majalahsora.com, Kota Bandung – Masyarakat Sunda adalah masyarakat yang memiliki tingkat adaptasi yang tinggi terhadap berbagai perubahan di sekitarnya. Kemampuan beradaptasi perubahan zaman tersebut bisa terwujud dengan beberapa proses, yakni berkarya, berinovasi dan proses belajar mengajar.
Karena dengan adaptasi, manusia mampu “ngigelan” zaman atau dapat memiliki peran di tengah masyarakat dalam arus perkembangan zaman.
Hal tersebut pun ada kolerasinya dengan Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Bandung yang tahun ini menginjak usia ke 54 tahun.
Mengusung tema “Ngindung ka Waktu, Mibapa ka Jaman”, mengandung arti agar tetap menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman namun budaya aslinya tidak hilang. Ini berkaitan dengan kondisi budaya seni di Indonesia terutama dengan diiringi pesatnya perkembangan teknologi.
Saat jumpa media
Dr. Retno Dwimarwati, S.Sen., M.Hum., Rektor ISBI periode 2022-2026 yang baru saja dilantik menjelaskan tujuan serta filosofi kegiatan kampusnya tersebut. Menurutnya yang namanya tradisi, dapat direinterpretasi, reorientasi, redefinisi juga reiplementasi. Semua nilai tradisi dapat dibuat secara baru sesuai kebutuhan perkembangan zaman.
“Jadi kita punya pilar. Yang pertama ada konservasi. Kita akan melestarikan semua hal yang berbau tradisi. Kedua rekonstruksi, kita mencoba untuk membangun kembali tradisi yang sudah punah. Ketiga revitalisasi, kita berlakukan kemballi nilai-nilai lama terdahulu yang sekiranya masih bisa digunakan di zaman sekarang. Dan terakhir inovasi, tentu saja agar suatu nilai tetap hidup dari zaman ke zaman adalah dengan terus berinovasi,” kata Retno, Kamis (6/12/2022).
Sehingga dengan “Ngindung ka Waktu, Mibapa ka Jaman”, karya-karya dalam bentuk konservasi, rekonstruksi, revitalisasi ataupun inovasi dapat dilihat di ISBI Bandung.
Masih kata Retno, ia menyampaikan bahwa dengan adanya Undang-Undang Pemajuan Kebudayaan, pelaku seni dan akademisi punya keahlilan yang lebih startegis. Di masa sekarang ini kesenian budaya memiliki kontribusi yang jelas untuk memposisikan budaya sebagai sebuah aset yang luar biasa. Bisa menjadi investasi bagi bangsa Indonesia untuk bersaing dengan dunia.
Dr. Supriatna, S, Sn., M,Sn., Ketua Pelaksana sekaligus Dekan Fakultas Seni Rupa & Design
Retno pun memperjelas bahwa di zaman sekarang sudah tidak seperti dulu, dimana kesenian budaya pada zaman dahulu masih bisa dibayar dengan “cap nuhun”. Maka sekarang sangat bernilai dan memiliki posisi yang penting.
Retno juga menegaskan untuk memberikan awal mula yang proper kepada generasi mendatang agar seni budaya dikenalkan kepada seseorang harus sedini mungkin. Dalam karakter pelajar pancasila sekarang, pendidikan karakter yang cukup kuat memberikan porsi untuk seni budaya yang cukup kuat juga.
“ISBI Bandung bercita-cita untuk mencetak guru seni budaya untuk menjadi pengajar hingga tingkat yang lebih dini. Seperti setingkat dengan guru-guru Paud yang mengajar anak usia dini. Kita juga bekerja sama dengan Universitas Terbuka (UT),” kata Retno menambahkan.
Dalam kesempatan yang sama Dr. Supriatna, S, Sn., M,Sn., Ketua Pelaksana sekaligus Dekan Fakultas Seni Rupa & Design, menerangkan lebih lanjut kegiatannya. Tidak lupa dengan kondisi ekonomi Indonesia yang belum bangkit dan bencana salah satunya di Malang, Supriatna melaksanakan kegiatan dengan mengutamakan kekhidmatannya atau kesederhanaan daripada kemeriahan.
Saat pembukaan kegiatan
Tema yang diangkat merupakan bentuk upaya warga ISBI sebagai akademisi mengangkat sumber-sumber tertentu sebagai gagasan untuk berkarya. Sehingga muncul reinterpretasi terhadap seni tradisi baru. Dengan tidak menghapus yang lama, harapannya dengan kreasi yang baru dapat disukai juga oleh generasi-generasi mendatang. Misalnya pada seni wayang.
Memelihara kekuatan bagi ISBI adalah dengan ISBI Bandung menjadi sumber kreatifitas yang bersumber dari seni tradisi.
“Kita tidak anti-kemapanan. Kita bisa bendung arus globalisasi budaya seperti adanya K-Pop. Kita mencoba menyadarkan masyarakat atau generasi berikutnya dengan cara kami. Sehingga ke depannya kita berharap seni kita atau karya kita bisa disukai. Bukan hanya produk tapi karya budayanya juga disukai” kata Supriatna.
Selanjutnya pada rangkaian acara, diadakan dari Oktober hingga November 2022 secara hybrid (daring dan luring). Luringnya diadakan di kampus ISBI Bandung Jl. Buah Batu No. 212 dengan memperhatikan protokol kesehatan.
Rektor ISBI Bandung saat melihat karya yang ada
Rangkaian Acara
Diawali dengan Pameran Seni Rupa dan Film dari 05 – 07 Oktober 2022 di Lobby Gedung Kesenian Sunan Ambu ISBI Bandung. Dengan menghadirkan karya seni rupa yang terdiri dari karya 2 dimensi, 3 dimensional serta multimedia.
Total jumlah karya ada 50, dengan harapan dapat merepresentasikan kompetensi wilayah rupa. Semuanya adalah hasil karya mahasiswa dan alumni, jurusan kriya seni, seni rupa murni dan jurusan film.
Pembukaan acara diiringi oleh Festival Musik Bambu secara daring di platform youtube (live youtube). Dipandu 5 orang seniman Indonesia yang memiliki latar belakang musik bambu. Ada Dinar Rizkianti, M. Sn (Cirebon, I Komang Kusuma Adi, M. Sn (Bali), Moch. Gigin Ginanjar, M. Sn (Yogyakarta), I Made Sudana, S. ST., M. Hum (Bandung), dan Dr. Asep Ganjar Wiresna, M. Sn (Garut).
Kemudian Rabu 06 Oktober 2022, acara Sidang Terbuka Akademik. Akan ada orasi ilmiah oleh Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Dr. H. Sandiaga Salahuddin Uno, BBA., MBA. Ada juga peluncuran buku “Culturescape & Creativity” Pembacaan Budaya dan Kreativitas Seni yang ditulis oleh salah satu guru besar ISBI Bandung, Prof. Dr. Arthur Supardan Nalan, S. Sen, M. Hum.
Hasil karya yang dipamerkan
Dilanjut pada kegiatan Rampak Kohkol “TANGARA ISBI” yang berarti tanda atau ciciren. Maknanya adalah untuk mewujudkan ISBI Bandung yang sesuai dengan tema Miindung ka Waktu dan Mibapa ka Jaman. Teknisnya dengan memainkan pola-pola ritmik permainan kohkol konvensional, dikolaborasikan dengan musik elektronik dan perkusi etnik seperti bedug, tarawangsa terompet, karinding dan vocal (beluk).
Lalu akan ada penampilan teater boneka “ Den Kisot” yang digagas Goenawan Mohamad dan disutradai Endo Suanda. Diadakan di Gedung Kesenian Dewi Asri. Terinspirasi dari novel Don Quixote karya Miguel de Servantes. Berinti cerita tanah Sunda yang akan berperang melawan kebathilan dan hoax.
Dan akan diselenggarakan Sunan Ambu Fashion Show karya alumni ISBI Bandung, Popong Sopia, S. Sn. sekaligus owner Evoy Production.
Selanjutnya pada 07 Oktober 2022, aka nada apresiasi seni tribute to Apih Omik dalam sendratari “Mundinglaya Dikusumah”. Mengenang jasa dan pengabdian Omik Ahmad Hidayat (alm) selama berkiprah dalam bidang seni tari.
Lukisan
31 Oktober 2022, ada Festival Budaya Nusantara. Bertujuan menggali kreativitas, potensi, pemikiran dan tren keilmuan terbaru di bidang seni budaya. Di dalamnya akan ada Seminar Nasional Keragaman Rumah Adat dan Kearifan Lokal Budaya Nusantara; Lomba Esai tingkat SMA, Guru Dosen dan Umum (tentang Rumah Adat dan Kearifan Lokal); Lomba Busana Adat Untuk Anak TK; Bazzar Kuliner Nusantara; Talent seni pertunjukan Tradisional Lais, Dur Hong dan Rampak Silat.
Selanjutnya di 15-16 November 2022, ada Festival Potensi Seni Rupa Rakyat yang melibatkan sivitas akademika, komunitas seni dan masyarakat. Disemarakkan dengan adanya pagelaran seni, bazaar seni, kuliner dan pemutaran film dokumenter tentang eksistensi seni rupa serta karnaval sepeda seni.
Terakhir, rangkaian dies natalis ditutup di 17 November 2022 dengan Seminar Nasional bertajuk Potensi Rupa Rakyat dengan narasumber Dr. Suwarno Wisetrotomo. [SR]***