majalahsora.com, Kota Bandung – Forum Grup Discussion (FGD) ke II Penyempurnaan Modul Ekskul Penca sebagai Pemajuan Kebudayaan, untuk siswa SD di Kota Bandung hampir mendekati finalisasi.
Kegiatan yang dihelat Selasa 24 September 2019, di Hotel Ardan Kota Bandung tersebut, merupakan kelanjutan dari FGD sebelumnya yang dilangsungkan tanggal 12 September 2019, di tempat yang sama.
Dihadiri oleh Dewi Kaniasari Kepala Dinas Kebudayaan Pariwisata (Disbudpar) Kota Bandung, Tantan Syurya Santana Sekretaris Disbudpar Kota Bandung, Asep B Kurnia, Irwan Muhtar, nonoman Sunda, jajaran Disbudpar Kota Bandung, perwakilan dari Disdik Kota Bandung dan lainnya.
Pada kesempatan itu Dr. Adil A Fadilah sebagai narasumber, memaparkan mengenai modul yang telah disusunnya bersama tim.
Poto kiri ke kanan: Dr. Adil, Galih dan Aji Padepokan Seni Penca Daya Sunda
Isi modul tersebut menjelaskan mengenai penca sebagai objek pemajuan kebudayaan, seni ibing penca, koreografi seni ibing penca, dan lainnya.
Di samping itu mempraktekan langsung gerakan penca yang ada di dalam modul, diperagakan oleh Aji Andawari kumplit dengan iringan kendang penca.
Terkait hal itu Dewi Kaniasari Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Bandung kepada majalahsora.com mengatakan setelah FGD ke-II ini pihaknya akan melakukan revisi terhadap isi modul yang telah disusun untuk lebih disempurnakan lagi.
“Kita akan menyempurnakan isi modulnya baik dari segi isi maupun tata rupanya, agar penyajiannya lebih menarik. Saya sudah komunikasikan dengan bidang ekonomi kreatif untuk dibantu desainnya oleh komunitas desain,” katanya.
Suasana kegiatan
Di samping itu pihaknya pun sesegera mungkin intens melakukan komunikasi dan berkonsultasi dengan Disdik Kota Bandung.
Menurut pengakuan Keni, ini bukan kolaborasi yang pertama dengan Disdik Kota Bandung.
Selain dengan Disdik beberapa pihak diharapkan partisipasinya, seperti OPD yang terkait dengan dunia swasta serta dunia usaha.
“Mudah-mudahan penca ini bisa menjadi intrakurikuler, masuk jam pelajaran. Apabila tidak memungkinkan ya tetap menjadi ekstrakurikuler di SD se-Kota Bandung,” kata Keni sapaan akrabnya, Selasa (24/9/2019).
Tantan Sekdis Disbudpar (memakai peci) saat memeragakan gerakan penca
Langkah berikutnya akan melakukan sosialisasi kepada para calon pelatih yang akan mengajarkan penca ini kepada para siswa SD se-Kota Bandung.
Tentu ada langkah-langkah lainnya yang akan digodog dan dimatangkan agar penca ini menjadi ekskul yang digemari oleh generasi milenial.
“Selain modul kita juga akan membuat secara audio visualnya serta ada duta penca, agar lebih diminati,” kata Keni.
Dirinya pun berharap program luhung ini bisa sesegera mungkin terealisasi dan didukung oleh semua pihak, baik pemerintah maupun swasta.
Asep Maung & Dewi Kaniasari Kadisbudpar
“Ini kerja bareng dalam memelihara dan mengembangkan penca. Tidak hanya pemerintah saja tetapi peran serta dari dunia usaha. Begitu juga pihak swasta, kami sangat harapkan. Minimal mereka bisa mendukung kegiatan-kegiatan sekolah,” kata Keni.
Dirinya berharap di tahun 2020, siswa secara masif bisa tampil saat ulang tahun Bandung, hal itu jadi salah satu indikator banyak sekolah yang berpartisipasi.
“Penca merupakan seni bela diri khas tanah Sunda yang perlu diperkenalkan lagi eksistensinya kepada masyarakat, khususnya di kalangan pelajar,” papar Keni.
Aji sedang memeraktekan gerakan di dalam modul
Pada kesempatan yang sama Asep B Kurnia biasa disapa AA Maung, nonoman Sunda yang juga pemerhati pendidikan sangat memuji keseriusan dari Disbudpar Kota Bandung yang dinahkodai Keni.
“Dari FGD Penca menjadi Ekskul di SD ini saya menilai Disbudpar Kota Bandung sangat serius. Bu Kadis, Pa Sekdis, Pa Kabid hadir. Tinggal keseriusan dari Disdik Kota Bandung agar cepat berjalan. Lamun teu ku urang ku saha deui, lamun teu ayeuna iraha deui,” tegas Asep. [SR]***