majalahsora.com, Kota Bandung – Rektor Universitas Widyatama Kota Bandung, Prof. H. Obsatar Sinaga, kembali menorehkan raihan prestasi gemilang, masuk ke dalam 50 peneliti terbaik Indonesia. Tepatnya rangking 30.
Di lansir dari tribunnews, Menristek/Kepala BRIN Bambang Brodjonegoro mengumumkan 500 peneliti terbaik Indonesia berdasarkan Science Technology Index (SINTA) series I Tahun 2020.
Hasil tersebut diumumkan secara virtual melalui aplikasi Zoom dan Youtube, Kamis (28/5/2020).
Bambang mengatakan peringkat atau ranking berdasarkan SINTA ini diharapkan mampu memberikan motivasi bagi individu dan institusi pendidikan.
Dalam perangkingan itu Prof. Obi sapaan akrab Rektor Widyatama, masih afiliasi Unpad bersama Sukono (ranking 20) dosen Unpad lainnya, berhasil masuk sebagai peneliti terbaik Indonesia.
Dari data SINTA, Prof. H. Obi, mencatat skor SINTA (selama tiga tahun) 3275,5 poin, dan skor SINTA keseluruhan 4229,5 poin, Scopus h-indeksnya 8 serta Google h-indeksnya 9. Sedangkan untuk jumlah publikasi terindeks Scopus (dalam tiga tahun), untuk Q1 ada 9 artikel, Q2 ada 13 artikel, Q3 ada 11 artikel, serta Q4 ada 45 artikel.
(Universitas Widyatama, tempat kuliah berkualitas di Kota Bandung. Info widyatama.ac.id)
Atas raihan itu Prof. Oekan S Abdoellah, Ph.D, Ketua Senat Akademik Unpad, mengungkapkan bahwa Prof. H. Obi yang merupakan muridnya kini telah melampaui dirinya dalam hal indeks jurnal penelitian.
“Kalau melihat publikasinya Prof Obi tidak hanya di Q4 dan Q3, tetapi juga Q2 serta Q1 hal itu ia kerjakan dalam waktu 3 tahun,” kata Prof. Oekan, Jumat (29/5/2020) malam.
“Menurut saya hal itu bisa dibanggakan apalagi dalam hal social science yang sangat sulit. Terlebih jurnal-jurnalnya terbatas sekali, apalagi untuk masuk Q1. Saya saja untuk masuk Q1 itu memerlukan waktu 1,5 tahun. Jadi apa yang dicapai Prof. Obi patut dihargai dan dicontoh oleh rekan-rekan lainnya,” imbuhnya.
Lebih lanjut dia menuturkan bahwa Prof. Obi merupakan pribadi yang mau belajar, mendengar, dan sangat hormat kepada para gurunya termasuk kepada dirinya.
“Prof Obi pekerja keras berusaha untuk maju lebih cepat. Dia tetap hormat ke senior meskipun sudah menjadi rektor,” akunya.
Ia pun menilai Prof. Obi bisa saja masuk rangking 10 besar, karena memiliki track record yang baik.
(Universitas Widyatama, tempat kuliah berkualitas di Kota Bandung. Info widyatama.ac.id)
Pada kesempatan itu dia juga berpesan kepada Prof Obi, agar tidak terlalu cepat berbangga diri, tetap rendah hati dan tetap mendengar suara orang lain.
Di waktu berbeda Prof. Dadang Suganda sebagai Ketua Komisi Akademik Senat Unpad mengatakan bahwa Prof. Obi tidak hanya memiliki prestasi dalam hal riset, tetapi dalam bidang lainnya.
“Saya sangat mengapresiasi beliau, sebagai Rektor Widyatama yang kreatif dan inovatif. Prof. Obi bukan pribadi yang textbook tetapi out of the box, kemudian memiliki wawasan yang sangat jauh ke depan (visioner). Itu merupakan karakteristik yang dimiliki oleh Prof. Obi,” kata Prof. Dadang kepada majalahsora.com, Kamis (28/5/2020) malam.
Berkaitan dengan riset menurut Prof. Dadang, Prof. H. Obi berhasil merubah tradisi yang selama ini ada di para dosen dan mahasiswa Universitas Widyatama. Terutama dalam hal teknis. Di mana para dosen biasanya selalu meminta petunjuk kepada atasan dalam berbagai hal, termasuk juga yang berkaitan dengan riset, penulisan-penulisan artikel yang sifatnya ilmiah.
“Oleh Prof. Obi kultur teknis yang membelenggu para dosen dan mahasiswa diubah dengan memberikan kemerdekaan yang penuh bagi mereka, untuk memulai membuka babak baru menciptakan kegiatan-kegiatan yang sifatnya ilmiah baik melalui riset maupun studi literatur,” kata Prof. Dadang.
Lebih lanjut ia menjelaskan, kini mahasiswa Universitas Widyatama ketika membuat studi literatur maupun kajian ilmiah penelitian yang dimasukkan ke dalam jurnal terindeks, maka hasil dari jurnal itu dikonversi sebagai tugas akhir.
(Universitas Widyatama, tempat kuliah berkualitas di Kota Bandung. Info widyatama.ac.id)
“Mahasiswa mempunyai pilihan untuk menyelesaikan studi kesarjanaannya dengan hasil penelitian yang dipublikasikan di jurnal terindeks. Dulu untuk tugas akhir mahasiswa itu hanya terpaku terhadap penulisan skripsi. Namun oleh Prof. Obi kultur teknis yang membelenggu itu, dijadikan sebagai opsi untuk menyelesaikan tugas akhir,” papar Prof. Dadang yang masih hangat menjabat sebagai Wakil Rektor I Bidang Akademik dan Kemahasiswaan, Universitas Widyatama.
Maka dari itu mahasiswa Universitas Widyatama di samping memiliki kemampuan penelitian dengan studi literatur yang canggih juga ada rekognisi (penghargaan). Pengakuan itu menjadi opsi kelulusan yang mendobrak kebiasaan lama.
“Selama ini kelulusan sarjana selalu berpatokan dalam bentuk penulisan skripsi. Padahal ada juga mahasiswa yang tidak suka menulis skripsi tetapi lebih suka kepada kajian atau penelitian jurnal. Termasuk perencanaan bisnis serta kegiatan-kegiatan yang melahirkan inovasi-inovasi baru. Hal itu bisa di rekognisi atau dihargai sebagai tugas akhir,” imbuhnya.
Di samping para mahasiswanya menurut Prof. Dadang, Dosen Widyatama pun diwajibkan untuk membuat artikel. Dampaknya para dosen Universitas Widyatama harus membekali dirinya dengan kepakaran dan keilmuan yang lebih mumpuni. Karena artikel yang ditulis harus mutakhir, baik dari segi objek, teori maupun metodologinya. Dengan kepakaran para dosennya yang meningkat, maka reputasi dosen sebagai ilmuwan serta kelembagaannya juga akan meningkat.
“Kalau para dosen tidak memiliki kemampuan yang mutakhir dalam penulisan karya ilmiah, maka tidak akan mungkin bisa dipublikasikan di jurna-jurnal terindeks,” kata Prof. Dadang
“Menurut saya itu merupakan tradisi baru. Akhirnya para dosen berpacu. Stimulus yang diberikan oleh universitas dan rektor kepada para dosen berprestasi bukan hanya dalam bentuk dukungan moralitas saja tetapi ada stimulus-stimulus dalam bentuk materil dan lain-lain,” tambahnya.
(Universitas Widyatama, tempat kuliah berkualitas di Kota Bandung. Info widyatama.ac.id)
Ia mengungkapkan bahwa hal tersebut sudah diterapkan sedari awal oleh Prof. Obi saat terpilih menjadi Rektor Universitas Widyatama, Agustus 2019 lalu. Akhirnya memunculkan perubahan-perubahan bertahap secara signifikan, melangkah ke arah kemajuan yang lebih baik. Terutama dalam perkembangan ilmu pengetahuan, kepakaran dosen, perkembangan proses belajar mengajar dan juga kualitas lulusan.
“Karena lulusan perguruan tinggi itu harus memiliki kemampuan sains. Kognisi ilmunya harus memiliki kemampuan skill jurnal. Hasil penelitian studi literatur merupakan bagian kemampuan sains dan skill. Praktik-praktik dari teori yang didapatkan secara linier untuk diaplikasikan di masyarakat,” papar Dadang.
Cara-cara kepemimpinan Prof. Obi dalam riset kemajuan akademi, menurut Dadang pun terasa sangat signifikan. Diperkuat dengan isu strategis saat ini. Di mana mengandalkan aspek-aspek yang sifatnya IT. Kecerdasan buatan internet dan lain-lain yang terfasilitasi.
Para mahasiswa Universitas Widyatama dalam mendapatkan keilmuan-keilmuan baru juga tidak hanya bersumber dari dosen saja. Tetapi diberi ruang yang sangat luas seperti browsing di internet, mengambil cara-cara yang canggih melalui IT dan lainnya.
Ia mengungkapkan lebih lanjut, kini secara bertahap bukan hanya mengubah kultur yang ada tetapi juga akan memigrasikan atau mentransformasikan pendidikan tinggi, memberikan keleluasaan bagaimana mengembangkan keilmuan di satu sisi dan mengembangkan skill di sisi lainnya.
“Itu menurut saya perubahan-perubahan yang radikal tetapi perubahan itu terukur. Karena target yang dibangun dalam akademik dan penelitian mendapatkan bukti yang nyata. Beliau bukan hanya menyuruh, tetapi memberikan contoh kepada jajarannya, rekan kerja, para dosen serta mahasiswanya untuk berbuat seperti yang dia lakukan,” kata Prof. Dadang.
(Universitas Widyatama, tempat kuliah berkualitas di Kota Bandung. Info widyatama.ac.id)
“Sehingga kami memiliki role model. Ketika kami memiliki pemimpin yang menjadi role model menjadi acuan, maka gerbong yang beliau bawa, dicontoh oleh pengikutnya,” tambah Prof. Dadang.
Dalam waktu singkat Universitas Widyatama berhasil masuk 100 besar perguruan tinggi ternama di Indonesia (rangking 95, tahun 2019) untuk tahun 2020 diumumkan Agustus 2020. Sedangkan untuk rangking di Jabar terbaru menduduki peringkat ke-6.
Dadang pun menjelaskan iklim akademik dan iklim riset internal di Universitas Widyatama sedang menanjak. Gairah para dosen berdampak pada proses belajar mengajar sehingga kualitas mahasiswa sebagai lulusan meningkat.
Atas raihan prestasi itu terlebih Prof. Obi masuk ke dalam 50 besar peneliti terbaik Indonesia, secara pribadi Prof. Dadang merasa bangga atas raihan itu.
“Ini merupakan prestasi luar biasa tidak semua orang bisa memperolehnya. Beliau miliki kecerdasan, keberanian, semangat yang ditanamkan pada dirinya. Acungan jempol dan apresiasi kepada Prof Obi. Masuk ke dalam peneliti terbaik Indonesia SINTA. Dari kacamata lembaga kurang lebih sama. Prof. Obi sebagai rektor akan menjadi role model bagi kami dari Universitas Widyatama untuk mencontoh pimpinanya yang beprestasi. Maka akan berdampak kepada kami untuk bisa menyamai prestasinya. Saya sangat bangga atas prestasinya sebagai peneliti terbaik,” pungkasnya.
Sementara itu Dr. Deden mengatakan bahwa Prof. Obi merupakan sosok rektor yang bisa memberikan motivasi baik secara konsep maupun praktek langsung.
(Universitas Widyatama, tempat kuliah berkualitas di Kota Bandung. Info widyatama.ac.id)
Jadi bukan hanya bisa memberikan penguatan-penguatan dalam teori tetapi juga dibuktikan, sesuai dengan apa yang sampaikan dan arahannya.
Hal tersebut menurut Deden bisa menjadi cermin yang positif dan sangat baik untuk dirinya sebagai rekan kerja, tenaga edukasi dan rekan-rekan lainnya di Widyatama.
“Karena jarang sekali melihat seorang pimpinan tertinggi di satu lembaga, konsepnya berjalan namun tidak secara prakteknya. Hal itu disebabkan oleh tersita waktunya oleh kesibukan. Berbeda dengan Prof. Obi Rektor Widyatama yang memberikan motivasi terhadap rekan, bawahannya apa yang dia sampaikan, dia pun sudah melakukannya,” kata Deden, Kamis (28/5/2020) malam.
“Kalau saya noel dari sisi agama, Prof. Obi tipe pimpinan Uswatun atau memberikan contoh. Sedikit bicara banyak kerja, hasilnya nyata. Itu tipe beliau yang selama ini saya rasakan,” imbuhnya.
Lebih lanjut dirinya mengungkapkan bahwa Prof. Obi merupakan pribadi yang tegas.
“Kalau salah ya bilang salah kalau betul ya bilang benar. Di samping itu tidak milih-milih dan tidak milah-milah. Saya sebagai rekan kerja beliau apabila ada kekurangan langsung memberikan koreksinya kepada saya,” kata Deden, Wakil Rektor II, Bidang Bidang Keuangan dan SDM.
(Universitas Widyatama, tempat kuliah berkualitas di Kota Bandung. Info widyatama.ac.id)
Dia pun mengungkapkan bahwa Prof. H. Obi merupakan pribadi yang bisa memberikan motivasi bagi rekan-rekannya di Universitas Widyatama, kampus lainnya di Jabar, di Indonesia maupun luar negeri, khususnya dalam bidang penelitian dan jurnal internasional.
“Saya ucapkan selamat kepada Prof. Obi sebagai pribadi maupun Rektor Widyatama, sosok pimpinan yang sudah mampu menunjukkan prestasi yang sangat luar biasa, masuk top 50 peneliti terbaik Indonesia SINTA. Menjadi kebanggaan untuk kami dan Universitas Widyatama dan semua, bravo!” pungkas Deden.
Kekaguman atas capaian prestasi Prof. Obi pun datang dari kalangan akademisi ternama lainnya, seperti Rektor Unpar, Rektor Unwim, Rektor Al Ghifari, dan banyak lagi, terlebih dari Prof. H. Uman Suherman, Ketua LLDIKTI Wilayah IV Jabar & Banten. [SR]***