majalahsora.com, Kota Bandung – Ars Vita Alamsyah alumni SMAN 19 Kota Bandung menjadi kebanggaan bagi almamaternya dan bangsa Indonesia, karena menjadi muslimah pertama di dunia yang bekerja di perusahaan global SpaceX milik Elon Musk.
Di perusahaan tersebut, ia bergabung sejak Agustus 2021, sebagai engineering.
Setelah lulus tahun 2012 dari SMAN 19, dirinya berkuliah di ITB selama dua tahun, dua tahun berikutnya menyelesaikan jenjang S-1 di University of Maryland, jurusan Teknik Mesin, Amerika Serikat, pada tahun 2015-2017.
Saat di Negeri Paman Sam, Asr Vita juga pernah magang di Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat (NASA) selama satu bulan.
Kemudian Ars Vita melanjutkan pendidikan magister di Massachusetts Institute of Technology (MIT) di Massachusetts, Amerika Serikat.
Selama menempuh pendidikan S-2, dirinya berhasil meraih berbagai prestasi melalui penghargaan dari Deloitte Case Competition dan IMSA Student Research Presentation di Supply Chain and Logistics Excellence (SCALE) Scholars Fellowship.
Kemudian memulai kariernya, bekerja di sebuah perusahaan bernama Northrop Grumman selama tiga tahun. Ia dipercaya memegang jabatan sebagai Project Management-Global Supply Chain; Project Management-Corporate Global Mobility; serta Project Management-Technology Service.
Di tahun 2019, Ars Vita mengikuti pelatihan ekonomi.
Imam Lubisasono, S.Pd.I., M.Pd., Kepala SMAN 19 Kota Bandung
Dengan latar belakang yang luar biasa, ia didaulat menjadi pembicara kegiatan Bincang Pendidikan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) SMAN 19 Kota Bandung, melalui zoom meeting, pada hari Jum’at, tanggal 13 Mei 2022.
Dalam kesempatan itu, Ars Vita membagikan pengalaman dan tips kepada adik kelasnya, agar sukses dalam belajar dan mewujudkan cita-cita.
Diawali dengan bercerita mengenai perbedaan sistem pendidikan di Indonesia dan Amerika Serikat.
Menurutnya ada perbedaan yang mencolok antara pendidik di Indonesia dan Amerika.
Kata Ars Vita umumnya pelajar atau mahasiswa di Amerika Serikat, di awal semester sebelum mengikuti pembelajaran atau perkuliahan, terbiasa membaca materi yang akan dibahas, seperti belajar apa, bahan bacaan, topik apa, jadi sudah tahu.
Lanjutnya di Amerika saat belajar/kuliah di kelas, guru tidak banyak memberikan materi pelajaran.
Sebaliknya siswa dituntut untuk membaca dan mencari informasi mengenai materi pelajaran yang akan diajarkan di kelas. Juga dituntut aktif dan banyak bertanya.
Aep Muttaqin, S.Pd., Wakil Kepala Sekolah Bidang Humas
Masih kata Ars Vita kalau dirinya tidak siap dengan materi yang akan dipelajari di kelas, maka akan tertinggal dan menjadi malu karena tidak dapat menjawab pertanyaan.
Di sana juga sangat menjunjung tinggi guru berpikir kritis. Tidak harus baku.
“Apabila ada opini pribadi dan tidak setuju dengan teman sekelas tentang suatu topik, sangat dijunjung tinggi,” kata Ars Vita.
Di sana juga pelajar terbiasa dengan berbagai kegiatan, selain belajar yakni berorganisasi dan bekerja paruh waktu, hal tersebut kata Ars Vita melatih dalam mengatur waktu.
Saat memasuki sesi tanya jawab, banyak siswa SMAN 19 Kota Bandung yang bertanya, di antaranya cara belajar Ars Vita kala SMA.
Menurutnya, ia terbiasa satu jam sebelum belajar di kelas, membaca materi yang akan diajarkan oleh guru.
“Jadi lebih mengefektifkan kala mengikuti pelajaran, karena sudah mengerti sebelumnya, yang belum mengerti bertanya di kelas,” kata Ars Vita.
Ia pun meluangkan satu jam untuk mempelajari materi pelajaran yang telah diajarkan oleh guru di kelas.
Dirinya juga memberikan tips agar lebih fokus terhadap pelajaran yang disukai.
Guru SMAN 19 Kota Bandung yang turut serta
“Kebetulan saya suka dengan angka dan hitungan, jadi saya perdalam pelajaran yang ada hitungannya. Sedangkan yang bersifat hafalan, kurang saya kuasasi dan sukai,” kata Asr Vita.
Tips lainnya, saat akan melanjutkan ke perguruan tinggi jangan ikut-ikutan (memilih jurusan karena ingin sama teman), tapi harus benar-benar karena keinginan kita sendiri.
“Hampir setengah kelas teman saya yang sekarang jadi dokter, sedangkan saya memilih ke teknik,” kata Ars Vita yang ingin menjadi astronot, kala itu.
Ia pun mengutarakan, untuk memudahkan mencapai cita-cita, maka harus dipecah-pecah targetnya agar lebih mudah tercapai.
Di samping itu harus fokus belajar dan tidak terjebak dalam media sosial. Dengan begitu dirinya dari kelas 1 (sekarang disebut kelas X) memiiki nilai raport yang bagus, dan masuk ke ITB melalui jalur raport.
“Baiknya tinggalkan medsos fokus belajar, contohnya tidak main tiktok dan lainnya. Lebih baik dimanfaatkan untuk terus menggali informasi. Cari tahu informasi agar kita lebih tahu terdepan tentang apa yang ingin kita capai,” kata Ars Vita.
Termasuk memperdalam bahasa Inggris karena memang ingin ke mancanegara.
“Saya sampai saat ini terus belajar grammar dan pelafalan bahasa Inggris,” kata Ars Vita yang aktif di OSIS dan Pramuka saat SMA.
Wita kelas XI dan Sayid Kelas X yang mengikuti kegiatan itu sangat tergugah. Mereka berdua serius mendengarkan paparan yang disampaikan Ars Vita.
“Teh Vita dari kelas 1 sudah berambisi buat selalu belajar dan tidak mengorbankan untuk organisasi itu keren banget. Karena aku sendiri ikut OSIS terasa berat menyesuaikan dengan tugas. Hebat sekali Teh Vita bisa menyesuaikan itu semua,” kata Wita.
Seluruh siswa SMAN 19 Kota Bandung, dengan seksama memperhatikan apa yang diutarakan Ars Vita Alamsyah
“Ditambah lagi tadi dengar cerita kuliahnya yang dua tahun di ITB, lalu dilanjut ke luar negeri. Hebat banget bisa mendapatkan beasiswa dan mencari beasiswa juga keren sih,” imbuh Wita yang ingin jadi guru.
Sementara itu Sayid, yang tertarik di teknologi pangan jadi tahu, untuk mendapat itu semua harus mulai belajar fokus, terhadap apa yang disukai.
“Apa yang kita suka soalnya aku sendiri kadang mikirnya tuh pengen belajar ini, tapi takut misalkan nantinya kerjanya jadi apa, atau kayak gimana. Sedangkan dari Kak Vita bikin yakin untuk belajar yang kita suka,” kata Sayid.
Aep Muttaqin, Wakil Kepala Sekolah Bidang Humas, menjelaskan bahwa diundangnya, Asr Vita merupakan salah satu upaya SMAN 19, memotivasi para siswanya, bisa sukses seperti kakak kelasnya.
“Alhamdulillah, banyak alumni SMAN 19 yang sudah sukses. Kami rencananya akan undang alumni seperti Asr Vita. Membuat acara seperti itu setiap satu semester sekali,” kata Aep.
“Saat SMA, Asr Vita keasuh sama saya, sewaktu saya masih menjadi Pembina OSIS. Dia pribadi yang energik dan cerdas,” kata Aep.
Imam, Kepala SMAN 19 Kota Bandung, mengungkapkan bahwa kegiatan tersebut merupakan salah satu program sekolah penggerak mendukung program Merdeka Belajar.
Berikutnya untuk melakukan perubahan sesuai dengan kurikulum sekolah penggerak, memunculkan hal baik dan mengikis hal yang kurang baik, di sekolah yang dipimpinnya.
Wita dan Sayid siswa SMAN 19 Kota Bandung yang tertarik dengan paparan Ars Vita
“Modelnya itu disebutnya model BAGJA, kalau di sekolah penggerak,” kata Imam, yang baru diangkat jadi kepala sekolah pada 11 Maret 2022.
“Bagaimana membuat pertanyaan membuat refleksi apa yang sudah ada, kemudian buat pertanyaan bagaimana ke depan menggali mimpi, apa ke depan,” imbuhnya.
Kata Imam, untuk mencapai itu, ada strategi dan alur-alurnya, di antaranya melalui manajemen sekolah berbasis IHSAN.
“I nya identifikasi terlebih dahulu, harapan. Kalau saya nggak mau mengidentifikasi masalah, saya mengedepankan potensi sekolah, harmonisasi sinergikan dan kuatkan kemudian, sosialisasi ke warga sekolah bahwa kami akan melakukan perubahan. A nya aktualisasi, aksi nyata di lapanagan. N nya nilai, kami lakukan refleksi dan evaluasi terhadap program yang sudah berjalan,” kata Imam.
Dirinya juga mengungkapkan bahwa satu bulan pertama, mengidentifikasi potensi di SMAN 19 Kota Bandung, banyak potensi guru-guru, siswa termasuk alumni.
Kata Imam sehubungan dengan alumni SMAN 19 ternyata banyak yang berpotensi untuk berbagi, seperti Ars Vita dan banyak lagi.
“Itu gebrakan dari Pa Aep, Humas. Nanti Milangkala SMAN 19, di bulan November 2022, akan ada reuni Akbar. Dari angkatan pertama dan terakhir,” kata Imam.
Imam juga memiliki mimpi ingin membangun kelas internasional dan go internasional untuk seni budayanya. Kemudian adanya kelas unggulan Tahfiz berasrama, bersinergi dengan Cabang Dinas Pendidikan wilayah VII dan Baznas.
Masih kata Imam, bahwa merdeka belajar sebagai pelayan siswa, merupakan konsep Ki Hajar Dewantara, belajar sesuai kodrat jaman dan alam.
“Bakat siswa apa, itu yang akan dikembangkan, tidak akan dipaksakan anak harus belajar yang tidak sesuai keinginannya. Untuk menyusun program ke depan nanya ke anak kebutuhannya apa menciptakan apa yang jadi karakter mereka, kebutuhan guru apa harmonisasikan guru, melalui Tim Penjaminan Mutu Pendidikan Sekolah (TPMPS), komunitas guru,” kata Imam. [SR]***