potensi kearifan lokal.
“Spirit gotong royong sejatinya adalah ruh bangsa Indonesia dalam membangun kehidupan sosial yang harmoni dan kokoh,” kata Een.
Lanjutnya Festival Ngubek Beber juga menjadi bentuk upaya pemberdayaan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui potensi kearifan lokal. Di samping itu, penggalian spirit gotong royong ini diintegrasikan dalam kegiatan edukasi lingkungan.
Hal tersebut didasari atas keprihatinan terkait fenomena kerusakan lingkungan yang telah menjadi persoalan global dan menjadi perhatian banyak kalangan, termasuk di desa-desa.
“Kerusakan lingkungan itu di antaranya terjadi di wilayah Kecamatan Cikelet, Kabupaten Garut, yang salah satunya berdampak pada musibah banjir besar tahun 2009,” kata Een.
Menurutnya sejak peristiwa tersebut, sejumlah upaya dilakukan untuk mendorong kesadaran masyarakat mengenai pentingnya menjaga dan melestarikan lingkungan hidup.
Masih kata Een, salah satu upayanya dengan menjadikan wilayah muara/beber sebagai tempat melakukan edukasi tentang pentingnya pelestarian lingkungan berbasis budaya yang disajikan dalam Festival Ngubek Beber, yang digagas oleh Iip Sarip Hidayana, dosen ISBI Bandung sekaligus pegiat budaya di Cikelet.
Perlu diketahui Ngubek Beber adalah istilah dalam Bahasa Sunda yang artinya menangkap ikan bersama-sama di muara sungai. Muara ini merupakan titik akhir sungai sebelum bertemu dengan laut.
Kata Een pada masa lalu, kegiatan ini menggambarkan tradisi gotong royong masyarakat dalam mewujudkan kebersamaan dan harapan.
“Dalam tradisi lisan masyarakat Cikelet, tradisi ini sudah ada sejak lama, dan biasanya dilaksanakan menjelang datangnya bulan suci Ramadan. Pada saat itu,” kata Een.
“Masyarakat secara sukarela menebar benih ikan di muara sungai/beber dengan berbagai jenis ikan, dan akan ditangkap bersama-sama pada hari lebaran. Namun, tradisi ini telah hilang, dan karenanya dilakukan revitalisasi secara kontekstual yang menarik masyarakat saat ini, yakni dikemas dalam sebuah festival,” imbuh Een.
Dirinya juga menjelaskan bahwa keterlibatan perguruan tinggi bersama masyarakat sangat penting dalam membangun GNRM, khususnya terkait penggalian nilai-nilai kearifan lokal yang diintegrasikan dengan edukasi pelestarian lingkungan melalui pendekatan budaya.
“Melalui keterlibatan bersama antara perguruan tinggi dan masyarakat diharapkan dapat meningkatkan program Gerakan Nasional Revolusi Mental menuju Indonesia yang semakin kuat dan maju, khususnya bangkit pasca pandemi, dengan menghidupkan kembali kegiatan-kegiatan budaya dan ekonomi masyarakat,” kata Een.
Rektor ISBI Bandung juga mengatakan bahwa kegiatan tersebut sangat luar biasa.
“Masyarakat sangat antusias bergotong royong membenahi kekayaan alam sebagai potensi wisata yang menjadi harapan tumbuhnya perekonomian masyarakat,” kata Een.
Een juga mengapresiasi Bupati Garut Rudy Gunawan yang siap mengucurkan anggaran Rp 200 juta untuk membangun kawasan tersebut.
“Alhamdulillah semoga harapan masyarakat untuk memandirikan daerah Cikelet melalui Desa Wisata ini dapat terwujud,” kata Een.
Masih dalam kaitan membangun perekonomian desa ini, ISBI Bandung juga secara berkesinambungan akan mengembangkan seni budayanya.
Dalam pelaksanaannya, kegiatan Festival Ngubek Beber memiliki sejumlah rangkaian acara, yakni: 1) Pelatihan dan workshop pembuatan alat musik lodong (alat musik tradisional dari bahan dasar bambu) yang dilakukan oleh para dosen dan mahasiswa Prodi Musik Bambu Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Bandung melalui program PKP (Praktik Kerja Profesi) dan dibantu oleh mahasiswa lain melalui program IMUN (ISBI mengabdi untuk Negeri); 2) Pertunjukan massal musik lodong yang dilakukan oleh berbagai komponen masyarakat, khususnya siswa sekolah; 3) Penanaman benih ikan bersama-sama oleh warga; 3) Pelaksanaan ritual Ngubek Beber, yang diawali dengan (a) tradisi Kawin Cai, (b) penanaman pohon, (c) berbagai penampilan seni tradisi, (d) aneka lomba kaulinan urang lembur, (e) wisata kuliner khas daerah, dan (f) orasi budaya, dan terakhir Ngubek Beber.
Masih dalam rangkaian kegiatan ini, dilakukan juga penanaman 1000 bibit pohon di sepanjang muara Sungai Cipasarangan sebagai bagian dari cara mengajak masyarakat untuk menjaga keberlangsungan ekosistem muara sungai.
Pada kegiatan ini warga dan pemerintah desa menunjukkan apresiasi dan partisipasi yang cukup besar.
Mereka secara gotong royong membersihkan area kawasan wisata yang tampak terlantar, menyiapkan berbagai perlengkapan, sejak proses persiapan, yakni saat para mahasiswa PKP membuat alat musik lodong, proses latihan, hingga pelaksanaan festival.
Pada pelaksanaannya, acara ini dihadiri oleh Rektor ISBI Bandung, Bupati Garut, Ketua DPRD Garut, Anggota Dewan Provinsi Jawa Barat, Kadisbudpar Garut, Kadisdik, Kepala Pengadilan Tinggi Agama Indramayu, Forum Komunikasi Pimpinan Kecamatan, para kepala desa, dan pejabat lainnya, para seniman dan budayawan, para siswa, kepala sekolah, para pegiat lingkungan, dan masyarakat umum.
Ribuan orang masuk ke beber atau muara untuk menangkap ikan. [SR]***