majalahsora.com, Kota Bandung – Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disparbud) Kota Bandung, menyelenggarakan Forum Group Discussion (FGD), membahas mengenai Pembuatan Modul Objek Pemajuan Kebudayaan Pencak Silat (Penca) sebagai ekskul budaya di setiap sekolah.
Acara yang di buka oleh Sekdis Disbudpar Kota Bandung Tantan Syurya Santana, dihadiri oleh para Kabid SD Dinas Pendidikan Kota Bandung, serta dari jajaran Penilik/Pengawas SD Dinas Pendidikan Kota Bandung.
Tantan menerangkan bahwa seni bela diri Penca jangan sampai hilang di telan zaman, sehingga pihak pemerintah serta pihak terkait berkewajiban untuk memelihara dan mengembangkannya.
Kegiatan ini juga menghadirkan tiga narasumber, dari akademisi Dr. Arthur S. Nalan, Dr. Adil A. Fadilakusumah (Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat Persatuan Penca Silat Indonesia) sebagai praktisi serta Dr. Agus Heryana (Peneliti dari Balai pelestarian Nilai dan Budaya Jawa Barat).
Dari Kegiatan yang diadakan di Hotel Ardan, Kota Bandung, Kamis, 12 September 2019, menyimpulkan hasil FGD itu di antaranya:
-Perlunya pembuatan Modul Penca sebagai Objek Pemajuan Kebudayaan
-Modul ini harus berisi tentang Penca sebagai beladiri asli Jawa Barat, disertai dengan kearifan lokal yang terkandung di dalamnya
-Perlunya penyebaran modul di tingkat Sekolah dari mulai dasar sampai menengah atas
-Adanya keterkaitan antara DInas Pendidikan dengan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata dalam penyebaran modul
-Adanya keselarasan bersama dari semua pihak dalam menyikapi penetapan “Penca sebagai warisan budaya tak benda”
-Adanya kesepakatan untuk dimuat dalam modul yang akan disebarkan Penca sebagai warisan budaya Jawa Barat
-Penca adalah “Pancer” dari 10 bidang budaya yang terkandung dalam Undang-Undang No. 5 Tahun 2017 tentang Objek Pemajuan Kebudayaan
Sementara itu Galih Santika dari Padepokan Seni Penca Daya Sunda juga menuturkan, usai kegiatan tersebut akan diselenggarakan kembali FGD-FGD lanjutan untuk mematangkan proses pembuatan modulnya.
Pada kesempatan yang sama pemerhati pendidikan Asep B Kurnia atau biasa disapa AA Maung, menyambut baik dan antusias kegiatan tersebut.
“Mudan-mudahan ini menjadi langkah awal kembalinya pelajaran Penca secara rutin diajarkan di setiap sekolah. Seperti terjadi antara tahun 2000-2005 an di mana Penca menjadi muatan lokal di sekolah tingkat SD, bahkan mungkin saja ke depannya bisa berlangsung di tingkat SMP, dan SMA,” kata Asep
“Dan apabila dikaitkan dengan Program Gubernur Jabar yaitu Jabar Masagi nya tentu sangat berkaitan dan Penca sendri bisa menjadi karakter dari suatu wilayah (Di Jawa Barat),” tegasnya! [SR]***