majalahsora.com, Kota Bandung – Peran guru dalam membantu siswanya meraih cita-cita begitu penting. Tidak hanya di dalam kelas tetapi juga di luar kelas, seperti yang dilakukan oleh Sri Rahayu Saptawati Guru Seni Rupa SMAN 8 Kota Bandung.
Sapta, sapaannya dengan tulus mendampingi anak didiknya, yakni Mayla Alifia Zahra dan Salsabilla Prima siswi kelas XI, menyaksikan langsung pameran maraton komik, buah karya mahasiswa Desain Komunikasi Visual (DKV) Institut Teknologi Nasional (Itenas) Kota Bandung, Sabtu (13/8/2022).
Dalam pameran itu ada banyak karya komik yang telah dibukukan. Setiap komik dibuat secara tim.
Satu tim ada yang terdiri dari lima orang. Proses pembuatannya pun diperlihatkan. Dari mulai membuat sketsa, inking dan lainnya.
“Saya mengantar Mayla dan Salsa untuk melihat kegiatan maraton komik di Itenas. Ini sangat penting untuk kemajuan mereka,” kata Sapta.
Nadira Diandra, alumni SMAN 8 Kota Bandung, kini sebagai mahasiswi jurusan DKV Itenas Bandung
“Saya yakin anak-anak ini ingin banyak mengetahui wawasan untuk masa depannya,” imbuh Sapta yang aktif di Komunitas Dua-dua Ibu, para ahli di bidang melukis menggambar dan lainnya.
Masih kata Sapta bahwa kedua anak didiknya memiliki bakat dalam menggambar.
“Mayla ini jagonya di komik kalau Salsa di poster. Ke acara untuk menambah wawasan dan informasi juga kalau mau melanjutkan kuliah di DKV,” kata Sapta yang juga telah memiliki karya lukisan batik dengan menggunakan gutatamarin (lilin dingin).
Dikatakan Sapta, kedua anak didiknya bisa melihat karya-karya orang lain untuk dijadikan tolak ukur.
Lebih penting kata Sapta anak-anak tersebut bisa membuat sebuah karakter yang bisa dijadikan nilai jual untuk mereka.
Tim studio Nadira yang membuat komik
Saat ditanya apakah kegiatan ini sering dilakukan sebelumnya? Menurutnya bahwa kegiatan seperti ini baru pertama kali (secara luring) pasca pandemi mulai membaik.
“Namun sebelumnya anak-anak ini mengikuti lomba FLS2N, secara daring (dalam jaringan),” terang Sapta yang banyak mengikuti pameran di dalam dan luar negeri.
Masih sehubungan dengan kegiatan pameran mahasiswa DKV Itenas, kata Sapta ada poin penting lainnya yang akan didapat oleh Mayla dan Salsa, yakni untuk memperkenalkan dunia komik yang mengalami perkembangan yang signifikan.
“DKV itu tidak hanya menggambar tetapi ilmu pengetahuannya juga banyak. Tadi setiap karya komik yang dipamerkan memiliki karakter yang berbeda dan menyuguhkan keunikan masing-masing karakter,” kata Sapta.
Saat ditanya apakah akan menggelar karya siswa dan siswi SMAN 8 Kota Bandung yang memiliki bakat dalam menggambar, seni rupa dan lainnya? Menurutnya hal itu sangat diinginkan.
Tahapan membuat komik
“Sebetulnya kalau mengadakan pameran karya siswa itu tidak mudah. Itu juga perlu dukungan perlu kreatifitas juga. Tapi kalau anak-anak kami sudah kreatif,” kata Sapta.
Ia pun tidak memungkiri hal itu memerlukan dana, karena pihak sekolah memiliki keterbatasan.
“Kalau hanya ruang lingkup kelas bisa dilaksanakan, tapi kalau pameran siswa lebih luas perlu dukungan pihak lain,” tandasnya.
Dalam kesempatan yang sama Nadira Diandra mahasiswi DKV Itenas angkatan 2020, menjelaskan bahwa pameran maraton komik, merupakan rangkaian acara dari Dies Natalis Itenas ke-50.
Pameran tersebut juga kata Nadira, berangkat dari mata kuliah ilustrasi aplikatif.
Mayla dan Salsa berfoto dengan mahasiswa DKV Itenas, Evza Dwi Putra (kanan) salah satunya
“Menampilkan karya-karya mahasiswa DKV tahun 2020 berupa buku-buku komik,” kata Nadira, alumni SMAN 8 Kota Bandung tahun 2020.
Adapun komik karya Nadira dan teman-temannya berjudul “Another of Us” dengan genre fantasi tentang dua dunia yang berbeda.
Dalam proses pembuatan komik tersebut Nadira bertugas sebagai colorist.
“Sebetulnya membuat komik bisa juga sendiri. Kalau dalam tim ada kesulitan tersendiri, karena gaya yang berbeda. Terus dibagi-bagi tugasnya, ada yang menulis cerita, menggambar, inker atau orang menebali outline, colorist yang mewarnai ada juga layouter yang membuat panel,” terang Nadira.
“Di sini beda-beda job desk nya,” imbuh Nadira yang kini tercatat sebagai mahasiswi semester empat DKV Itenas.
Beberapa contoh sketsa pembuatan komik
Dalam pembuatan maraton komik, kata Nadira harus ada komunikasi antar anggota kelompok, sehingga memiliki satu tujuan dan visi yang sama.
“Saya sebagai colorist di komik ini, harus memiliki kemampuan padu padan warna yang baik. Kebetulan dikerjakan semua secara digital menggunakan Adobe Photoshop,” kata Nadira yang ingin menjadi design grafis.
Sementara itu Mayla sangat senang dan terpukau dengan karya-karya komik mahasiswa DKV Itenas, termasuk kakak angkatannya.
Dirinya juga kagum dengan art stylenya, karakter dan teknik pewarnaan yang beragam.
“Aku juga jadi nambah wawasan, jadi tahu istilah nama pembuat sketsa itu apa, pembuat line art itu apa, tadi disebutnya pensiler, ada inker,” kata Mayla, siswi kelas XI MIPA 5.
Pameran seni menjadi salah satu cara menambah wawasan
“Tadi juga jadi tahu, tahapan-tahapan membuat komik juga membuat alur ceritanya,” imbuhnya.
Senada dengan Mayla, Salsa juga terkesan dengan karya yang dipamerkan dan senang datang ke acara pameran ini.
“Dari dulu aku belum pernah ke pameran seni seperti ini, apalagi pertamakali, jadi senang. Waktu kecil senang membaca komik, jadi tahu pembuatan komik, prosesnya, terus orang-orang yang membuat komik itu seperti apa,” kata Salsa, siswi kelas XI IPA 9.
“Tadi sama kakak kelas alumni SMAN 8 juga dijelaskan dari nol sampai penyelesaian komik seperti gimana. Nambah wawasan aku sama Mayla,” sambung Salsa.
Dirinya dan Mayla pun, sangat senang dengan menyaksikan pameran tersebut, terlebih dibimbing langsung oleh Sapta, gurunya di SMAN 8 Kota Bandung. [SR]***