majalahsora.com, Kabupaten Sumedang – Awak media majalahsora.com, berkesempatan mewawancarai Kepala SMAN Tanjungsari, Kabupaten Sumedang Drs. Chaeruddin Saleh, baru-baru ini.
Sengaja ingin mengetahui berbagai capaian selama dirinya memimpin SMAN Tanjungsari, terutama progam ajaran baru 2024/2025. Termasuk tantangan yang dihadapi.
Dari keterangan Chaeruddin, awal memimpin SMAN Tanjungsari saat pandemi Covid 19. Kala itu dirinya berupaya membangun motivasi serta kekompakan warga sekolah. Di antaranya dengan cara mengedepankan slogan “Bestari”. “Mengandung makna arif, berwawasan luas, memiliki karakter yang baik,” kata Chaeruddin, di ruang kerjanya, Jalan Raya Tanjungsari No 404, Kabupaten Sumedang.
SMAN Tanjungsari Kabupaten Sumedang: Berupaya menghadirkan pembelajaran yang berkualitas dan nyaman
Setelah itu terbangun, dirinya mulai menata lingkungan sekolah, tujuannya agar suasana pembelajaran lebih nyaman. Di antaranya dengan pemilihan warna gedung sekolah yang tadinya berwarna kuning diganti abu-abu. “Kini lebih terasa tenang bagi pendidik dan peserta didik,” kata Chaeruddin.
Berkenaan dengan program tahun ajaran 2024 ini, Chaeruddin lebih mengedepankan implementasi kegiatan Kurikulum Merdeka. Pasalnya SMAN Tanjungsari Kabupaten Sumedang, berhasil lolos menjadi Sekolah Penggerak angkatan ketiga.
“Hanya ada lima sekolah penggerak di Kabupaten Sumedang, yakni SMAN Tanjungsari, SMAN Jatinangor, SMAN 3 Sumedang, SMAN 2 Cimalaka, dan SMA Swasta Umul Qur’an,” kata Chaeruddin.
SMAN Tanjungsari Kabupaten Sumedang: Tahun ini lulusannya diterima di PTN melalui jalur SNBP 10 orang, jalur SNBT 42 orang dan Poltekkes 5 orang
Prioritas berikutnya meningkatkan proses pembelajaran, agar kualitas SMAN Tanjungsari semakin baik. Dengan begitu kualitasnya akan semakin baik, parameternya banyak lulusan yang diterima di perguruan tinggi negeri, termasuk bekerja di sektor strategis.
Berikutnya menciptakan lingkungan sekolah yang kondusif, bebas dari kekerasan serta perundungan.
“Kami di sini mensinyalir, siswa baru banyak dari kalangan orangtua yang single parents, bahkan tidak memiliki orangtua. Malah setelah ditelusuri, beberapa siswa yang pernah dibully saat SMP bahkan SD, puncaknya ada di SMA,” ungkapnya.
SMAN Tanjungsari Kabupaten Sumedang: Terus berantas tindakan bullying, kekerasan dan penyalahgunaan obat terlarang
“Seperti ada anak (siswa) yang mengalami dilusi halusinasi di kelas XII sekarang, sejak SMP sudah dibully. Diarahkan (kepada pihak keluarganya), agar mendapatkan sarana pengobatan yang layak untuk kesembuhan anak. Karena sayang tinggal beberapa bulan lagi akan lulus,” imbuhnya.
Di samping itu, SMAN Tanjungsari bekerjasama dengan Badan Narkotika Nasional (BNN) mengantisipasi penyebaran dan penyalahgunaan obat terlarang. “Ada juga obat yang masih diperdebatkan, terkait dengan obat herbal kratom. Ini kami mohon pemerintah tegas, ketika melihat sisi negatif bagi perkembangan anak. Ada pengklasifikasian yang tegas, masuk ke dalam jenis obat psikotropika golongan satu maupun golongan dua,” tegas Chaeruddin.
Pasalnya obat herbal kratom, saat ini beredar marak di kalangan pelajar, dengan harga yang sangat murah dan dikonsumsi pelajar. Hal ini tidak hanya di SMAN Tanjungsari saja tetapi juga terjadi di sekolah lainnya.
SMAN Tanjungsari Kabupaten Sumedang: Jumlah Guru ada 69 orang, sedangkan Tenaga Kependidikan sejumlah 19 orang
Berkaitan dengan lulusan yang diterima di perguruan tinggi, dua tahun terakhir ini banyak siswa SMAN Tanjungsari yang diterima di perguruan tinggi negeri ternama seperti ITB.
“Ini alhamdulillah dan luar biasa, karena sebelumnya belum masuk (diterima di ITB). Kemudian ada yang diterima di UNPAD, IPB, UPI dan lainnya. Jumlah capaiannya meningkat dari tahun ke tahun.”
“Mudah-mudahan tahun 2024/2025 juga akan semakin bertambah lulusan yang diterima di perguruan tinggi negeri. Ini menjadi gambaran bagi masyarakat, bahwa SMAN Tanjungsari bisa menghasilkan lulusan lebih baik dari waktu ke waktu,” kata Chaeruddin.
SMAN Tanjungsari Kabupaten Sumedang: Merupakan sekolah penggerak angkatan ketiga, dan sudah mengimplementasikan Kurikulum Merdeka untuk dua tingkat, yakni kelas X dan XI
Peningkatan ini tidak terlepas dari peningkatan sumber daya manusianya. Kata Chaeruddin untuk meningkatkan SDM unggul tidak terlepas dari kesadaran dirinya sebagai pendidik untuk memberi contoh. Kemudian meningkatkan kualitas tenaga pendidik dan kependidikan, di antaranya melalui in house training, kegiatan studi banding atau studi tiru.
“Untuk tenaga kependidikan atau TU, bekerja sama dengan salah satu perguruan tinggi melatih tenaga administrasi, satpam dan kebersihan dalam kegiatan workshop. Dilatih mengenai unsur pelayanan penerima tamu dengan baik, dari mulai satpam, piket, kemudian masuk ke ruang TU ataupun Guru, bisa terlayani dengan baik. Karena penampilan, prestasi dan pelayanan (3P) ini mutlak diperlukan untuk sekolah yang lebih baik ke depan,” kata Chaeruddin.
Sedangkan bagi siswa, bekerja sama dengan perguruan tinggi untuk meningkatkan soft skill, seperti mengembangkan jiwa kepemimpinan anggota OSIS, termasuk bagi anggota dan pembina ekstrakurikuler yang disesuaikan dengan kompetensi masing-masing.
SMAN Tanjungsari Kabupaten Sumedang: Suasana lapang olahraga yang representatif
Saat disinggung mengenai peran serta orangtua siswa dalam menyukseskan program sekolah? Dijelaskan Chaeruddin partisipasi orangtua sangat penting.
“Kami akan agendakan paska PPDB. Akan diprioritaskan pada program sekolah yang tidak melibatkan keuangan dari orangtua, kami utamakan itu, mengenai pembelajaran dan penilaian,” kata Chaeruddin.
Sedangkan untuk hal-hal lain yang sekiranya dipandang penting oleh orangtua dan masyarakat untuk membantu pihak sekolah, dipersilahkan melalui komite sekolah. “Diagendakan pertemuan yang membahas khusus terkait dengan kontribusi orangtua terhadap program-program sekolah,” jelasnya.
SMAN Tanjungsari Kabupaten Sumedang: Sekolah unggul di “Kota Tahu”
“Kami belum memiliki bangunan kantin, itu tidak terakomodir dipendanaan dari pemerintah, baik DAK ataupun rehab untuk kantin. Ini bisa menjadi salah satu orientasi orangtua untuk membantu pengadaan kantin yang bersih dan layak untuk anak,” imbuhnya.
Di samping itu yang berkaitan dengan sarana prasarana pendukung lain yang tidak terbiayai dari dana BOS, bisa terbantu oleh sumbangan orangtua siswa. Dirinya juga tidak memungkiri hal tesebut memerlukan sinergi yang baik antara pihak sekolah dan orangtua.
Namun begitu Chaeruddin lebih mengedepankan hal prinsip, yakni mendesain pembelajaran yang baik bagi siswa yang dikemas dengan disiplin positif. “Kami tidak ingin di sekolah kami terjadi bullying, kekerasan di sekolah. Anak juga sadar akan kesalahannya. Kami pun memberi contoh kepada anak sebelum kami meminta anak melakukan sesuatu hal,” pungkasnya. [SR]***