majalahsora.com, Kota Bandung – SMAN 12 Kota Bandung menyelenggarakan kegiatan Latihan Dasar Kepemimpinan Siswa atau LDKS khusus untuk seluruh siswa kelas XI yang berjumlah 360 orang. Dilangsungkan di Pangkalan TNI AU Sulaiman Kopo, Jalan Hercules, Kecamatan Margahayu, Kabupaten Bandung.
Kepala SMAN 12 Kota Bandung, Hj. Enok Nurjanah, M.Pd.I., menjelaskan bahwa dalam kegiatan ini pihaknya fokus agar para siswa lebih tergali jiwa kepemimpinannya.
Para siswa ditanamkan sejak dini mengenai bagaimana memiliki karakter seorang pemimpin terintegrasi. Yang terdiri dari integritas, kedisiplinan, tanggung jawab dan sebagainya.
Kepala SMAN 12 Kota Bandung, Hj. Enok Nurjanah, M.Pd.I
Narasumber atau pematerinya terdiri dari pihak TNI AU, Purna Paskibra dan dari internal sekolah.
“Alhamdulillah ini sudah pelaksanaan LDKS tahun kedua. Para siswa kelas XI cepat beradaptasi dalam bersikap, bertutur dan sebagainya sesuai arahan narasumber. Ini memang sengaja hanya siswa kelas XI saja, karena menurut kami di tingkat itu adalah pertengahan menjelang dewasa. Di fase ini mereka masih mencari jati diri, sehingga harus diarahkan ke arah yang benar. Kelas X dan XII tidak ada kegiatan seperti ini,” kata Enok menjelaskan.
“Di sini bukan berarti mereka siswa terus diajarkan yang setara dengan tingkat pimpinan, karena mereka masih pelajar. Tapi bagaimana karakter pemimpin bisa terintegrasi di siswa. Di sini juga mereka hingga diajarkan bahwa tata cara makan yang benar itu tidak boleh sambil tiduran misalnya. Aturan bukan hanya dalam pembelajaran, tapi juga di rumah dan di masyarakat,” kata Enok menambahkan.
LDKS SMAN 12 Kota Bandung, dilangsungkan di Pangkalan TNI AU Sulaeman selama tiga hari dua malam siswa digembleng
Dirinya berharap para siswanya lebih tergali jiwa dan karakter kepemimpinannya. Terutama mampu memimpin dirinya sendiri. Sehingga ketika kembali ke pembelajaran di sekolah, mereka mampu menerapkan disiplin, tanggung jawab, kemandirian, gotong royong dan kerja sama.
Penguatan karakter ini adalah kegiatan yang bagus dan rencananya akan terus ada di setiap tahunnya di tingkat kelas XI. Enok pun akan mengevaluasi kegiatan ini terus-menerus ke depannya.
Sementara Aceng Turmidi, S.Th.I., Pembina Keagamaan Siswa Muslim, menyampaikan bahwa LDKS memang kegiatan yang sangat penting dilaksanakan dari sekolah untuk siswa.
Aceng Turmidi, S.Th.I., Pembina Keagamaan Siswa Muslim
Tujuannya adalah mempersiapkan mental siswa menjadi pribadi yang tangguh, mandiri dan penuh rasa tanggung jawab dalam menghadapi kehidupannya di masa mendatang.
“Mereka antusias dan menikmati acara ini. Ini acara satu tahun sekali dan berlaku di kelas XI. Semangat mereka adalah menginginkan perubahan sikap dan karakter yang mempengaruhi cara bersikap dan pola pikir dalam mengarungi kehidupan setelah lulus sekolah. Sehingga mereka terbiasa untuk mandiri dan tanggung jawab,” ungkap Aceng.
Lanjut Aceng, Kegiatannya dimulai dari tanggal 7 Agustus sampai 9 Agustus 2024, tepat sebelum shalat Jum’at.
LDKS menjadi salah satu cara pembentukan karakter siswa SMAN 12 Kota Bandung, kelak menjadi calon pemimpin tangguh
Adapun jumlah pesertanya sebanyak 360 siswa dan guru yang datang ke lokasi kegiatan ada 10 orang.
Kegiatan LDKS ini pun tidak ada perbedaan dengan tahun sebelumnya.
Ia berharap siswa dapat memahami dan menerapkan ilmu baru yang telah diberikan narasumber, untuk diaplikasikan dalam kehidupan sehari-harinya, tidak hanya di saat pelatihan maupun di sekolah.
Dr. Sayang Br. Tarigan, S.Th., M.Th., Pembina Siswa beragama Katolik dan Protestan
Dirinya juga berpendapat bahwa kegiatan seperti ini harus terus selalu ada dalam perencanaan yang matang. Sehingga siswa SMAN 12 Bandung menjadi siswa yang berbuat kebaikan dan bertanggung jawab.
Pada kesempatan yang sama, Pdt. Dr. Sayang Br. Tarigan, S.Th., M.Th., Pembina Agama Katolik dan Protestan, mengatakan bahwa, para peserta terlihat memiliki keyakinan hati yang sangat tinggi dalam mengikuti seluruh rangkaian kegiatan.
“Saya di sini sebagai pendamping siswa non-muslim. Mereka yang beragama Katolik dan Kristen, kalau ada acara shalat atau keagamaan muslim, akan berkumpul di satu tempat, dan saya memberikan pembinaan atau nasihat-nasihat sesuai ajaran Al-Kitab. Agar mereka menjadi pribadi yang tidak gampang menyerah dengan kaki yang kuat berdiri di atas kaki sendiri dengan berkata saya Ready!,” ucap Sayang dengan antusias.
Berbagai materi diberikan, seperti cinta tanah air, disiplin, tanggung jawab, kemandirian, kerja sama dan lainnya
Lanjutnya dalam kegiatan ini, ada sebanyak 20 siswa non muslim yang ikut serta. “Puji Tuhan, mereka sejauh ini tidak ada yang gugur. Mereka tetap stay dan tough dalam mengikuti kegiatan. Memang ada juga yang kaget hingga bertatih-tatih. Karena dari segi fisik mungkin ada yang tidak terbiasa dengan kegiatan seperti ini. Masih wajar. Kalau yang muslim bangun pagi, mereka juga sama. Berkumpul bersama,” kata Sayang.
Dia berharap dari LDKS tersebut, SMAN 12 Bandung ini menjadi “role model” bagi sekolah lain. Walaupun ada perbedaan agama, di SMAN 12 Bandung memiliki rasa toleransi yang tinggi. Menjunjung tinggi kolaborasi yang baik, tidak pandang bulu. Baik antar guru maupun siswa, tidak ada saling membeda-bedakan.
Kemudian Deyna Sullivan, S.E., pemateri yang berasal dari Purna Paskibraka Indonesia Kota Bandung, mengatakan bahwa materi yang diberikannya berupa pembentukan karakter “Cinta NKRI, Ketahanan Nasional” melalui beberapa bentuk permainan.
Deyna Sullivan, S.E., pemateri dari Purna Paskibraka Indonesia Kota Bandung
“Materi dari kita kebanyakan di outbond. Seperti PBB (Peraturan Baris-Berbaris), dapat menanamkan disiplin siswa. Kemudian Ketahanan Nasional. Lalu ada pengambilan keputusan, siswa harus bisa mengambil keputusan dan mengeluarkan unek-unek mereka dengan materi public speaking. Permainannya ada yang serius, bercanda bahkan hingga menangis, tergantung situasi,” kata Deyna menjelaskan.
Menurutnya dengan dilaksanakannya pemberian materi di tempat militer, agar mengubah kebiasaan para siswa di rumah. Kebiasaan di rumah yang kurang baik, diperbaiki di kegiatan LDKS. Seperti membereskan tempat tidur, memasang sarung bantal dan lainnya.
Lalu di malam hari ada materi terkait renungan. Siswa merenung mengenai apa saja yang telah dilakukan dalam hidupnya selama ini, utamanya terkait kecintaan terhadap orangtua.
Meskipun penuh kesungguhan ada beberapa materi LDKS yang dibuat menyenangkan
Siswa terbaik adalah siswa yang hormat kepada yang umurnya lebih tua, hormat kepada guru, hormat kepada orangtua hingga kepada kakaknya. Itulah salah satu output dalam pembentukan karakter siswa.
Kemudian metode yang digunakan adalah Sistem Desa Bahagia. Mekanismenya di dalam sebuah desa ada seorang aparat desa. Untuk memilih aparat desa dilakukanlah sebuah pemilu sesuai sila keempat Pancasila. Di dalamnya terdapat mufakat dan musyawarah untuk pemilihan. Mereka berkampanye dan dipilih oleh rekan-rekannya, hingga terpilihlah lurah dan Bu lurah.
Aparat desa bertugas untuk merapikan barang misalnya. Lalu sebelum pematerian ada laporan terlebih dahulu. Sehingga Sistem Desa Bahagia tidak membuat bosan atau di situ-situ saja.
SMAN 12 Kota Bandung pionir sekolah penggerak angkatan pertama
“Tantangannya yaitu merubah stigma siswa yang biasanya manja di rumah, sedangkan saat sampai sini mereka harus mandiri. Usia 17 sudah masuk pemuda, bukan remaja lagi. Sehingga mereka harus memiliki pilihan hidup atau tujuan. Di sini mereka dituntut supaya bisa berpikir untuk dirinya sendiri. Sedangkan mereka aktualnya masih tergantung pada orangtua,” kata Deyna.
“Sejauh ini kegiatan berjalan lancar Alhamdulillah. Walaupun memang siswa dari yang biasanya di rumah lalu masuk ke kebiasaan militer, sedikit tertekan. Karena ada perubahan, dan di sini kita adalah belajar. Belajar agar mandiri,” kata Deyna menambahkan.
Selain karakter, di dalam pemberian materinya fokus dari segi agama. Karena menurutnya jika kita mengetahui Tuhan, kita akan mengenal diri sendiri. Otomatis karakter kita sebagai manusia akan mengikuti ke arah yang lebih baik dan di jalan yang benar.
Sebagai pemateri dirinya berharap para siswa bisa lebih meningkatkan rasa kecintaan terhadap Republik Indonesia. Karena mereka adalah generasi yang akan melanjutkan majunya bangsa ini. Indonesia emas 2045 bisa diraih oleh mereka jika karakternya terbina dengan baik dan benar. Seperti hormat kepada yang lebih tua dan hormat kepada orangtua. [SR]***