majalahsora.com, Kabupaten Bandung Barat – Upaya sesegera mungkin dibangunnya Kampus II Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Bandung di Kabupaten Bandung Barat (KBB), terus dilakukan dengan berbagai cara.
Di antaranya melalui kegiatan “Bukabata Festival” yang dilangsungkan di Kampung Warungawi, RT 01 RW 07 Desa Bojongkoneng, Kecamatan Ngamprah, pada hari Sabtu 31 Agustus 2024, dari pukul 15.30 sampai malam.
Dalam kegiatan ini melibatkan masyarakat setempat, untuk memperkenalkan kekayaan budaya lokal serta menampilkan berbagai kesenian, kaulinan barudak, fashion show, bazar, pergelaran wayang golek dan lainnya. Sekaligus memperingati hari jadi Desa Bojongkoneng yang berusia lebih dari satu abad.
Rektor ISBI Bandung, Dr. Retno Dwimarwati, S.Sen., M.Hum., mengatakan bahwa “Bukabata Festival” untuk mitembeyan atau sebagai awal sinergitas antara ISBI Bandung dengan masyarakat di wilayah ini.
ISBI Bandung: Hadir di kegiatan “Bukabata Festival”, mantan Ketua STSI Bandung (2008-2012), Prof. Arthur S Nalan, S.Sen., M.Hum., mantan Rektor ISBI Bandung (2014-2022), Prof. Dr. Een Herdiani, S.Sn., M.Hum., dan Rektor ISBI Bandung (2022-sekarang), Dr. Retno Dwimarwati, S.Sen., M.Hum
“Ternyata Bojongkoneng menjadi puseur (pusat) kebudayaan di daerah Bandung Barat,” kata Retno kepada perwakilan Forum Wartawan Pendidikan Jabar.
“Kami melihat bahwa potensi ISBI Bandung, disinergikan dengan Festival Bukabata kependekan dari Buah Kamuning Batu Cimeta, karena kami ada di Buahbatu dan sekarang di Cikamuning. Kami ingin menyatukan itu,” imbuhnya.
Apalagi lokasi Kampus II ISBI Bandung, berada di wilayah kabuyutan yang diapit oleh dua sungai Cikalapa dan Cimeta.
“Karena biasa keluar di tol Cikamuning, biasa menyebut ISBI Cikamuning. Tapi ternyata Cikamuning itu wilayah lain dari sini (jaraknya jauh dari lokasi Kampus II ISBI Bandung),” jelas Retno.
ISBI Bandung: Seni tradisi”Tepung Cai” khas Desa Bojongkoneng, Kacamatan Ngamprah, Kabupaten Bandung Barat
Dari mulai saat ini dan ke depan, kata Retno, Kampus II ISBI Bandung tidak lagi disebut Kampus ISBI Cikamuning, namun menjadi Kampus ISBI Cimeta.
“Cimeta ini ternyata sungai purba, tadi terlihat dari (usia) batu juga, bahwa ini adalah ciciren Sunda lama di sini,” kata Retno.
ISBI Bandung pun ke depannya akan melakukan inovasi, mengembangkan dan menggali seni tradisi daerah ini. Di antaranya seni tradisi “Tepung Cai” yang sudah diakui sebagai warisan budaya tak benda (WBTB).
Lanjutnya masih banyak potensi-potensi yang diupayakan untuk menjadi bagian dari pencatatan WBTB.
ISBI Bandung: Wakil Rektor bidang Akademik dan Kemahasiswaan Indra Ridwan, S.Sos., M.Sn., M.A., Ph.D., Rektor ISBI Bandung, Dr. Retno Dwimarwati, S.Sen., M.Hum., dan Ketua Pelaksana Bukabata Festival, Dr. Mohamad Zaini Alif, S.Sn., M.Ds
“Kami sudah menginginkan Kampus II ISBI Bandung sejak lama (sekitar delapan tahun ke belakang). Maka kami bentuk tim TAP.”
“Kemudian mencari tahu secara antropologi dan topologi. Mencari asal usul desa ini. Ternyata dahsyat, kami menemukan ada lima mata air. Secara topologi menemukan ada sawah abadi,” imbuhnya.
Sawah abadi ini, dijelaskan Retno karena sumber pengairannya terus tersedia sepanjang waktu. Kajian demi kajian pun dilakukan bersama tim TAP.
Oleh sabab itu pihaknya terus mengembangkan ISBI Bandung, dan berharap dengan kehadiran Kampus II ISBI Bandung di Cimeta, bisa diterima oleh masyarakat. Begitu pun dengan pemerintah daerahnya.
ISBI Bandung: Penampilan “Kaulinan Barudak”
“Sekarang tanahnya (di Desa Bojongkoneng) masih enclo-encloan (terpisah-pisah), semoga bisa menyatukan tanah ISBI untuk bisa segara dibangun,” pungkasnya.
Berkenaan dengan kegiatan “Bukabata Festival” Dr. Mohamad Zaini Alif, S.Sn., M.Ds., sebagai Ketua Pelaksana mengatakan, bahwa kegiatan ini untuk membangun kepercayaan dan kepedulian masyarakat sekitar, kepada lahan Kampus II ISBI Cimeta.
“Mereka yang paling dekat, mereka yang paling tahu dan sebagainya. Alhamdulillah antusias masyarakat sangat tinggi,” kata Zain.
Dalam menyiapkan kegiatan ini mereka pun dilibatkan, seperti dalam membersihkan sungai dan lahan yang akan digunakan kegiatan “Bukabata Festival”, tidak terkecuali membuat jembatan dari pohon bambu.
ISBI Bandung: Fashion show, yang diperagakan oleh mahasiswi Prodi Tata Rias dan Busana
“Itu dilakukan oleh masyarakat, dengan keterampilan-keterampilan teknologi tradisional mereka. Ada sasak Rawayan, kemudian jembatan Kreteg dan lainnya.”
“Pertunjukannya pun banyak yang melibatkan masyarakat sini. Lebih ekspresif budaya masyarakatnya, kemudian diungkapkan di lahan ISBI Bandung ini,” imbuhnya.
Dengan begitu dia berharap, antara ISBI Bandung dan masyarakat sekitar memiliki ikatan emosional, keberlangsungan dan keterpeliharaan.
“Tanah ISBI ini dirasakan masyarakat. Mereka bisa merasakan keuntungan dengan hadirnya Kampus II ISBI Cimeta,” kata Zain.
ISBI Bandung: Banyak WBTB di daerah Kampus II ISBI Bandung
Sedangkan Wakil Rektor bidang Akademik dan Kemahasiswaan Indra Ridwan, S.Sos., M.Sn., M.A., Ph.D., mengatakan bahwa potensi pembangunan Kampus II ISBI Bandung, memberikan peluang-peluang untuk menarik minat masyarakat, khususnya yang berada di wilayah Kabupaten Bandung Barat.
“Yang tadi disampaikan Bu Rektor dan Ketua Bukabata Festival, kami mengadakan penelitian khusus. Penugasan dua dosen ISBI yakni Prof Arthur dan Pak Pepep, khusus melakukan penelitian melihat potensi yang ada di sini,” kata Indra.
“Tadi sore kami melihat pemandangan bersama Kang Zain, kami harus sudah memulai. Kata Bu Rektor mah mitembeyan, harus memulai dari mana dulu,” sambung Indra.
Tanahnya harus diapakan terlebih dahulu. Kemudian melakukan strategi-strategi apa yang harus dilakukan bersama masyarakat.
ISBI Bandung: Jembatan bambu yang dibangun bersama masyarakat, di atas sungai Cimeta, yang menghubungkan ke tempat acara “Bukabata Festival”
Proses yang baru dimulai ini kata Indra harus terus berjalan secara berkesinambungan dengan dukungan berbagai pihak, jangan sampai terhenti di tengah jalan lagi.
“Terutama untuk menarik mahasiswa, bagaimana caranya. Saya dengar di sebelah sana juga ada perguruan tinggi lain, katanya ada UNPAR.”
“Itu bisa menjadi sebuah peluang juga, kemudian menarik minat perguruan tinggi yang lain sama-sama membangun daerah ini,” kata Indra.
Potensinya sangat banyak, bahkan sampai mendapatkan WBTB. “Strategi itu tidak hanya kami yang berpikir tetapi juga meminta pendapat dari warga di sini, apa yang bisa dilakukan bersama,” pungkasnya. [SR]***