majalahsora.com, Kota Bandung – Kali keenam SMAN 10 Kota Bandung menghelat kegiatan workshop pembelajaran IPA terapan berbasis STEM (science, technology, engineering and math), tingkat nasional, angkatan kesebelas.
Hal itu merupakan salah satu bentuk bakti untuk negeri dari SMAN 10 Kota Bandung, menjadi penyelenggara kegaiatan tingkat nasional.
Kegiatannya diikuti oleh sekitar 20 orang guru IPA/kimia SMP, SMA, SMK, MA yang jauh-jauh sengaja datang ke SMAN 10 Bandung.
Di antaranya dari Papua Barat, Riau, Kalimantan Selatan, Jambi, DKI Jakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur, serta guru dari daerah sekitar Jawa Barat (Cimahi, Sumedang, Bekasi, Karawang) dan lainnya.
Ade Suryaman, S.Pd., M. M., Kepala SMAN 10 Kota Bandung (Poto)
Berlangsung di laboratorium kimia SMAN 10 Kota Bandung, Jalan Cikutra, selama empat hari dari hari Jum’at-Senin, tanggal 27-30 Desember 2019.
Kegiatannya sendiri dibagi dua sesi, dua hari pertama untuk materi tingkat dasar, dua hari berikutnya untuk tingkat lanjut.
Workshop tersebut dihelat agar para guru bisa menguasai meteri praktikum, dengan bahan praktek yang mudah dibeli. Bahkan bisa dibeli di warung-warung sekitar mereka.
Karena sejatinya pelajaran kimia itu harus praktek tidak semata-mata teori saja, hal itu dikatakan Uga Partriajasa pematerinya, dibantu Team YP3TK Internasional, Sabtu (28/12/2019) di lab kimia SMAN 10 Kota Bandung.
Uga Patriajasa pemateri yang sudah sering memberikan metode IPA terapan di berbagai daerah (Poto)
Terkait hal itu kepada majalahsora.com ia memaparkan bahwa pelajaran kimia itu harus “show” atau diperagakan terhadap siswa-siswi. Sehingga mereka tertarik dan senang mempelajari pelajaran kimia.
“Disampaikannya dengan cara mudah dan tidak menakutkan. Di samping itu murah aman dan senang. Kalau menakutkan bagaimana mereka akan belajar kimia. Selama ini paradigma belajar kimia itu umumnya menakutkan dan tidak menyenangkan,” kata Uga.
Masih kata Uga hal itu terjadi Karena banyak guru kimia yang kaku dalam menyampaikan pembelajarannya, sehingga terkesan membosankan, terlalu banyak teori sedikit praktek.
Korelasinya antara praktek dan teori saat ini kebanyakan tidak nyambung. Antara teori dan kenyataan suka berbanding terbalik.
“Jadi kalau teori tanpa praktek itu menjadi kabur. Sebaliknya kalau menjelaskan teori atau praktek tanpa teori itu menjadi ngawur. Jadi harus seimbang antara teori dan praktek,” jelas Uga.
Wini Mandalalia Guru Kimia SMAN 10 Kota Bandung (Poto)
Dengan banyak praktek diharapkan para siswa menjadi terbiasa melihat, mendengar merasakan, oleh panca indranya.
Pada kegiatan itu Uga mempraktekkan sekitar 25 jenis reaksi kimia pada sesi tingkat dasar. Begitu juga untuk tingkat lanjutan memeragakan 25 reaksi kimia yang bisa dipraktekan oleh para guru setelah mengikuti program workshop.
“Sengaja saya mengajarkan IPA terapan karena tidak sedikit sekolah yang belum memiliki lab kimia dan sulit mencari bahan prakteknya. Ada juga yang sudah memiliki lab kimia tetapi kesulitan dalam mencari bahan praktek, karena mahal. Apalagi sekolah di daerah,” terang Uga.
Ternyata menurut Uga bahan praktek itu bisa didapatkan dengan mudah di warung, seperti sabun cuci tangan, pembersih lantai/toilet dan lain sebagainya.
“Untuk HCL bisa menggunakan pembersih lantai, alkohol bisa menggunakan sabun cuci tangan,” terangnya.
Antusias para peserta kegiatan (Poto)
Dirinya pun mencontohkan praktek mengenai praktek penguraian gula dalam tubuh manusia, melalui IPA terapan.
“Kita bisa bertenaga karena ada gula yang dibakar di dalam tubuh menggunakan enzim. Untuk membuktikannya secara praktek kimia, gula diberi katalis KCO3 sebagai katalis untuk membakar gula dan menghasilkan oksigen serta membakar gula. Maka akan menghasilkan kalor atau panas (diumpamakan sebagai energi),” kata Uga.
Ia pun berpesan agar para guru terus belajar meskipun sudah bisa.
“Karena sebagai guru pembelajar akan terus bertambah ilmunya. Berikutnya ada dua landasan belajar ilmu dan iman. Untuk itu maka akan ada jalan dari yang maha kuasa. Berikutnya fokus, berkesinambungan dan istiqomah,” pungkasnya.
Sementara itu Agus, Guru Kimia di SMAN 1 Sorong, Propinsi Papua Barat, sengaja datang ke kegiatan workshop ini. Alasannya karena dirinya tertarik setelah melihat praktikum-praktikum yang dilakukan oleh Uga di media sosial.
Agus Guru Kimia dari SMAN 1 Sorong, Propinsi Papua Barat (Poto)
“Pak Uga dan rekannya mempraktekkan menggunakan bahan-bahan kimia yang sudah ada atau sering kita lihat dan mudah didapat. Seperti pencuci lantai, sabun cuci tangan dan lainnya. Di Sorong kami terbatas dengan bahan-bahan kimia dan sulit didapat. Dengan ikut kegiatan (pembelajaran IPA Terapan) ini, saya berharap kegiatan praktikum di sekolah kami tidak terhambat karena adanya kekurangan bahan tersebut,” kata Agus.
Senada dengan Uga menurut Agus, belajar kimia itu harus praktek. Apabila tidak ada praktikum maka akan kehilangan warwah dari pembelajaran kimia.
Lebih lanjut dengan ilmu yang didapat olehnya, bisa membawa siswa-siswi SMAN 1 Sorong lebih mencintai pelajaran IPA.
Di samping itu akan di share ke teman-teman guru di SMAN 1 Sorong Papua Barat, yang jumlah siswanya kini ada sekitar 500 orang.
Pada kesempatan yang sama Wini Mandalalia, Guru Kimia SMAN 10 merangkap peserta kegiatan mengatakan, bisa berjalannya kegiatan tersebut tidak terlepas dari dukungan penuh Ade Suryaman, Kepala SMAN 10. Apalagi sudah berlangsung untuk ke-6 kalinya.
Para peserta dengan seksama memperhatikan materi yang disampaikan (Poto)
“Ini kegiatan keenam kali yang diselenggarakan di SMAN 10, karena bentuk perhatian dari kepala sekolah kami Pak Ade Suryaman. Tiap penyelenggaraan selalu disambut antusias. Terlebih apabila memasuki libur panjang, pesertanya bisa mencapai 80 orang,” terang Wini.
Saat ditanya mengenai pesertanya di setiap angkatan, menurutnya tiap kegiatan selalu diikuti peserta yang berbeda-beda.
Sebagai Guru Kimia di SMAN 10 Kota Bandung, ia sangat antusias karena memiliki materi yang berbeda, di berbagai pertemuan. Ia pun berharap kegiatannya terus berlanjut.
Kiri ke kanan: Yunita Danora, SMKN 1 Kuantan Hilir Kab Kuantan Singingi Prov. Riau, Elizabeth, SMA Xaverius 1 Jambi, Agus Kantale, SMAN 1 Sorong, Prop. Papua Barat, Uga Patriajasa, Dewi Nurmalasari SMAN 15 Kota Surabaya, Prop. Jatim dan Mahrita, SMAN 1 Kotabaru Kalimantan Selatan (Poto)
Ade Suryaman Kepala SMAN 10 Kota Bandung saat dihubungi melalui sambungan telepon mengatakan, pihaknya sangat mendukung segala kegiatan di sekolahnya.
Terutama untuk kemajuan pendidikan nasional, termasuk workshop IPA Terpadu.
Apalagi menurutnya fasilitas yang ada di SMAN 10 Kota Bandung merupakan aset negara, maka bisa digunakan untuk kepentingan edukasi, pelatihan dan berbagai kegiatan yang ada kaitannya dengan pendidikan. [SR]***