majalahsora.com, Kota Bandung – Tahun 2020, Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung menggulirkan program bantuan sosial dan keuangan bagi siswa rawan melanjutkan pendidikan (RMP) yang bersekolah di SD, SMP, SMA, SMK swasta termasuk untuk mahasiswa di perguruan tinggi negeri dan swasta.
Bantuan serupa pernah diberikan di tahun 2018, namun pada tahun 2019 tidak terealisasi.
Tujuannya tidak lain agar siswa RMP bisa mendapat pendidikan yang layak dan berkualitas di sekolah swasta.
Salah satu penerima Bankeunya, yaitu siswa RMP di SMK Profita, yang berjumlah 228 siswa. Namun uang tersebut dialokasikan sebagai pengganti atau pun membantu kewajiban siswa membayar iuran di sekolah penerima. Sehingga dananya dioptimalkan oleh sekolah, sesuai dengan keperluannya.
“Alhamdulillah tahun ini, ada 228 siswa kami yang mendapatkan bantuan RMP dari pemerintah Kota Bandung, yang menjadi bantuan hibah dari provinsi Jabar. Dana tersebut bagi SMK Profita sangat membantu sekali,” kata Dede Hasanudin, Kepala SMK Profita Kota Bandung, di ruang kerjanya, Jl. Pajagalan Belakang 67, Astanaanyar, Kamis (4/2/2021) siang.
Terutama di saat pandemi seperti ini, ekonomi orangtua siswanya banyak yang terkena imbas. Sehingga iuran bulanan pun mandeg, banyak yang menunggak. Bahkan sampai satu tahun tidak membayar Sumbangan Penyelenggaraan Pendidikan (SPP), begitu pun dengan Dana Sumbangan Pendidikan (DSP).
Hal itu menyebabkan beban berat bagi SMK Profita, yang selama ini mengandalkan dana partisipasi masyarakat, untuk biaya operasional termasuk gaji guru dan karyawannya. Terlebih dana RMP tahun 2019 yang tadinya sudah dialokasikan untuk pembiayaan tidak cair.
“Harapan kami tadinya besarannya sama dengan tahun 2018 yaitu Rp 9,5 juta, dengan tiga komponen pembiayaan, personal, dan investasi. Tahun ini hanya Rp 2 juta untuk operasional sekolah. Namun begitu tetap disyukuri. Karena banyak siswa RMP banyak yang terbantu, terlebih saat kondisi pandemi seperti sekarang,” kata Dede.
Intinya menurut Dede uang tersebut dinikmati oleh siswa RMP penerima, sesuai nama dan juga alamat. Tidak dilimpahkan ke yang lain. Karena memang dari data keuangan, mereka sangat perlu dibantu.
Saat ditanya mengenai partisipasi orangtua siswa membayar iuran bulanan, pada masa pandemi yang sudah berjalan 11 bulan, Dede mengatakan bahwa dari total 956 siswa, paling bagus yang membayar di kisaran angka 20-30% perbulan. Sisanya ada yang menunggak tiga, empat bulan. Ada juga siswa yang tidak mendapat RMP, PIP tapi tunggakannya banyak. Sedangkan untuk pembiayaan sekolah tidak berkurang.
(Universitas Widyatama, kampus berkualitas di Kota Bandung. Info penerimaan mahasiswa baru klik pmb.widyatama.ac.id)
“Contohnya gaji guru kami, harus dibayar seperti biasa, normal tidak ada pemotongan serupiah pun, karena pandemi. Sementara keuangan kami minim,” papar Dede.
“Sehingga kemarin-kemarin kami cukup morat-marit dalam hal keuangan. Dana kas di bank sudah tidak ada. Alhamdulillah karena yayasan kami sangat peduli, memberikan pinjaman dana, ke sekolah, untuk membayar gaji guru. Sedangkan operasional kita kurangi, karena memang dana dialokasikan ke gaji guru. Misalkan untuk penataan lingkungan pemeliharaan sarana prasarana, karena masih belum tata muka, akhirnya dipending dulu,” imbuhnya.
Setelah dana RMP turun pada tanggal 31 Desember 2020, akhirnya SMK Profita bisa mengembalikan uang pinjaman ke yayasannya. Di samping itu bisa membeli kebutuhan untuk melakukan uji kompetensi, yang dirasakan oleh siswa RMP terbebas dari SPP.
“Alhamdulillah, bantuan itu ibarat memberikan darah dua labu lah. Akhirnya sekolah semangat lagi. Menyongsong bulan Maret insya Allah kami bisa membayar gaji guru,” paparnya.
Untuk gaji berikutnya mengandalkan dari SPP, termasuk dana BOS dan BPMU. Menurutnya sekolah swasta khususnya di Kota Bandung dengan kompleksitas masyarakat yang terdampak COVID-19, tidak bisa mengandalkan 100% dari dana masyarakat.
Apabila dalam kondisi normal partisipasi orangtua siswa membayar SPP dikasaran angka 80%.
“Karena anak mereka berangkat sekolah mendapat pembelajaran lalu pulang. Membayar SPP pun tidak merasa cuma-cuma. Kalau sekarang pembelajaran di rumah dengan waktu hanya sampai jam 12, ada kesan nanti saja menbayar SPP nya lebih baik untuk kebutuhan dapur. Seperti itu kebanyakan curhatan orangtua. Kami memahami, tidak bisa memaksa daripada mereka kelaparan SPP-nya ditunggak dulu, tidak apa-apa,” jelas Dede.
Kalau saat ini, mereka diberi kebebasan waktu, untuk dicicil. Agar diketahui SPP besarnya Rp 200.000 untuk semua kegiatan.
“Ada yang nitip Rp 100 ribu, kita terima bulan depannya bayar Rp 300.000. Ada yang mau bayar 200 ribu, untuk bulan berikutnya nitip Rp 50 ribu, kita terima saja,” kata Dede.
Sistem pembayaran dilakukan secara transfer.
Saat ditanya apakah ada kenaikan jumlah penerima bantuan RMP di tahun 2021, Dede membeberkan setelah divalidasi oleh pihak Disdik Kota Bandung, ada sekitar 242 siswa RMP yang akan menerimanya. Ada kenaikan dibandingkan tahun 2020. Namun nilai bantuannya menurun, menjadi Rp 1,8 juta persiswa untuk SMA SMK swasta penerima.
“Mudah-mudahan ke depan dengan adanya vaksinasi atau apapun, pembelajaran tatap muka bisa berjalan seperti sedia kala. Insya Allah, dana dari masyarakat perbulan bisa masuk 80% lagi,” katanya.
“Saya mengatasnamakan pribadi, SMK Profita dan juga rekan-rekan dari SMK di Kota Bandung, mengucapkan terimakasih kepada pemerintah provinsi atau kota. Jangan putus membantu sekolah swasta terlebih untuk siswa RMP. Kalau Negeri sudah punya BOPD,” pungkasnya.
Agar diketahui, SMK Profita memiliki tiga kompetisi keahlian, yaitu Administrasi Perkantoran, Akuntansi dan Pemasaran. Untuk menyerap lulusannta bekerja mereka pun telah menjalin kerjasama dengan dunia usaha dan industri (Dudi), seperti Yogya Grup, Belfood, CV Berlian dan banyak lagi. [SR]***