majalahsora.com, Kota Bandung – Dewan Penyantun Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Bandung, terus berikhtiar untuk mewujudkan perluasan kampus II di Kabupaten Bandung Barat (KBB).
Hal tersebut diungkapkan langsung oleh Ipong Witono salah seorang Dewan Penyantun ISBI Bandung, kepada awak media dalam kesempatan halal bihalal Idul Fitri 1445 H, keluarga besar ISBI Bandung ‘Bersarung’ atau Bersilaturahmi Sambil Ngariung, di Gedung Kesenian Sunan Ambu, Jalan Buahbatu No 212, Kota Bandung, Rabu (17/4/2024)
Lanjut Ipong dalam waktu dekat pihaknya akan melakukan pertemuan khusus, untuk membahas lahan kampus II ISBI Bandung di Cikamuning, KBB.
Rektor ISBI Bandung, Dr. Retno Dwimarwati, S.Sen., M.Hum
“Ya, dalam waktu dekat ini kita akan melakukan pertemuan, pertama dengan pemilik kampus ini yaitu Pak Dirjen, juga kepada Gubernur dan mungkin minggu ini akan berkirim surat, mendiskusikan banyak hal, bukan hanya masalah tanah tapi juga banyak hal yang strategis,” kata Ipong.
Pasalnya sejak tahun 2018, ISBI Bandung telah mendapat hibah dari Pemerintah Provinsi Jawa Barat (Jabar) berupa tanah seluas 8,7 hektare di Cikamuning, Desa Bojongkoneng, Kecamatan Ngamprah.
Namun, hingga saat ini tanah tersebut belum dapat dilakukan pembangunan, karena masih dalam proses penyelesaian sertifikat tanah.
Rektor bersama Dewan Penyantun, Warek, mantan Rektor, purna bakti ISBI Bandung serta Ustadz Nana Gerhana
“Sudah lima tahun dari 2018 sampai 2023 ini belum bersertifikat. Kami berusaha di tahun ini harus selesai. Karena keinginan di tahun-tahun berikutnya, DED (Detail Engineering Design), masterplan harus disiapkan. Kalau kita punya tanah tapi tidak bersertifikat siapapun yang akan membantu pasti sulit. Makanya hal itu dulu yang harus selesai,” kata Rektor ISBI Bandung Dr. Retno Dwimarwati, S.Sen., M.Hum.
Selain itu, kata Rektor, ISBI Bandung sebagai kampus seni dan budaya memiliki komitmen terhadap pembentukan manusia-manusia berkarakter.
“Tapi, selama ini kesenian dan kebudayaan itu masih menjadi nomor sekian, padahal apa yang kita lakukan itu selalu menjadikan manusia-manusia yang berkarakter, terutama integritas, jujur dan kerjasama itu ditanamkan di sini.”
Ustadz Nana Gerhana saat menyampaikan tausiyah di Gedung Kesenian Sunan Ambu, Jalan Buahbatu No 212, Kota Bandung
“Saya kira kalau hanya lingkup ISBI, itu sudah dilakukan. Tapi, ketika kita membuat berbagai bentuk, karya kreasi yang kita sebarkan ke masyarakat, lebih jauh saya kira itu usaha untuk pengembangan karakter,” kata Rektor.
Halal Bihalal Idul Fitri 1445 H, ISBI Bandung ‘Bersarung’
Berkaitan dengan kegiatan Halal Bihalal Idul Fitri 1445 H dengan tema ‘Bersarung’, seluruh civitas academica ISBI Bandung mengenakan sarung dari berbagai daerah. Di samping itu juga ada ‘Gorokan Rantang’.
“Bersarung, bersilaturahmi sambil ngariung, merupakan penguatan tali persaudaraan. Dengan bersilaturahmi semoga dapat menambah rizki dan menambah panjang umur,” kata Retno.
Suasana Halal Bihalal Idul Fitri 1445 H, ISBI Bandung ‘Bersarung’
Menurutnya bersarung dalam kebudayaan kita, merupakan langkah untuk menguatkan identitas kolektif, selain sarung sebagai pelindung tubuh dan alat komunikasi.
“Di Indonesia, hal ini terlihat dari motif yang memiliki makna khusus termasuk aturan penggunaannya,” kata Retno.
Sedangkan bagi orang muslim sarung adalah busana formal para ulama, santri dan tokoh penting keagamaan.
Kepala Biro Akademik dan Umum, Dede Priana, S.Sn., M.Si., berjalan di atas catwalk ‘Bersarung’
“Motif sarung bagi laki-laki biasanya geometris sedang untuk perempuan sarung batik.
Di NTT sarung atau tenun ikat dijadikan pakaian resmi ASN setiap hari Selasa dan Jum’at.”
“Di daerah lain, masyarakat yang menggunakan sarung adalah Betawi, Jawa, Sunda, Madura, Bugis- Makassar, Tajong Samarinda dan tenun gedokan, sarung Ulos dari Sumatra Utara dan sarung poleng Bali,” kata Retno.
“Bahkan mulai tanggal 3 Maret 2019 dijadikan Hari Sarung Nasional,” imbuhnya.
Suasana hangat Halal Bihalal Idul Fitri 1445 H, ISBI Bandung ‘Bersarung’
Dengan cara tersebut menguatkan ISBI Bandung sebagai agen pemajuan kebudayaan.
Pada tahun sebelumnya kagiatan serupa mengusung tema ‘Kolaborantang’ sebagai bentuk tradisi ‘nganteuran’, berbagi pada setiap munggahan dan lebaran di masyarakat. Dijadikan bentuk kegotongroyongan dan tahun ini tetap dipertahankan.
“Ini untuk menguatkan rasa empati dan rereongan dalam meringankan beban secara bersama, akur jeung dulur. Tahun ini ditambah dengan penguatan budaya dengan mengenalkan gastronomi atau kuliner di 27 kabupaten kota yang ada di Jawa Barat,” kata Retno.
‘Gorokan Rantang’ menjadi bagian kegiatan Halal Bihalal, bentuk ikatan silaturahmi, kebersamaan serta saling berbagi
Dalam kegiatan ini juga ada kegiatan ‘Kolaborasi Gift’ bentuk kerukunan keluarga besar ISBI Bandung, berpartisipasi saling berbagi satu sama lain. Dengan berkontribusi memberikan hadiah, baik satu, dua, tiga, sepuluh bahkan 15 buah hadiah dari individu maupun unit untuk memeriahkan acara ini.
“Saya atas nama pribadi, keluarga serta pimpinan ISBI Bandung mengucapkan Selamat hari Raya Idul Fitri 1445 H. Mohon maaf lahir dan batin, atas kesalahan dan kekhilafan baik disengaja maupun tidak disengaja. Semoga kita semua kembali fitrah dan meningkatkan ketaqwaan hingga termasuk golongan orang-orang Muttaqin.”
“Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan berkah dan rahmat-Nya, menerima segala amal ibadah kita, mengampuni dosa-dosa kita. Dan mempertemukan kita kembali dengan Bulan Ramadhan berikutnya,” pungkas Rektor ISBI Bandung. [SR]***