majalahsora.com, Kota Bandung – SMP Yudhistira Kota Bandung, salah satu sekolah swasta berkualitas di “Kota Kembang” memiliki ciri khas dan keunggulan tersendiri dalam memberikan layanan kepada siswanya.
Keunggulan tersebut di antaranya, ada pada aspek sarana prasarana, yakni memiliki laboratorium Bahasa Inggris dan laboratorium komputer untuk mata pelajaran teknologi informasi dan telekomunikasi (TIK) yang sempat dihilangkan dari kurikulum.
Kepala SMP Yudistira Kota Bandung, Desi Rubiyanti, S.Pd., M.M., Kota Bandung, kepada majalahsora.com menjelaskan, bahwa program sekolah di bawah kepemimpinannya memprioritaskan pada kualitas pembelajaran di kelas.
“Karena ini nyambung dengan program menteri yang sekarang (Prof Abdul Mu’ti) yaitu deep learning. Yaitu memaksimalkan pembiasaan mulai dari rumah hingga di sekolah. Imbasnya adalah ke proses pembelajaran yang maksimal bagi siswa. Output yang dihasilkan adalah siswa memiliki pengetahuan yang baik dan berkualitas,” kata Desi, di SMP Yudhistira Jalan Cibaduyut, Kelurahan Cibaduyut Kidul, Kecamatan Bojongloa Kidul, Jum’at (24/1/2025).
Guru sedang mengajar di dalam kelas
Pembiasaannya sendiri dimulai dari pembinaan kepala sekolah yang diberikan kepada siswa, setiap hari Senin. Kemudian ada pembiasaan literasi pada hari Selasa dan numerasi pada hari Rabu. Salah satu tujuan pembiasaan numerasi, kata Desi untuk memperkuat daya tangkap siswa dalam berhitung, ini melihat minat siswa terhadap hitungan dasar yang menurun, termasuk merujuk dari raport pendidikan.
Selanjutnya, adalah pembiasaan keagamaan. Setiap hari, siswa yang beragama Islam membaca kitab suci Al Qur’an, tadarusan di kelas masing-masing, dibimbing oleh guru mata pelajaran jam pertama. Di samping itu membaca surat pendek atau asmaul husna.
Setelah itu, ada program olahraga dan Jum’at bersih pada hari Jum’at. Hal ini menjadi dasar bagi siswa SMP Yudhistira agar tercipta antara keseimbangan kesehatan jasmani serta kesehatan lingkungan dengan menjaga kebersihan.
Sedangkan pada hari Sabtu, ada pembiasaan wajib, yakni siswa kelas VII dan VIII mengikuti kegiatan kepramukaan. Durasi dari pembiasaan pada hari Sabtu lebih lama satu jam dibandingkan dengan pembiasaan dari hari Senin hingga Jum’at.
Guru PJOK SMP Yudhistira saat memberikan pembelajaran teori
Dalam kegiatan Pramuka, targetnya untuk pembentukan karakter, kemandirian serta sosialisasi antar siswa yang lebih erat.
Dalam kegiatan ini siswa tidak hanya dilatih mengenai baris berbaris saja. Namun juga tentang bagaimana cara menjaga kesehatan, cara menjaga diri sendiri dan lainnya. Pemberian materinya di dalam kelas dan di lapangan, tergantung materi yang diberikan oleh pembina Pramuka.
“Sampai kita juga sempat bekerja sama dengan pihak luar dalam memberikan materi ke siswa tentang mitigasi atau bencana alam, salah satunya gempa. Karena gedung kita tiga lantai. Sehingga penting tentang tata cara mitigasi ini,” ujar Desi.
Di SMP Yudhistira Desi juga menerapkan sistem “moving class” , ini diaplikasikan untuk pembelajaran tertentu.
Sarana unggulan lainnya, pembelajaran menggunakan proyektor baru
“Moving class di sini itu adaah pembelajaran yang memang menggunakan lab khusus. Yaitu pelajaran yang di lab Bahasa Inggris dan pembelajaran di lab multimedia. Gurunya stay di situ, jadi siswa yang datang ke lab. Dan lab komputer juga. Lab ini masuk ciri khas juga, waktu pelajaran TIK sempat tidak ada, di kita tetap ada. Sekarang juga katanya akan ada lagi pelajaran TIK nya,” kata Desi.
“Untuk sementara kami fokus di situ dulu dipembiasaan. Kalau prestasi kita mungkin belum. Namun prestasi di ekskul kita sudah berjalan. Yaitu di Pramuka, karate dan futsal. Kami ikut serta jika ada perlombaan-perlombaan. Alhamdulillah siswa kami banyak partisipannya. Dan ekskul yang sekarang sedang merintis adalah pencak silat. Insya Allah ini juga akan diseriuskan,” kata Desi menambahkan.
Adapun ekskul yang telah meraih prestasi dalam waktu dekat adalah karate. Delapan siswa SMP Yudhistira meraih medali perak, di lomba antar SMP, dilaksanakan di Puragabaya, tingkat Kabupaten Bandung.
Ia berharap agar prestasi siswanya semakin banyak. Contohnya seperti dalam penyelenggaraan olimpiade, para siswa berpartisipasi dan berprestasi dalam kegiatan tersebut.
Terkait Program RMP dari Pemkot Bandung
Berkenaan dengan gelontoran bantuan dari Pemerintah Kota Bandung, terhadap siswa rawan melanjutkan pendidikan (RMP) di sekolah swasta pada tahun 2024, termasuk bagi siswa SMP Yudhistira, Desi sangat bersyukur dan berterima kasih kepada Pemkot Bandung.
Laboratorium bahasa yang baru, bagian keunggulan sarana prasarana SMP Yudhistira Kota Bandung
Menurutnya program bantuan RMP ini sangat banyak manfaatnya, di samping untuk siswa RMP juga untuk kemajuan SMP Yudhistira.
“Ini sangat membantu bagi siswa yang kurang mampu secara ekonomi. Imbasnya adalah ke pendapatan sekolah untuk bisa dibayarkan SPP dan DSP. Maka RMP membantu dalam penambahan swadaya para siswa RMP,” kata Desi.
Kemudian untuk bantuan personal RMP, telah dibelanjakan khusus untuk perlengkapan sekolah siswa dan sudah dibagikan ke kepada penerima manfaat.
Dikatakan Desi, mereka sangat senang dengan adanya bantuan ini. Pasalnya ada beberapa siswa yang sepatunya sudah rusak. Bahkan ada yang memakai sendal ke sekolah, karena sepatunya tidak layak pakai. Tidak hanya siswa, orangtua mereka pun ikut senang akan bantuan tersebut.
Kemudian, item alokasi untuk bantuan personalnya terdiri dari seragam putih biru, seragam tradisional, seragam Pramuka, tas, kaos kaki, sepatu, alat tulis dan buku tulis.
Berbagai pembiasaan di SMP Yudhistira Kota Bandung dalam mendukung upaya melahirkan generasi unggul pada tahun 2045
Lalu untuk dana alokasi operasionalnya, digunakan pada pembaharuan laboratorium bahasa dan laboratorium multimedia.
Laboratorium multimedia digunakan sebagai penunjang sarana pembelajaran yang baru, agar tidak monoton.
“Kalau lab bahasa kita kan ada muatan lokal yaitu bahasa Inggris. Jadi itu di lab Bahasa Inggris. Lab Bahasa Inggris yang dulu terlalu sempit. Alhamdulillah dengan operasional RMP sekarang lab tersebut punya ruangan baru. Sekarang dilengkapi proyektor, papan tulis serta bangku dan kursi baru. Tinggal mensetting ruangan saja,” ujar Desi.
Di samping itu dialokasikan untuk membeli kursi dan meja baru di setiap kelas. Dengan begitu, dirinya berharap agar program RMP tetap ada setiap tahunnya.
“Kalau bisa tetap ada personalnya dan tetap dipisah dengan operasional. Karena yang operasional terasa bagi sekolah dan yang personal terasa bagi para siswa. Jadi anggarannya tidak saling menganggu. Dan kalau bisa sosialisasi RMP ke depannya bisa lebih banyak dan spesifik. Sehingga tidak ada miskomunikasi, di semua sekolah sama,” tandasnya. [SR]***