majalahsora.com, Kota Bandung – Revitalisasi dan inovasi pertujukan Wayang Wong Priangan dengan judul “Jabang Tutuka Birth of The Blazing Knight” yang merupakan bagian dari rangkaian acara ISBI Bandung Arts Festival 2022, memukau ratusan penonton yang memadati Gedung Kesenian Sunan Ambu, Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Bandung, Jum’at (30/12/2022) malam.
Digarap dan diperankan oleh mahasiswa dan alumni jurusan tari ISBI Bandung.
Dialognya menggunakan bahasa Sunda, kostum dan make up pemainnya terkesan mewah. Dikemas secara kontemporer, didukung dengan iringan musik cadas underground yang menghentak, tata lampu yang apik dan tampilan aktrobatik para pemainnya.
Namun dalam tariannya tetap memegang teguh pakem tradisi Wayang Wong Priangan. Hal ini tidak lain agar bisa digemari oleh masyarakat luas terutama generasi milenial.
Antuasias penonton yang memadati Gedung Kesenian Sunan Ambu ISBI Bandung
Adapun jalan ceritanya mengenai Jabang Tutuka anak dari Arya Bima dan Arimbi yang dipilih oleh Bhatara Narada dan dewa lainnya untuk melawan kesombongan dan keangkuhan Naga Percona yang menghancurkan kayangan.
Arimbi pun tidak menerima Jabang Tutuka, anaknya yang masih remaja berjibaku secara fisik melawan Naga Percona. Hal ini membuat Arimbi sangat sedih dan terpukul.
Jabang Tutuka pun akhirnya meninggal dunia tidak berdaya melawan Naga Percona. Lalu mayatnya dibawa ke kawah candradimuka untuk ditempa dan menjadi Gatotkaca yang memiliki otot kawat tulang baja.
Setelah lahir kembali sebagai Gatotkaca, akhirnya bisa mengalahkan Naga Percona dan pasukannya.
Arimbi ibunda Jabang Tutuka bersama para mayang
Prof. Dr. Hj. Een Herdiani, S.Sen., M.Hum., penggagas sekaligus produser revitalisasi Wayang Wong Priangan “Jabang Tutuka Birth of The Blazing Knight”, menjelaskan bahwa pesan penting dalam cerita Jabang Tutuka yakni sebagai insan manusia jangan jumawa.
“Karena di atas langit masih ada langit. Mau gagah mau seperti apa pun pasti ada yang lebih hebat. Di samping itu dalam menghadapi situasi apapun jangan mudah berputus asa,” kata Prof Een, usai kegiatan di Gedung Kesenian Sunan Ambu.
Masih dikatakan Prof Een, tadi diceritakan juga bahwa Jabang Tutuka dibawa ke dalam kawah candradimuka, hal itu menggambarkan sebuah laboratorium tempat penempaan diri.
“Ketika manusia menghadapi sesuatu permasalahan, perlu ditempa untuk lebih kuat dan hebat lagi. Pesan itu mudah-mudahan sampai,” kata Prof Een.
Jabang Tutuka diceritakan sedang ditempa di dalam kawah candradimuka
Ketika disinggung mengenai pertujukan Wayang Wong Priangan ini yang dikemas secara berbeda dan modern, kata Prof Een tidak lain agar bisa diterima oleh generasi milenial.
“Ini bentuk revitalisasi dikala Wayang Wong Priangan sudah tidak hidup lagi di Jawa Barat. Karena dulu tahun 50-an, 60-an banyak sekali kelompok yang ada di Jawa Barat bahkan hampir setiap daerah ada. Tapi diakhir tahun 60-an sudah tidak ada lagi. Namun di Cirebon Wayang Wong Cirebon masih hidup. Termasuk di ISBI dan SMKN 10, namun dikemas dalam bentuk drama tari, dibuat secara mata kuliah atau kurikulum. Tapi kalau secara pertunjukan sudah tidak ada,” kata Prof Een.
Oleh sebab itu mantan Rektor ISBI Bandung periode 2014-2018 dan 2018-2022, ingin memperkenalkan Wayang Wong Priangan dengan berbagai cara.
“Sebelumnya (dipertunjukkan di tempat yang sama, tanggal 24 Mei 2022), ceritanya saya buat dalam bentuk film (sinematografi). Namun kita ingin coba yang sudah dikemas dalam film diterjunkan dalam pertunjukkan secara langsung, dan sangat berbeda sekali,” kata Prof Een.
Kesombongan Naga Percona terhadap para dewa yang akan menghancurkan kayangan
“Sebagai orang tradisi saya juga berpikir bagaimana caranya ya agar bisa diterima oleh generasi milenial. Orang-orang dan para sepuh pasti marah melihat karya seperti ini (menggunakan musik underground). Tapi dengan kemasan seperti ini bagi generasi milenial akan suka dengan musiknya, tata lampunya, tariannya dan kenal dengan tokoh-tokohnya,” kata Prof Een, sambil tersenyum.
Prof Een pun rencananya akan terus berinovasi melakukan garapan berikutnya, berkolaborasi dengan musik kekinian dan lainnya.
Muhammad Mughni Munggaran, sebagai sutradara dan penulis naskah menambahkan dalam pagelaran ini memperkenalkan sosok Gatotkaca yang sebelumnya merupakan Jabang Tutuka.
Pertarungan Gatotkaca dengan Naga Percona
“Proses Jabang Tutuka menjadi Gatotkaca ada proses yang tidak biasa. Dipercaya oleh para dewa untuk menjadi pahlawan, ternyata tidak semudah itu. Ada rintangan dan cobaan yang akhirnya Jabang Tutuka kalah,” kata Mughni.
“Para dewa memiliki solusi untuk diceburkan ke dalam kawah candradimuka dan menjadikan sosok yang lebih kuat lagi,” imbuhnya.
Masih kata Mughni meskipun dibalut dengan musik modern namun gerakan tari dan dialognya mengusung budaya Sunda yang disesuaikan dengan latar musik modern.
Dirinya juga berharap dengan adanya Pagelaran Wayang Wong Priangan seperti ini bisa digandrungi dan diterima oleh generasi milenial yang mungkin kurang suka terhadap seni tradisi.
Sukses menyuguhkan pagelaran yang apik dan kenikinian
“Dengan dimasukannya unsur musik underground, bisa menarik mereka dan akhirnya mengetahui cerita wayang itu sendiri dan tradisi yang lain,” tandasnya.
Sementara itu Rektor ISBI Bandung Dr. Retno Dimarwati S.Sen., M.Hum., mengatakan bahwa pihaknya dalam setiap tahun senantiasa mencoba mengadakan bentuk-bentuk revitalisasi, inovasi terhadap budaya yang dimiliki.
“Memang sangat kaya (kesenian dan budaya) tetapi tidak sedikit yang punah,” kata Retno.
“Sedikit demi sedikit kami mencari berbagai kesenian atau kebudayaan yang kita tampilkan kembali dengan berbagai inovasi dengan target anak milenial,” imbuhnya.
Ketua Pelaksana ISBI Arts Festival 2022, Dr. Mohamad Zaini Alif, S.SN., M.Ds., Produser, Prof. Dr. Hj. Een Herdiani, S.Sen., M.Hum., dan Rektor ISBI Bandung Dr. Retno Dimarwati S.Sen., M.Hum
Lanjutnya dengan berbagai upaya yang dilakukan ISBI Bandung, pengenalan dan apresiasi dari generasi milenial terhadap Wayang Wong Priangan, secara perlahan sudah mulai ada dampaknya.
“Sebelumnya kami adakan lomba cosplay wayang yang diikuti oleh ratusan pelajar SMA SMK,” kata Retno.
Saat disinggung apakah akan diadakan pagelaran serupa khusus bagi pelajar, menurutnya hal itu harus dilakukan.
“Kemarin juga kita melihat ada tiga pertujukan, di mana satu pertunjukan masih pakem dari Wayang Wong Cirebon, kemudian ada yang untuk destinasi wisata, yang lebih pendek (durasinya) hanya 20 menit. Kemudian ini yang betul-betul inovasi untuk generasi milenial.”
Gilang Jaya Handika sebagai MC serta penulis dialog bahasa Sunda, Muhammad Mughni Munggaran sebagai sutradara dan Anis Harliani Kencana Ekaputri, manager produksi
“Nanti kita pertunjukan lagi dievent-event berikutnya untuk melihat perbedaan-perbedaan itu dengan inspirasinya tetap dari tradisi,” pungkas Retno.
Dalam kesempatan yang sama Ketua Pelaksana ISBI Arts Festival 2022 Dr. Mohamad Zaini Alif, S.SN., M.Ds., menjelaskan pagelaran Wayang Wong Priangan Jabang Tutuka merupakan kegiatan pamungkas atau puncak acara dari rangkaian ISBI Bandung Arts Festival Tahun 2022. Sebelumnya telah dilaksanakan dari tanggal 16 dan 21 Desember 2022.
Masih dikatakan Zaini penyelenggaraan festival tahun ini bertepatan dengan peristiwa kemanusiaan gempa bumi di Cianjur, yang memiliki dampak luar biasa baik dari korban jiwa, materil, psikologis dan lainnya.
Oleh karena itu kata Zaini, ISBI Bandung berinisiatif memanfaatkan momentum ISBI Arts Festival 2022 ini untuk membangun empati dan kepedulian masyarakat.
“Tadi juga usai pagelaran ada lelang lukisan Gatotkaca dan dimenangkan oleh Bu Retno Rektor ISBI Bandung, dananya akan diserahkan untuk korban gempa bumi Cianjur,” kata Zaini.
Semua unsur pendukung dalam pagelaran Wayang Wong Priangan berfoto bersama
Meskipun begitu kata Zaini, ISBI Bandung tetap menjalankan fungsinya sebagai lembaga pendidikan yang memiliki tugas konservasi, rekonstruksi dan inovasi seni budaya, khususnya di Jawa Barat.
Merespon keadaan tersebut, menurut Zaini, ISBI Arts Festival 2022 dirancang menjadi “he-art festival” yakni sebuah aktivitas dengan tujuan menyentuh hati dan naluri kemanusiaan, membantu sesama yang tengah ditimpa musibah, melalui aktivitas seni budaya.
Lanjutnya tema ISBI Arts Festival 2022 yang diusung adalah “Rumaksa Miara Pakaya”, yang memiliki arti menjaga, melestarikan, dan memelihara kekayaan budaya yang merupakan jati diri bangsa sebagai bagian dari implementasi UU no 5 tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan.
Adapun rangkaian acaranya diawali dengan Trauma Healing bagi korban Gempa Cianjur, pada tanggal 16 Desember 2022 di Desa Rancagoong, Kecamatan Cipaku, Kabupaten Cianjur.
Kemudian dilanjutkan dengan Lomba Cosplay Wayang Orang Tingkat SMA dan SMK sederajat, sekaligus apresiasi Wayang Orang Cirebon dan Fragmen Tari Wayang “Patrem Sang Dewi Sinta”, pada tanggal 21 Desember 2022. Selain itu, Pameran dan live-painting. [SR]***