majalahsora.com, Kota Bandung – Sekolah Menengah Kejuruan atau SMK memiliki target agar lulusannya dapat langsung bekerja.
Tidak hanya keterampilan yang diberikan kepada siswa SMK, namun diiringi dengan pembangunan karakter.
Untuk memenuhi hal tersebut, perlu bimbingan yang tepat dari para pengajar dengan kapasitasnya sebagai pemberi ilmu baik dari segi keterampilan maupun karakter.
Berkenaan dengan itu, SMK ICB Cinta Teknika Kota Bandung, menyelenggarakan seminar atau workshop, yang mengusung tema “Persiapan Pembelajaran Project Based Learning Tefa (Teaching Factory)” skema pengimbasan oleh sekolah yang berada di Jalan Atlas Tengah No 2.
Kegiatan yang diadakan pada hari Jum’at (20/9/2024), merupakan salah satu upaya SMK Cinta Teknika Kota Bandung, dalam meningkatkan kompetensi atau up skilling bagi para guru sekolah vokasi.
Ketua Yayasan Insan Cinta Bakti, Bonur Parlindungan, S.H., M.H., mengatakan, pihaknya sangat mendukung seluruh kegiatan SMK ICB Cinta Teknika, terlebih yang bersifat mendidik serta menjalankan amanah yang telah diberikan dalam bentuk bantuan dari pemerintah.
Bantuan pemerintah bagi Bonur harus tepat sasaran, tidak melenceng kemana-mana. Bantuan tersebut pun harus sesuai arahan pemerintah dalam meningkatkan mutu, sarana prasarana, melaksanakan praktek pembelajaran dan lainnya.
Dengan begitu kata Bonur, para siswa bisa lebih merasakan dampaknya, dengan suasana dan fasilitas yang memadai.
SMK ICB Cinta Teknika Kota Bandung: Ketua Yayasan Insan Cinta Bakti, Bonur Parlindungan, S.H., M.H
“Kalau kita takut kepada Tuhan, tidak akan ada penyelewengan bantuan pemerintah. Kalau pemerintah sudah percaya, kita akan terus menjaga kepercayaan itu.”
“Semua kami manfaatkan demi keterampilan siswa kami. Begitu lulus mereka kerja dan lebih percaya diri,” kata Bonur.
Masih dikatakan Bonur, secara pribadi dirinya terjun langsung ke lapangan, untuk melakukan monitoring terhadap kegiatan dan aktivitas yang ada di lingkungan SMK ICB.
Terlebih yang ada kaitannya dengan industri, hal ini juga menjadi hal pokok yang diprioritaskan Bonur.
“Kalau kami tidak ada harmonisasi dengan industri, kami tidak akan bisa praktik dengan baik. Tidak menjadi promosi yang bagus. Ini menjadi hal pokok. Mereka para industri yang menggunakan tenaga kerja dari kami, itu juga sangat membantu kami.”
“Faktanya industri juga mengakui bahwa lulusan ICB itu siap pakai,” kata Bonur.
Lanjutnya pihak yayasan pun fokus agar siswa ICB dapat lulus sesuai kompetensinya masing-masing, hingga siap pakai saat turun ke dunia industri dan masyarakat. Ini sesuai dengan target SMK, yakni siswanya setelah lulus siap untuk bekerja.
Ke depannya, pihak yayasan berencana akan meningkatkan kualitas guru-guru ICB, alat praktik siswa yang sesuai perkembangan zaman dan membentuk karakter siswa menjadi lebih baik.
SMK ICB Cinta Teknika Kota Bandung: Workshop “Persiapan Pembelajaran Project Based Learning Tefa (Teaching Factory)”
Sementara, Kepala SMK ICB Cinta Teknika Kota Bandung, Sugiyo, S.Sos., M.M., menyampaikan bahwa workshop tersebut adalah kegiatan yang ketiga dari program TeFa skema pengimbasan yang diterima oleh sekolah yang dipimpinnya.
Dalam workshop ini, pesertanya merupakan guru dari sekolah mitra SMK ICB Cinta Teknika yang berjumlah 40 orang, berasal dari SMK Kartika, SMK Nusantara Raya dan SMK Putra Padjadjaran Kota Bandung.
Mereka dilatih serta diberikan wawasan mengenai projek, yaitu bagaimana mencitptakan pembelajaran berbasis projek.
Adapun tujuan dari kegiatan ini kata Giyo akrab disapa, untuk memajukan pengembangan TeFa bersama-sama di masing-masing sekolah.
“TeFa pengimbasan ini adalah salah satu program bantuan pemerintah dimana sekolah harus mampu menjadi teaching dan factory.”
“Sekolah menghasilkan produk yang dapat dinikmati oleh masyarakat. Di dalamnya, siswa terlibat langsung dari perencanaan hingga purna jual.”
“Projeknya itu tergantung jurusan masing-masing. Makannya hari ini teman-teman guru dibina oleh narasumber akan merumuskan di jurusan TKR (Teknik Kendaraan Ringan) dan TSM (Teknik Sepeda Motor). Contohnya tentang sumber daya yang dimiliki, kesiapan guru dan lainnya,” kata Sugiyo.a
Dalam kesempatan yang sama, Dr. Dani Hidayatuloh, S.Pd., M.T., dari Balai Besar Pengembangan Penjaminan Mutu Pendidikan Vokasi (BBPPMPV) Bidang Mesin dan Teknik Industri (BMTI) Cimahi, menjadi narasumber dalam kegiatan workshop, dirinya menekankan bahwa TeFa harus membangun kompetensi siswa.
SMK ICB Cinta Teknika Kota Bandung: Dr. Dani Hidayatuloh, S.Pd., M.T., menjadi pemateri workshop
“TeFa itu bukan hanya menghasilkan omset, namun membangun kualitas kompetensi siswa sehingga terbangunlah ekosistemnya. Outputnya adalah berguna bagi dirinya dan masyarakat sebagai konsumen,” kata Dani.
Lanjutnya, kualitas baik, sesuai standar dan diakui oleh masyarakat adalah sesuatu yang dapat dijual.
Pasalnya ketika kualitas kompetensi siswa menjadi nilai jual hingga dapat melayani masyarakat, omset yang dihasilkan hanyalah dampak dari kesungguhan mereka.
Kata Dani omset yang dihasilkan tersebut bisa dijadikan perawatan berkala pada segi sumber daya manusia dan sumber daya lainnya.
“Memang SMK TeFa pengimbasan seperti SMK ICB Cinta Teknika ini sudah terlihat outputnya, mereka sudah punya potensi, sudah melayani masyarakat. Nah tinggal sekarang bagaimana memberikan penekanan lebih dalam dari hasil pembelajaran.”
“Jadi nanti yang melayani masyarakat itu siswa dan guru. Sehingga pembelajarannya itu nanti dampaknya bernilai bisnis,” kata Dani.
Sedangkan target jangka panjangnya adalah kepercayaan masyarakat yang meningkat terhadap layanan yang telah diberikan dari hasil pembelajaran ini.
Masih dijelaskan Dani, nilai-nilai pendidikan ditekankan dalam praktek pembelajaran yang bersifat praktis namun selaras. Setelahnya, dapat menghasilkan jaminan mutu pembelajaran yang baik yang dapat memberikan dampak bagi pelayanan kepada masyarakat.
SMK ICB Cinta Teknika Kota Bandung: Sebanyak 40 peserta hadir dalam kegiatan
Sejauh ini, Dani pribadi masih dalam tahap observasi dari program tersebut. Masih membaca dan akan terus mengawal potensi-potensi yang menitikberatkan kepada pembelajaran pada kompetensi, hingga menghasilkan produk yang terstandarisasi, sesuai dengan standar industri.
Dalam kesempatan ini Dani pun menyampaikan materi mengenai pembelajaran. Bagaimana mendudukkan TeFa, lalu membuat kerangka bentuk pembelajaran yang selaras dengan industri.
“Lalu kita bedah kurikulumnya dan kita selaraskan dengan yang faktual di lapangan,” kata Dani.
Hasilnya berupa tujuan pembelajaran yang akan diberikan ke layanan masyarakat.
“Kalau projek itu base on nya harus siswa yang digerakan oleh fasilitator atau guru. Namun karena ini layanan masyarakat, mau nggak mau ini memantik agar kualitas guru meningkat juga.”
“Strategi sekolah adalah guru yang menjadi fasilitator harus menyerap kompetensi inti dari teknisi profesional dari industri. Kemudian guru fasilitator memberikan kepada siswa terkait kompetensi intinya,” kata Dani.
Dengan begitu ia berharap SMK yang dipantiknya, dapat lebih mandiri dalam melangsungkan proses bisnis yang sudah diawali dengan bantuan dari pemerintah. Secara jangka panjangnya, mereka akan lebih mandiri dalam melangsungkan ekosistem belajarnya.
Poin penting lainnya, dapat terbangun ekosistem belajar yang berkelanjutan. [SR]***