majalahsora.com, Kota Bandung – Palaksanaan Festival Drama Basa Sunda (FDBS) se-Jabar ke-21 oleh Teater Sunda Kiwari, ditutup di Gedung Rumentangsiang, Kosambi, Kota Bandung, pada hari Minggu, tanggal 13 Agustus 2023. Dimulai sejak tanggal 7 Agustus 2023.
Sebelum pengumuman para pemenang, ada pengelaran drama dengan judul “Sora-sora Jeroning Sirah”, naskah ditulis dan disutradarai oleh Rinrin Candraresmi.
Animo peserta yang datang pun terlihat banyak, dilihat dari penuhnya penonton yang memadati kursi di Gedung Pertunjukan Baranangsiang.
Rektor ISBI Bandung, Dr. Retno Dwimarwati, S.Sen., M.Hum., berikan dukungan pada kegiatan FDBS
Ajang FDBS ke-21 tahun 2023, diikuti oleh 13 peserta dari 13 sekolah di Jabar.
Ada lima naskah drama yang bisa mereka pilih, di antaranya naskah “Karunya Si Mamah” karya Nazaruddin Azha, “Tarung Pamungkas” karya Dhipa Galuh Purba, dan “Parna” karya Ayi G Sasmita.
Berkaitan dengan kualitas peserta pada FDBS ke-21, Rosyid E Abby, salah satu juri menjelaskan bahwa tampilan para peserta ada kemajuan, dari tahun-tahun sebelumnya.
Rosyid E Abby, salah satu juri FDBS ke-21
“Tapi ada beberapa hal yang perlu dibenahi. Pasalnya mereka marotekar. Sehingga agak saru antara tampilan pagelaran atau festival,” kata Kang Ocid, sapaan akrabnya.
“Karena dalam festival itu ada rambu-rambunya. Ada yang tidak boleh digarap ataupun boleh,” imbuhnya.
Masih dikatakan Ocid, tampilan drama pada festival itu ada rambu-rambunya. Contohnya improvisasi.
Acara penutupan FDBS ke-21, yang diadakan oleh Teater Sunda Kiwari, di Gedung Rumentangsiang, Kosambi Kota Bandung
“Kalau di pagelaran para peserta bebas berimprovisasi, sampai bisa menghadirkan guyonan. Tetapi kalau dalam festival tidak bisa sembarang berimprovisasi, seusai tidak dengan alur di dalam naskah,” kata Ocid.
“Kalau dalam festival tidak boleh keluar jalur harus sesuai dengan naskah yang ada. Soalnya ada rambu-rambu kalau dalam festival itu. Tetapi kalau dalam pagelaran sah-sah saja berimprovisasi sampai banyak guyonannya kalau tampilan biasa,” imbuhnya.
Lanjutnya ada beberapa peserta yang inginnya keluar dari teks atau naskah, sengaja untuk memancing penonton untuk tertawa. Padahal dalam naskah juga sudah ada untuk menghadirkan lawakan-lawakan, hal tersebut merupakan evaluasi bagi para peserta untuk tahun depan.
FDBS sebagai upaya pemeliharaan dan pengembangan budaya dan bahasa Sunda
Saat disinggung mengenai apa saja kriteria penilaiannya? Ia menjelaskan bahwa yang dinilai dalam FDBS ini, di antaranya dari segi penyutradaraan, penata artistik, musik, aktor, akris, dan pementasan seutuhnya.
Masih berkaitan dengan penyelenggaraan FDBS tingkat pelajar ke-21, kata Ocid dari segi jumlah peserta sudah lumayan bagus, terlebih baru diadakan lagi setelah fakum selama tiga tahun karena Covid.
Dalam kesempatan yang sama Rektor ISBI Bandung, Dr. Retno Dwimarwati, S.Sen, M.Hum., saat pengumuman pemenang mengatakan, bahwa ISBI Bandung hadir di FDBS ke-21 untuk memberikan dukungan. Termasuk memberikan piala dari rektor bagi para pemenang, juga piala bergilirnya.
Antusias penonton yang hadir dalam acara FDBS ke-21
Di samping itu kata Rektor ISBI Bandung, semua pemenang bisa masuk ISBI Bandung tanpa tes.
“Sertifikat pemenang bisa diperlihatkan saat tes wawancara,” kata Rektor ISBI Bandung, yang merupakan alumni jurusan teater ISBI Bandung.
Berikut daftar pemenang FDBS antar Pelajar ke-21, tahun 2023:
Aktor Pinunjul
M. Erwin Maulana dari Famor Teater SMAN 1 Soreang, dengan peran Baron, naskah “Karunya Si Mamah”
Aktris Pinunjul
Rizki Febriyanti Suryo P dari Teater Wanci SMA PGRI Cicalengka, Kabupaten Bandung, dengan peran Gustini, naskah “Karunya Si Mamah”
Apresiasi penonton terhadap ajang FDBS ke-21
Panata Musik Pinunjul
Shendi Septiandi, dari Famor Teater SMAN 1 Soreang, Kabupaten Bandung, naskah “Karunya Si Mamah”
Sutradara Pinunjul
Rizqiya Natasya, dari Teater Gulamsaka SMAN Tanjungsari, Kabupaten Sumedang, naskah “Karunya Si Mamah”
Pementasan Pinunjul
1. Teater Gulamsaka SMAN Tanjungsari Kabupaten Sumedang, naskah “Karunya Si Mamah”
2. Famor Teater SMAN 1 Soreang, Kabupaten Bandung, naskah “Karunya Si Mamah”
3. Teater Wanci SMA PGRI Cicalengka, Kabupaten Bandung, naskah “Karunya Si Mamah”. [SR]***