majalahsora.com, Kota Bandung – Pelaksanaan gelar karya Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) dengan tema “Rekayasa dan Teknologi, Smart Society, Dari Ide Menjadi Kenyataan”, dilangsungkan di selasar SMAN 16 Kota Bandung, Jalan Mekarsari No.81, pada hari Kamis (26/9/2024).
Dalam kegiatan ini memamerkan berbagai macam produk teknologi sederhana karya siswa SMAN 16 Kota Bandung. Hasil dari ide, inovasi untuk mengatasi berbagai permasalahan, seperti sampah, polusi udara, krisis air bersih, krisis energi, krisis pangan dan inovasi kebutuhan pelajar.
Dari pantauan majalahsora.com, produk dari siswa SMAN 16 ini cukup menarik, ada yang membuat alat pengecek unsur hara tanah, tempat sampah pintar, pemanfaatan sampah organik yang dirubah menjadi gas metana untuk memasak pengganti gas elpiji, absensi siswa dengan sistem barcode, alat pembakar sampah yang bisa mengurangi polusi udara, mobil remote kontrol tenaga surya, penyaring air kotor menjadi air bersih dan banyak lagi.
Analis Kebijakan Ahli Muda, Dr. Nanang Wardhana, S.E., M.M., yang hadir sebagai tamu undangan, menyampaikan bahwa guru dan siswa di SMAN 16 Bandung sudah memahami secara baik, pengimplementasian P5.
SMAN 16 Kota Bandung: Analis Kebijakan Ahli Muda, Kantor Cabang Dinas Pendidikan Wilayah VII, Disdik Jabar, Dr. Nanang Wardhana, S.E., M.M., takjub melihat produk yang dipamerkan
Jajaran Wakil Kepala Sekolah hingga para Guru SMAN 16 Kota Bandung, kata Nanang, sudah paham dengan kegiatan berbasis projek. Seperti adanya proses input dan output yang berawal dari sebuah outcome, benefit dan impact.
“Dimana hal tersebut berasal dari penelitian terlebih dahulu. Jadi penelitiannya itu meliputi kebermanfaatannya, keuntungannya dan dampaknya bagaimana?” Kata Nanang.
“Sehingga barulah mereka gali. Contohnya ada produk untuk mengatasi krisis air bersih, krisis dari BBM fosil yang sudah hampir menyusut dan lainnya. Jadi mereka benar-benar melihat ke belakang dulu atau sejarah sebagai dasarnya,” imbuhnya.
Dirinya pun sangat takjub dan memuji P5 SMAN 16, pasalnya para siswa sudah memililki kemampuan bernalar kritis, dalam mengevaluasi, menganalisis dan menciptakan produk yang bermanfaat.
Kepala SMAN 16 Kota Bandung, Dra. Eha Julaeha, M.Pd., implementasi P5 di sekolah yang dipimpinnya melatih siswa berpikir kritis, sebagai problem solver di lingkungannya dan menjadi generasi tangguh
Menurutnya dengan kemampuan ini, bisa menciptakan sesuatu untuk mengatasi masalah yang ada.
Nanang pun memberikan saran agar beberapa produk, seperti teknologi tenaga surya bisa dipatenkan, untuk dikembangkan menjadi produk SMAN 16, yang memiliki nilai ekonomis, ke depan bisa menjadi Badan Layanan Usaha Daerah (BLUD).
“Menurut saya temuan yang mobil (remote kontrol) melaju dengan menggunakan tenaga surya itu bagus. Ini juga bisa diaplikasikan untuk lampu (energi surya) atau yang lainnya. Intinya masalah hak ciptanya didaftarkan oleh SMAN 16 Bandung saja,” kata Nanang.
“Ini kali kedua saya datang pada kegiatan P5 SMAN 16. Ini luar biasa, saya terpukau. Bisa dibilang untuk prototipe itu sudah termasuk jadi. Dan untuk ukuran SMA ini sudah hebat,” imbuhnya.
SMAN 16 Kota Bandung: Wakil Kepala Sekolah bidang Kurikulum, Masrur Shudi, S.Pd., saat melihat produk alat pembakar sampah yang bisa mengurangi polusi udara
Sementara itu, Kepala SMAN 16 Kota Bandung Dra. Eha Julaeha, M.Pd., menjelaskan bahwa P5 merupakan sebuah gerakan, harapan untuk mewujudkan cita-cita yang diinginkan. Ke depan siswa SMAN 16, siap menjadi generasi emas pada tahun 2045, mendatang.
“Mulai dari sekarang mereka dipersiapkan untuk menjadi siswa yang tangguh, kreatif dan memberikan solusi bagi lingkungan sekitarnya,” kata Eha.
“Sebagian dari P5 yaitu P3, yang terdiri dari Profil Pelajar Pancasila, dilakukan dalam keseharian dan dikembangkan dalam kegiatan pembelajaran. Sehingga projek penguatan yang tercakup ke dalam P5 adalah penguatan dari P3 tersebut,” dia menambahkan.
Senada dengan Nanang, adanya projek ini, siswa SMAN 16 dilatih untuk berkolaborasi, berinovasi, sekaligus berpikir kritis.
SMAN 16 Kota Bandung: P5 sangat didukung oleh orangtua siswa, mereka datang langsung ke acara melihat hasil karya putra putrinya
“Siswa menganalisa, untuk menemukan penyelesaian masalah, dari sebuah persoalan yang ada di lingkungan sekitar,” kata Eha.
Dengan dilatihnya ide dan inovasi siswa SMAN 16, bisa memberikan manfaat bagi lingkungan sekitar.
Terbukti mereka bisa menghasilkan produk untuk mengatasi polusi udara, kelangkaan air bersih, kelangkaan energi, persoalan kekurangan pangan dan lainnya, dengan bimbingan para Guru Fasilitator.
“Tadi Dr Nanang memang menyarankan agar mengambil suatu produk dari siswa dan dipatenkan atas nama SMAN 16 Bandung. Insya Allah kami akan lakukan itu. Bahkan sebelum Dr Nanang menyampaikan itu, saya sudah ada tujuan ke arah sana dan memberikan apresiasi kepada para siswa,” kata Eha, terharu.
SMAN 16 Kota Bandung: Mobil remote kontrol tenaga surya, teknologi masa depan untuk mengurangi ketergantungan terhadap energi minyak bumi
Eha pun sekuat tenaga, terus berupaya agar marwah SMAN 16 Bandung bisa menjadi kebanggaan para orangtua, siswa, guru dan masyarakat luas.
Kebanggan tersebut kata Eha, menjadi sesuatu yang sangat berharga, di antaranya dengan seoptimal mungkin menggali potensi siswa, untuk melakukan banyak hal hebat.
“Tadi para siswa, saat mempresentasikan karya P5 yang dikreasikannya, dengan bahasa Indonesia yang bagus, ilmiah dan mendasar,” kata Eha.
“Inilah letak kebermanfaatan P5 bagi diri siswa dan masyarakat. Tidak hanya membangun karakter siswa, namun mereka juga dapat menyelesaikan masalah atau menjadi problem solver, di sebuah situasi dengan persoalan yang ada di lingkungan sekitar.”
SMAN 16 Kota Bandung: Salah satu tim membuat tempat sampah pintar, menggunakan sensor akan terbuka dengan sendirinya
“Siswa juga ada yang menceritakan kegigihannya. Ia mencoba berkali-kali untuk keberhasilan produknya. Itu berarti melatih daya tahan, ketangguhan dan inovasinya luar biasa. Bagaimana mereka mampu berkarya,” kata Eha.
Di samping itu, melatih cara bernegosiasi dengan orang lain sehingga orang itu mau bekerja sama.
“Ini karakter yang menjadikan manusia Indonesia tangguh dan tahan banting. Dari kegagalan itu, mau melakukan apapun untuk menjadi sesuatu yang membanggakan dirinya,” kata Eha.
Dia pun menekankan bahwa tujuan dari P5 bukanlah tentang keberhasilan membuat sebuah produk saja, namun difokuskan pada pengembangan karakter siswa.
SMAN 16 Kota Bandung: Absensi berbasis barcode, untuk memudahkan pendataan siswa masuk ke dalam sistem
“Ya dalam kegiatan P5 ini, mereka belajar bekerja sama, bergotong royong, berinovasi, bernalar kritis hingga membangun karakter-karakter yang positif yang dicita-citakan khalayak banyak sesuai Profil Pelajar Pancasila,” pungkasnya.
Pada kesempatan yang sama Wakil Kepala Sekolah bidang Kurikulum, Masrur Shudi, S.Pd., mengatakan bahwa siswa yang terlibat dalam kegiatan gelar karya P5 adalah kelas X dan XII sebanyak 22 kelas. Masing-masing kelas terbagi ke dalam enam kelompok. Setiap enam kelompok mewakili satu tema dan setiap kelompok terdiri dari enam orang.
Ia pun mencontohkan produk yang dibuat oleh para siswa. “Untuk mengatasi masalah krisis sampah ada kelompok yang membuat sapu elektrik, untuk masalah krisis air siswa membuat filter air, polusi udara membuat saringan udara, bidang budidaya lingkungan membuat hidroponik murni atau akuaponik yang dicampur ikan dan lainnya,” kata Masrur.
“Kalau di krisis energi kebanyakan menggunakan solar sel dalam produknya. Jadi menggunakan bantuan baterai, namun energi baterainya dicas oleh tenaga surya. Barulah dialihkan ke penerangan, terutama yang mobil (remote kontrol),” imbuhnya.
SMAN 16 Kota Bandung: Gas metana yang dihasilkan dari sampah organik, setelah diolah sedemikian rupa
Lanjutnya dalam kegiatan gelar karya ini, secara keseluruhan ada sekitar 122 produk.
“Memang beberapa produk banyak yang sama. Kenapa bisa sama? Karena memang kami memberikan contoh ke setiap bidang misalnya ada enam contoh produk. Ada kelompok yang mengambil dari situ (kalau ada yang sama kemungkinan mereka ambil dari situ), ada juga yang berinisiatif mencari dari sumber lain,” kata Masrur menambahkan.
Dengan waktu pembuatan produk selama tiga sampai empat hari, menurut Masrur sudah sangat bagus. Namun yang terpenting adalah tumbuhnya kesadaran siswa untuk memanfaatkan teknologi dalam mengatasi permasalahan yang dijumpai sehari-hari.
Sedangkan Muhamad Reza Fahlevi siswa kelas X E dari kelompok 3, membuat produk berupa biogas sampah organik.
SMAN 16 Kota Bandung: Alat untuk mengecek kandungan unsur hara di dalam tanah. Apabila lampu menyala terang, artinya unsur haranya tinggi, tanahnya subur baik untuk ditanami
“Selain memanfaatkan sampah, bisa juga menjadi pengganti energi yang tak terbarukan. Jadi kami ini membuat sampah organik. Seperti sampah dari hasil sayuran, diolah dari beberapa sampah rumah tangga itu. Lalu kita masukan ke botol yang kedap udara. Setelahnya kami gunakan campuran tanah sekitar lingkungan rumah kami, agar pembusukannya lebih cepat dari biasanya,” kata Reza.
Pembusukan tersebut menghasilkan gas metana, dengan memakan waktu satu hingga dua hari. Agar pembusukannya lebih cepat mencampurkan air ke dalam tabung tadi.
“Jika tanpa air, perkiraan muncul gas metananya adalah selama satu minggu. Sisa residunya ini memang masih ada. Nanti kalau sudah habis baru kami ganti lagi. Atau kapasitasnya kami perbesar,” kata Reza.
“Teknisnya, parameter ada gas atau tidak itu kita pasangkan balon di ujung botol. Dengan sifat mengembangnya balon, kita dapat pastikan bahwa balon tersebut ada gasnya atau tidak. Ini bisa untuk masak juga,” tandasnya. [SR]***