majalahsora.com, Kab. Karawang – Kondisi lingkungan serta ekosistem di kawasan Pantai Utara Kabupaten Karawang sangat mengkhawatirkan. Hal ini merupakan dampak dari abrasi pantai yang disebabkan oleh pengaruh perubahan iklim global.
Dampak lebih jauh lagi, abrasi ini menyebabkan tergusurnya kawasan pemukiman warga hingga puluhan meter, sehingga berkurangnya luas daratan di Pantai Utara. Agar tidak berdampak lebih buruk perlu ada aksi nyata. Pemprov Jawa Barat pun melakukan sebuah gerakan bersama Tanam Mangrove di Kawasan Pantai Utara Karawang.
Wakil Gubernur Jawa Barat Deddy Mizwar (Demiz) secara langsung mengajak para pelaku industri yang ada di Kabupaten Karawang terlibat dalam gerakan menyelamatkan lingkungan Pantura Karawang. Ajakan ini Demiz ungkapkan di hadapan para pemimpin atau perwakilan perusahaan di Karawang International Industrial City (KIIC) dan kawasan industri Surya Cipta, Kabupaten Karawang.
“Saya ingin mengarahakan yang lain (perusahaan-perusahaan di Karawang) ke Mangrove. Mangrove ini bisa untuk menyelamatkan alam khususnya pantai. Lingkungan di sana sudah mulai terancam,” ujar Demiz saat melakukam Sosialisasi Program Pembangunan Lingkungan Hidup di Jawa Barat program Rehabilitasi Mangrove Pantai Utara Karawang di Graha KIIC, Kawasan Industri KIIC, Kabupaten Karawang, Selasa (3/10/17).
“Perusahaan yang ada ini bagaimana dalam dua tahun ini fokus ke Mangrove. Ini komitmen. Ini kondisi dimana kita harus berperan aktif. Mari kita sama-sama selamatkan alam kita. Pantura yang dekat sama-sama mari kita selamatkan,” ajaknya.
Mangrove akan bisa memberikan manfaat besar untuk lingkungan pantai serta masyarakat sekitar. Apabila telah tumbuh menjadi kawasan hutan, Mangrove tidak hanya akan berfungsi sebagai penahan abrasi pantai. Selain itu, Mangrove bisa menjadi lokasi baru untuk wisata bahkan sumber peningkatan gizi masyarakat. Di dalam kawasan Mangrove akan tumbuh berbagai biota laut, sekaligus pemberdayaan ekonomi masyarakat.
Dari sisi pendanaan, biaya yang dibutuhkan untuk menaman Mangrove juga tidak terlalu besar. Satu hektar Mangrove hanya butuh Rp15 juta dengan waktu perawatan dua tahun.
Menurut Kepala Dinas Lingkungan Hidup Jawa Barat Anang Sudarna, gerakan tanam Mangrove ini merupakan secercah harapan untuk lingkungan di kawasan Pantai Utara Karawang. Mangrove bisa dipelihara dan masyarakat sekitar bisa diberikan pembinaan, sehingga akresi (penambahan kawasan darat) akan terwujud dan Pantai Utara Karawang akan terbebas dari abrasi.
“Hutan Mangrove ini bisa berfungsi sebagai penahan abrasi pantai. Kondisi lingkungan yang baik ini jauh lebih penting dan lebih dibutuhkan daripada hal yang lain,” tutur Anang.
Inisiasi gerakan tanam Mangrove ini juga telah dilakukan sebelumnya oleh salah satu perusahaan di KIIC, yaitu PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMI) sejak 2014 lalu. Bahkan salah satu kawasan Mangrovenya telah berkembang menjadi kawasan wisata dan olahraga, serta mampu memberdayakan ekokomi masyarakat sekitar. Tingkat keamanan gizi masyarakat juga terjamin mengingat di sana telah tumbuh berbagai biota laut, seperti kepiting, udang, dan lain-lain. Puluhan produk makanan dengan bahan dasar Mangrove juga telah mampu diproduksi melalui hutan Mangrove tersebut.
Pada kesempatan ini, Wagub Demiz juga memberikan apresiasinya kepada manajemen KIIC untuk Program Taman Kehati. KIIC memiliki kawasan hijau bernama Taman Kehati seluas 20 hektar dari total 1.400 hektar kawasan KIIC. Selain itu, Taman ini juga mampu menghasilkan ribuan bibit pohon yang dibagikan secara gratis ke masyarakat.
“Kita akui tingkat abrasi laut sangat memperihatinkan (di Pantura Karawang). Semoga pertemuan ini membuka wawasan kita tentang bagaimana abrasi ini bisa kita perbaiki,” kata Bambang, salah satu Pimpinan KIIC dalam acara sosialisasi.
Usai dari KIIC, Wagub Demiz bersama rombongan melanjutkan sosialisi ke kawasan industri Surya Cipta. Pihak Surya Cipta menyambut baik dan mendukung gerakan Mangrove Pantura. Hal ini sejalan dengan komitmen Surya Cipta yang ingin menciptakan kawasan industri berwawasan lingkungan.
“Salah satu aspek dari motto kami (Surya Cipta) adalah perbaikan lingkungan. Hal yang tak kalah pentingnya yaitu pemulihan lingkungan dan ekosistem di Pantura Jawa Barat,” ucap salah satu Direksi Surya Cipta, Wilson Efendy, dalam acara sosialisasi.
“Pemerintah tidak bisa sendiri. Perlu peran kita bersama. Ada pola kerjasama, pemerintah, akademisi, pengusaha, juga masyarakat harus dilibatkan. Marilah kita ciptakan kemitraan yang strategis yang bisa bermanfaat untuk masyarakat,” pungkas Demiz dalam acara sosialisasi di kawasan industri Surya Cipta, Kabupaten Karawang. [SR]***