majalahsora.com, Kota Bandung – Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Bandung mengadakan kegiatan Focus Group Discussion (FGD) mengenai Penelitian Penugasan Kajian Budaya Cikamuning, yang diadakan oleh Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LP2M), ISBI Bandung, di Ruang Sidang Rektorat, Jalan Buahbatu, No 212, Rabu (2/10/2024).
Kegiatan ini ada kaitannya dengan perkembangan serta realisasi pembangunan kampus II ISBI Bandung di daerah Desa Bojongkoneng, Kecamatan Ngamprah, Kabupaten Bandung Barat (KBB).
Langkah sebelumnya yang telah dilakukan oleh ISBI Bandung di antaranya melakukan Kuliah Kerja Nyata (KKN), dengan mengirimkan ratusan mahasiswa ke 26 Desa yang ada di empat kecamatan, di KBB.
Selama KKN para mahasiswa harus menciptakan ikon dan karatagan setiap desa. Di samping itu mengembangkan budaya lokal yang ada.
Mantan Rektor ISBI Bandung, Prof. Dr. Een Herdiani, S.Sen., M.hum
Kemudian mengadakan “Bukabata Festival”, di tanah kampus II ISBI Bandung, sebagai awal sinergitas antara masyarakat Desa Bojongkoneng yang merupakan “puseur” (pusat) kebudayaan di KBB dengan ISBI Bandung. Acaranya antara lain diisi dengan upacara “Tepung Cai”, yang sudah tercatat sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB).
Hal ini pun dijabarkan saat FGD, sebagai salah satu hasil penelitian yang dilakukan oleh tim, meneliti tentang toponimi, alam, tradisi, budaya, sejarah lahan kampus ISBI II, yang berada di kawasan urugan Gunung Sunda dan banyak lagi.
Titi Bachtiar, dari Kelompok Riset Cekungan Bandung, salah satu narasumber, memberikan masukan bagi pembangunan kampus II ISBI Bandung.
Menurutnya Pemerintah KBB serta Pemerintah Provinsi Jawa Barat (Jabar), harus benar-benar mendukung pembangunan Kampus II ISBI Bandung.
Prof. Dr. Arthur S. Nalan, S.Sen., M.Hum., tim peneliti juga mantan Ketua STSI Bandung (ISBI Bandung)
“Ini akan sangat berdampak positif, untuk pemajuan kebudayaan di Jabar,” kata Titi Bachtiar.
Dirinya juga memberikan masukan agar, pembangunan kampus II ISBI Bandung, harus memperhatikan keadaan alam dan buminya.
“Harus dibuat poros dan orientasi kampus itu akan menghadap ke mana. Agar lanskapnya bagus,” katanya.
Tidak kalah penting harus memperhatikan keadaan atmosfer, pasalnya ada penamaan tempat (desa), seperti Lawangangin, Pasirangin, yang menandakan bahwa di kawasan tersebut dilintasi oleh angin yang sangat kuat.
Wakil Rektor I, Indra Ridwan, S.Sos., M.Sen., MA., Ph.D
“Itu harus diperhatikan, dibuat poros, anginnya disalurkan agar tidak menjadi bahaya bagi penghuni kampus. Salah satu yang bisa mengarahkannya adalah pohon,” kata Titi Bachtiar.
Dia pun menyarankan, nanti di kampus II ISBI Bandung ditanami pohon yang sangat kuat, seperti kiareng, kicalung, kihiang, khas Jabar dan banyak lagi.
Di samping itu juga ditanami pohon bambu, yang ditanam di daerah yang tanahnya memiliki kemiringan. Pasalnya pohon bambu juga bisa menarik dan menyimpan air.
“Bambu tidak hanya bisa dimanfaatkan bambunya, tetapi juga punya sistem yang sangat bagus untuk mengatur tata air di dalam tanah,” terangnya.
Dekan Fakultas Seni Pertunjukan, Dr. Ismet Ruchimat, S.Sen., (kemeja biru) dan Pepep Didin Wahyudin, M.Sn., tim peneliti (kiri)
Masih dikatakan Titi Bachtiar, di kampus II ISBI Bandung juga harus ditanami pohon pangan. Jadi ketika terjadi kegagalan panen atau apa, kampus bisa memberikan suplai makanan dalam bentuk buah, misalnya ditanami sukun dan pisang.
Sedangkan Ari Wibisana, S.Ip., Kepala Bidang Perencanaan Ekonomi dan Sumber Daya Alam, Badan Perencanaan, Pembangunan, Penelitian, dan Pengembangan KBB, mengatakan bahwa ini menjadi kebahagiaan bagi Pemerintah Kabupaten Bandung Barat, akan hadirnya kampus II ISBI Bandung.
“Pertama kami sangat bersyukur dan berterima kasih kepada unsur pimpinan kampus. Kedua Bandung Barat yang merupakan kulonnya Bandung, menjadi tantangan bagi kami agar Bandung Barat yang belum dikenal luas menjadi dikenal.”
“Dengan hadirnya ISBI menambah arti lain kulonnya itu, Bandung Barat di antara Bandung lainnya menjadi lebih keren,” kata Ari.
Ketua LP2M, Neneng Yanti Khozanatu Laphan, S.Ag., M.Hum., Ph.D
Dia berharap, dengan akan hadirnya ISBI Bandung di KBB, bisa berdampak pada pemajuan kebudayaan dan menjadi berkah bagi Pemda KBB.
“KBB menjadi daerah yang berperadaban baik, diindikasi dengan kreativitas tinggi. Hadirnya ISBI Bandung bisa menyelesaikan, persoalan budaya, politik dan lain sebagainya,” kata Ari.
Saat disinggung mengenai dukungan Pemda KBB, agar percepatan pembangunan kampus II ISBI Bandung bisa segera terealisasi, kata dia akan terus mendorong secara administrasi dan politik.
Namun terkendala dengan lahan, ini menjadi tantangan Pemda KBB.
Titi Bachtiar, dari Kelompok Riset Cekungan Bandung
“Bahwa ada urusan kewenangan yang menjadi pembagian kewenangan bersama, kewenangan Pusat, Provinsi, Bupati (KBB) dan kewenangan Desa,” kata Ari.
Sesuai kewenangan Pemda KBB, pihaknya akan semaksimal mungkin mendorong pembangunan kampus II ISBI Bandung yang berada di kawasan yang akan berkembang sangat pesat, yakni Padalarang dan Cikalongwetan, segera terealisasi.
“Kami akan terus berkomunikasi mengenai perencanaan dengan provinsi dan pemerintah pusat, akan kami dorong terus. ISBI pun melakukan hal yang sama, dengan Kementerian Dikti. Nanti kita bertemu di Bappenas.”
“Ini perlu akselerasi, perencanaan dan komunikasi secara bersama-sama. Supaya nanti ketemu di Bappenas. Dikti nanti komunikasi dengan Bappenas, bahwa perencanaan daerah tentang pembangunan ISBI, akan bertemu di Musrenbangnas,” pungkasnya.
Kepala Bidang Disparbud KBB, Hernandi Tismara, S.Sos., M.Si
Sementara Rektor ISBI Bandung, Dr. Retno Dwimarwati, S.Sen., M.Hum., mengatakan bahwa FGD ini memberikan jalan terang bagi pihaknya, untuk melangkah ke depan.
Pihaknya pun sudah melakukan berbagai langkah apalagi , di antaranya, melakukan penelitian secara sosio-kultural, topologi, toponimi, ekologi, agar ISBI Bandung hadir secara
sosial-budaya semakin kuat. Secara utuh mengusung KBB.
“Jadi kami berupaya, tidak ujug-ujug ISBI Bandung hadir di sana,” kata Retno.
Lanjutnya lahirnya kampus II ISBI Bandung sesuai dengan sosial-budaya yang ada di daerah tersebut. Bukan atas nama keangkuhan akademisi, tetapi merakyat bersama masyarakat, untuk membangun pemajuan kebudayaan di KBB.
Kepala Bidang Perencanaan Ekonomi dan Sumber Daya Alam, Badan Perencanaan, Pembangunan, Penelitian, dan Pengembangan KBB, Ari Wibisana, S.Ip
Dengan begitu, dia berharap, ISBI Bandung sebagai agen pemajuan kebudayaan, memiliki kontribusi besar dalam memajukan objek pemajuan kebudayaan di wilayah KBB.
Saat ditanya dengan penamaan kampus II ISBI Bandung, kata Retno sudah dilakukan baik itu berdasarkan patanjala (air/sungai), dan potologi Cikamuning. “Selain Cimeta yang merupakan sungai purba, di sana pun ada lima mata air,” kata Retno.
“Kami betul-betul melihat secara lahan, bagus untuk menghidupkan kembali berbagai hal berbau sosio-kultural Sunda,” imbuhnya.
Masih dikatakan Retno, di lahan kampus II ISBI Bandung, masih ada lahan sawah abadi.
Acaranya dipandu oleh Sekretaris LP2M, Iip Sarip Hidayana, S.Sn., M.Sn
“Sawah abadi dengan terasering menarik, tidak akan diganggu gugat. Ada lima sumber mata air. Dan akan membuat hutan.”
“Jadi tidak hanya membangun. Kalau dipersentasekan, kalau dari lahan sembilan hektar, lima hektar yang bisa dibangun. Lainnya kami berupaya membangun kembali ekologi Sunda, seperti apa di sana,” pungkasnya.
Sekedar diketahui dalam FGD menghadirkan narasumber, Ari Wibisana, S.Ip., Titi Bachtiar, Kepala Bidang Disparbud KBB, Hernandi Tismara, S.Sos., M.Si.
Di samping itu pengantar dari Ketua LP2M, Neneng Yanti Khozanatu Laphan, S.Ag., M.Hum., Ph.D. Presentasi dari Prof. Dr. Arthur S. Nalan, S.Sen., M.Hum., dan Pepep Didin Wahyudin, M.Sn. Acaranya dipandu oleh Sekretaris LP2M, Iip Sarip Hidayana, S.Sn., M.Sn.
Dihadiri oleh mantan Rektor ISBI Bandung, Prof. Dr. Een Herdiani, S.Sn., M.hum., Wakil Rektor I, Indra Ridwan, S.Sos., M.Sen., MA., Ph.D., Dekan Fakultas Seni Pertunjukan, Dr. Ismet Ruchimat, S.Sen., perwakilan Forum Wartawan Pendidikan Jabar dan lainnya. [SR]***