majalahsora.com, Kota Bandung – Pemerintah Kota (PemKot) Bandung melalui Dinas Pendidikannya, sudah seharusnya memiliki tanggung jawab yang tinggi kepada warganya. Salah satunya dalam memberikan bantuan sosial (Bansos) dan bantuan keuangan (Bankeu), bagi siswa rawan melanjutkan pendidikan (RMP) yang disalurkan melalui satuan pendidikan penerima.
Tujuannya agar siswa RMP tidak putus sekolah, dapat melanjutkan pendidikan secara layak dan berkualitas di sekolah swasta.
Bantuan serupa digelontorkan pada tahun 2018. Namun tahun 2019, karena ada sesuatu hal, tidak cair. Untuk tahun 2020 bantuan tersebut telah disalurkan kepada SD, SMP, SMA, dan SMK swasta termasuk Perguruan Tinggi Negeri dan swasta.
Salah satu penerima Bankeu adalah SMK Bina Warga. Ada 240 siswanya yang menerima bantuan RMP, per siswa Rp 2 juta. Dana tersebut dialokasikan untuk Sumbangan Penyelenggara Pendidikan (SPP) dan Dana Sumbangan Pendidikan (DSP), yang dioptimalkan oleh sekolah sesuai dengan keperluannya dan aturan yang berlaku.
“Alhamdullilah, dengan adanya bantuan dari Pemkot, bisa mempercantik sekolah baik infrastruktur atapun sarana dan prasarana,” Kata Nendi Sugandi, Kepala SMK Bina Warga, Kota Bandung di ruang kerjanya, Jalan Buah Batu No.135 Turangga, Selasa (9/2/2021) siang.
Terutama di masa pandemi, yang berdampak terhadap faktor ekonomi orangtua siswa yang melemah. Hal itu menyebabkan terhambatnya iuran bulanan yang sudah ditetapkan oleh sekolah. Menurutnya dari jumlah 739 siswa SMK Bina Warga, hanya 10% orangtua siswa yang membayar SPP, setiap bulannya, sisanya menunggak.
Adapun besaran SPP-nya untuk kelas X Rp. 300 ribu. Untuk kelas X dan XI Rp 250 ribu-Rp 275 ribu. Dan DSP sebesar Rp 2 juta untuk tahun 2020.
Tidak bisa dipungkiri umumnya sekolah swasta mengandalkan dari iuran bulanan dan bantuan dari masyarakat. Mandeknya iuran itu menjadi beban berat untuk operasional SMK Bina Warga. Terlebih pada tahun 2019 pencairan RMP sempat terhenti.
“Terima kasih untuk Pemkot/Disdik Kota Bandung dan Cadisdik Wilayah VII Disdik Jabar. Saya berharap bantuan siswa RMP dapat diserap lebih banyak, dan dapat ditingkatkan jumlah nilai bagi penerima. Jangan dipersulit dalam pelaporan sehingga sekolah-sekolah dapat lebih berkembang menjadi lebih baik dengan kebutuhannya masing-masing,” kata Nendi.
Tidak hanya kendala masalah ekonomi saja, tetapi dalam pembelajaran mengalami kendala, tetapi tetap berupaya untuk mengoptimalkan pembelajaran jarak jauh dalam jaringan berbasis teknologi.
“Alhamdullilah pengoptimalisasi untuk guru agar melek mengajak dalam berdigital sudah dilakukan,” tuturnya.
Formula optimalisasi yang telah dilakukan SMK Bina Warga adalah pengedukasian guru-guru dalam daring diaplikasi Zoom Meeting dan Google Class. Begitupun dengan siswanya mengikuti pembelajaran secara daring sesuai dengan mata pelajaran yang ada, setiap hari.
Sedangkan untuk Praktek Kerja Industri (Prakerin) siswa kelas XII pun telah dilaksanakan secara tatap muka, sesuai arahan dari pemerintah. Dengan syarat protokol kesehatan yang harus diterapkan oleh masing-masing pihak.
Siswa yang telah menjalankan Prakerin ini terbagi dalam 5 jurusan yaitu, Jurusan Pemasaran, Jurusan Perkantoran, Jurusan Akuntansi, Jurusan Perhotelan, dan Jurusan Multimedia. Yang mengharuskan tatap muka di sekolah satu minggu sekali.
Saat ditanya mengenai lulus SMK Bina Warga 75% terserap bekerja di dunia industri salah satunya, Yogya Grup, PDAM, PLN dan lainnta. 15% melanjutkan ke perguruan tinggi, dan 5% melakukan Wirausaha. [SR]***