Elfien Goentoro Direktur Utama PTDI (kiri) dengan Temel Kotil, PhD, President dan CEO Turkish Aerospace Industries, Inc. (TAI)
majalahsora.com, Kota Bandung – Senin, (15/1/2018) bertempat di Ruang Rapat Direksi GPM Lantai 9 PT Dirgantara Indonesia (Persero), President dan CEO Turkish Aerospace Industries, Inc. (TAI), Temel Kotil, PhD, beserta rombongan mengunjungi PTDI untuk melakukan pembahasan Perjanjian Kerangka Kerja (Framework Agreement) dan meninjau secara langsung fasilitas produksi di hanggar Fixed Wing dan Rotary Wing PTDI. Rombongan TAI diterima oleh Direktur Utama PTDI, Elfien Goentoro beserta jajaran Direksi dan manajemen PTDI.
Setelah 2003 lalu PTDI mengembangkan pesawat CN235-100 militer menjadi pesawat CN235-100 MPA/ASW untuk Angkatan Laut Turki dan pesawat CN235-100 MSA untuk Badan Keamanan Laut Pantai Turki, PTDI kembali bekerjasama dengan Turki, yakni dengan TAI dalam perjanjian kerangka kerja yang ditandatangani pada 6 Juli 2017 di Ankara, Turki.
Hasil kerja sama yang berlanjut dari nota kesepahaman yang ditandatangani antara TAI dan PTDI selama IDEF 2017 ini, perjanjian kerangka kerja tersebut berisi kesepakatan kedua belah pihak untuk menggabungkan upaya pada domain kedirgantaraan untuk mendukung pengembangan kerjasama kedua negara dalam industri kedirgantaraan. TAI akan berpartisipasi dalam kegiatan perancangan konseptual dari Proyek Pengembangan Pesawat Terbang dan UAV yang dilakukan oleh PTDI.
Pembahasan Perjanjian Kerangka Kerja (Framework Agreement) ini dilakukan untuk menjabarkan kerjasama strategis antara para pihak dalam program kedirgantaraan dan untuk bersama-sama membentuk dan menetapkan strategi terbaik yang akan dilaksanakan untuk setiap ruang lingkup kolaborasi.
Adapun ruang lingkup kolaborasi tersebut yang pertama adalah tentang Pemasaran dan Perluasan Produksi Pesawat N219 (Nurtanio-219) mengenai rencana program yang akan ditetapkan setelah penerbangan sertifikasi pesawat N219 mencapai 100 jam terbang serta tentang perjanjian industri dan komersial yang akan ditetapkan 2 (dua) bulan setelah Type Certificate N219 dari DGCA Indonesia diberikan, kemungkinan pada akhir tahun 2018.
Lalu pengembangan bersama dan produksi pesawat CN235-220 mengenai rencana program (rekayasa dan pengembangan industri) yang akan ditetapkan dalam waktu 6 bulan setelah kuartal keempat tahun 2017. Dibahas juga tentang pembagian kerja untuk desain dan membangun kesepakatan yang akan ditetapkan pada kuartal ketiga tahun 2017. Pembagian kerja untuk desain dan pembangunan sarana pengembangan dan produksi di kuartal ketiga tahun 2018 dan mengkomersialisasikan pesawat CN235-220 yang akan ditetapkan pada kuartal keempat tahun 2018.
Berikutnya PTTA (pemasaran dan perluasan produksi pesawat terbang tanpa awak) / UAV serta kemungkinan pengembangan lebih lanjut untuk wilayah Asia Tenggara yang akan ditentukan dalam tahapan diskusi berikutnya. Definisi kebutuhan pasar serta pembagian kerja teknik dan industri untuk kedua belah pihak agar segera dan diselesaikan dalam waktu 6 (enam) bulan setelah penandatanganan perjanjian kerangka kerja ini.
Di samping itu tentang Aerostruktur. TAI akan melakukan penilaian kemampuan PTDI dalam rangka pemberian pekerjaan komponen aerostruktur di PTDI, pada kuartal ketiga tahun 2017. Perjanjian komersial hanya dapat ditentukan berdasarkan pada hasil tersebut diatas, kemungkinan pada kuartal pertama tahun 2018.
Kerjasama ini bertujuan untuk menetapkan kolaborasi strategis antara kedua belah pihak dalam bidang kedirgantaraan dan untuk bersama-sama merumuskan serta menetapkan strategi terbaik pada setiap ruang lingkup kolaborasi terkait. Diharapkan kerjasama ini akan terus berlanjut dan saling menguntungkan kedua industri kedirgantaraan masing-masing negara tersebut.
Tentang PT Dirgantara Indonesia (Persero)
PTDI merupakan badan usaha milik negara yang didirikan pada tahun 1976, terletak di Bandung, Indonesia. Produk utama yang dihasilkan adalah pesawat terbang, komponen struktur pesawat terbang, jasa perawatan pesawat terbang dan jasa rekayasa. PTDI telah menyerahkan lebih dari 400 pesawat terbang kepada 49 operator sipil dan militer, di dalam dan luar negeri. PTDI memproduksi berbagai jenis pesawat terbang CN235 dengan type certificate untuk penumpang sipil, kargo, pembuat hujan, transportasi militer, patroli maritim, survei dan pengawas pantai.
Selain itu, PTDI juga menghasilkan berbagai pesawat terbang dengan skema produksi bersama dengan para mitra kerja strategis internasional a.l dengan Airbus Defence &
Space untuk berbagai varian NC212 dan C295; dengan Airbus Helicopters untuk berbagai varian helicopter AS332, H225/H225M, AS550/555/565 dan AS350/365; dengan Bell Helicopter Textron untuk berbagai varian Bell 412.
PTDI membuat dan memproduksi bagian-bagian, komponen-komponen, tools dan fixtures untuk pesawat terbang Airbus A320/321/330/340/350/380. PTDI melayani jasa pemeliharaan, overhaul, perbaikan, alteration, customization dan dukungan pelanggan lainnya untuk setiap produk dirgantara yang dihasilkannya, juga produk non PTDI seperti A320, Fokker100 dan Fokker27. PTDI juga sudah dikenal dengan kemampuannya dalam bidang rekayasa kedirgantaraan Antara lain melayani jasa rekayasa dan analisa serta flight simulators.
PTDI telah sukses melakukan uji terbang perdana pesawat N219 pada tanggal 16 Agustus 2017, pesawat N219 merupakan pesawat penumpang dengan kapasitas 19 orang dengan dua mesin turboprop yang mengacu kepada regulasi CASR Part 23.
Proses rancang bangun, pengujian, sertifikasi hingga nantinya akan dilakukan proses produksi adalah hasil karya anak bangsa. Pesawat N219 memiliki kemampuan lepas landas di landasan pendek yang tidak dipersiapkan sehingga akan menjadi konektivitas antar pulau terutama di wilayah Perintis. [SR]***