majalahsora.com, Kota Bandung – Lima orang perwakilan anggota Komisi V Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi Banten, melakukan kunjungan kerja ke SMAN 20 Kota Bandung, Jalan Citarum No 23, Jum’at (12/8/2022) petang.
Tujuan mereka ingin mempelajari kualitas pendidikan di Jawa Barat (Jabar), khususnya Kota Bandung.
“Kami akan mengambil beberapa pelajaran dari Kota Bandung. Sebelumnya kami melakukan searching dan memilih SMAN 20, karena sekolah ini bisa menjaga cagar budaya bangunan heritage. Juga pernah dijadikan lokasi syuting film fenomenal yaitu film Dilan,” kata Dede Rohana Putra, Sekretaris Komisi V DPRD Banten, dari Fraksi PAN, melalui sambungan telepon pintar, Jum’at (12/8/2022) malam.
Di samping itu, kata Dede juga dilihat dari segi prestasi, SMAN 20 memiliki prestasi yang mumpuni.
“Kami ingin tahu dan tanya kiat-kiat SMAN 20, sehingga bisa menjadi sekolah favorit dan unggulan,” kata Dede.
Pihaknya juga menanyakan mengenai peran serta komite SMAN 20, terhadap sekolah.
“Kita tahu, tanpa peran komite yang solid dan kuat, pihak sekolah pasti akan kesulitan untuk memulai program di luar pembiayaan dari APBD,” kata Dede.
Berfoto bersama dengan guru termasuk anggota komisi V dari fraksi partai Demokrat, PKS, PKB dan Golkar DPRD Banten
Komisi V DPRD Banten juga dalam kesempatan itu menggali informasi mengenai pembinaan kesiswaan, kurikulum dan lainnya dalam mendorong peningkatan mutu sekolah.
“Tadi dijelaskan secara konfrehensif melaui data juga mendapat copy-an, akan dijadikan pelajaran untuk diterapkan di Banten,” kata Dede.
Saat ditanya mengenai perbedaan pengelolaan satuan pendidikan (SMA, SMK dan SLB) di Banten dan Jabar, ia menjelaskan bahwa biaya operasional pendidikan daerah (BOPD) di Jabar lebih besar dari pada Banten.
“Di Jabar tadi saya dengar setahun sekitar Rp 1,8 juta per tahun per siswa kalau di Banten masih Rp 1,4 juta per tahun, per siswa,” kata Dede.
“Tentu itu akan menjadi diskusi kami dengan TAPD dan Gubernur, mungkin menjadi salah satu kualitas pendidikannya (di Banten) susah bersaing, karena anggaran ada selisih dibanding Jabar,” kata Dede.
Masih kata Dede di Banten sekolah mengoptimalkan jumlah kuota menjadi 12 rombongan belajar (rombel) sedangkan di Jabar khususnya di SMAN 20 Kota Bandung tidak lebih dari 12 rombel.
Oleh sebab itu menurutnya di Bandung tidak memaksakan kuantitas siswa namun kualitas.
Saat kegiatan diskusi di SMAN 20 Kota Bandung, Jalan Citarum No 23
“Tadi juga SMAN 20 menyajikan pembelajaran selama PPKM (masa pandemi) level 1, 2 dan 3 guru-gurunya sangat proaktif,” kata Dede.
“Namun dijelaskan juga kendalanya, yakni Permendikbud tidak memperbolehkan sekolah merekrut guru honorer padahal di sekolah tersebut kekurangan guru. Kondisi itu juga sama dengan di Banten. Ada beberapa sekolah yang memang kekurangan tenaga pengajar tetapi tidak boleh mengambil tenaga pengajar baru. Itu akan menjadi masukan ke Kementerian, kita sama-sama suarakan yang memang harus dievaluasi,” tegas Dede.
Dirinya juga memuji para kepala sekolah di Bandung, karena tunjangan jabatannya jauh lebih kecil dari Banten namun bisa membawa satuan pendidikan yang dipimpinnya berkualitas.
“Kami kaget, di kami tunjangan Kepala Sekolah hampir Rp 15 jutaan di sini (Jabar) di bawah Rp 5 juta. Mungkin di daerah Bandung tunjangan segitu tidak besar, tetapi untuk daerah lain, seperti Cianjur mungkin dianggap besar. Itu juga akan menjadi evaluasi di Banten,” kata Dede.
“Bisa jadi evaluasi tunjangan kepala sekolah di Banten tinggi tapi layanan belum maksimal. Ini akan mencari formula dan kita diskusikan,” imbuhya.
“Di Bandung dan Jabar tunjangan kecil tapi masih semangat dan berkualitas. Seharusnya Banten bisa mengungguli Jabar.”
Diketahui Provinsi Banten kini berusia 21 tahun. Pada tanggal 4 Oktober mendatang akan menginjak usia 22 tahun. [SR]***