majalahsora.com, Kota Bandung – Erwan Ketua Jabar Masagi mengapresiasi SMAN 18 Kota Bandung sebagai sekolah penggerak, yang warga sekolahnya telah melakukan praktik baik.
Hal itu menjadi satu alasan sekolah yang dipimpin oleh Nani Mulyani mendapat penghargaan “Sekolah Favorit” dari Jabar Masagi.
Esensi dari praktik baik sendiri di antaranya melaksanakan pendidikan karakter. Diwujudkan dengan mengembalikan pendidikan budi pekerti yang berdampak pada perilaku sosial, yang mana nilai-nilai kearifan lokal Jawa Barat menjadi dasarnya.
Arief Subakty, Kepala KCD Wilayah VII
Seperti yang sudah diaplikasikan di SMAN 18 Kota Bandung yakni mencetak siswa-siswinya sebagai agen perubahan anti perundungan, dalam program Roots Indonesia.
Mereka para agen perubahan dididik sekian lama. Setelah itu akan menyebarkan informasi mengenai anti perundungan kepada teman sebaya, adik atau kakak kelasnya.
Sehingga teman-temannya akan lebih tahu dan bisa menghindari, sekaligus mencegah tindakan kekerasan atau tindakan agresif di kalangan mereka dan lingkungan masyarakat. Di samping itu bisa menciptakan sekolah aman dan nyaman.
Erwan, Ketua Jabar Masagi
“Kalau bicara karakter, juga harus menggali kekuatan yang dimiliki oleh masing-masing siswa. Ada yang pemberani maka kuatkan karakter keberaniannya dalam hal positif. Begitu juga yang memiliki karakter sabar, dikuatkan kesabarannya. Bukan sabar yang jeleknya, seperti terus mengalah dalam hal negatif. Intinya menguatkan karakter positif dan meminimalisir sifat jeleknya,” kata Erwan saat menghadiri penutupan Roots Days, Market Day dan Launching Buku Best Practice di SMAN 18, Jum’at (24/12/2021).
Dalam kesempatan itu Erwan menandatangani buku best practice, yang isinya mengenai kumpulan praktik baik yang telah dilakukan oleh Guru SMAN 18 Kota Bandung.
Dirinya pun berharap agar praktik baik juga menjadi fundamental di setiap sekolah yang ada di Jabar. Bukan hanya di SMA, SMK, SLB yang naungannya ada di Pemerintah Provinsi Jabar, namun juga di jenjang SMP dan SD.
Nani Mulyani, Kepala SMAN 18 Kota Bandung
“Nanti kalau yang SD dan SMP akan koordinasi dengan pemerintah kabupaten/kota,” kata Erwan.
Sementara itu, Arief Subakty, Kepala Cabang Dinas Pendidikan Wilayah VII, yang turut hadir di acara penutupan Roots Day SMAN 18, mengungkapkan hal yang sama dengan Erwan.
“Saya sangat mengapresiasi kegiatan sekolah penggerak SMAN 18. Seperti siswa-siswi SMAN 18 diberikan materi ajar pendidikan yang lebih baik. Ditambah dengan pendidikan karakter yang di dalamnya ada materi anti perundungngan,” kata Arief.
Menurutnya materi perundungan sangat bermanfaat.
Launching buku Best Practice Guru SMAN 18 Kota Bandung
“Manakala mereka lulus sekolah dan terjun di masyarakat akan bermanfaat bagi mereka. Perundungan ini sesuatu hal yang sangat tidak baik apalagi di lingkungan masyarakat. Karena yang namanya bullying atau perundungan akan merusak tatanan sosial di masyarakat,” kata Arief.
Lanjut Arief, terlebih saat pembelajaran tatap muka kembali berjalan normal mereka kembali akan berinteraksi sosial dengan lingkungannya.
“Seperti dengan adik kelas, teman sebaya atau kakak kelasnya, bahkan guru-gurunya,” kata Arief.
Bersama Guru SMAN 18 Kota Bandung
Mereka bisa bersikap sesuai dengan lingkungannya. Termasuk saat bermasyarakat memiliki budi pekerti dan mempunyai akhlak mulia.
Sedangkan Nani Mulyani menjelaskan bahwa penutup kegiatan Roots Days, akan melepas 30 siswa-siswi pilihan yang menjadi agen perubahan.
Mereka akan dilepas terjun di masyarakat. Merancang atau membuat sebuah kreasi kepada teman-temannya.
Guru SMAN 18 Kota Bandung, terus berupaya melakukan praktik baik
“Selama hampir empat bulan agen perubahan di SMAN 18 Kota Bandung, mengikuti pendidikan dan pelatihan,” kata Nani di sela-sela acara.
Roots Day sendiri, hanya dilaksanakan oleh sekolah penggerak. Di Bandung ada sekitar tujuh sekolah yang terpilih melaksanakan program tersebut. Sedangkan se-Indonesia ada sekitar 2500 sekolah.
“Kami juga melaksanakan praktik baik, sebagai salah satu tujuan dari Jabar Masagi. Kenapa demikian karena SMAN 18 Kota Bandung, best practice nya, menjadi favorit di Kota Bandung,” kata Nani.
Tampilan kabaret yang penuh makna pada penutupan Roots Day SMAN 18
“Oleh karena itu kami tugaskan kepada guru-guru SMAN 18 Kota Bandung untuk membuat praktik baiknya masing-masing. Alhamdulillah dalam satu bulan terkumpul tulisan dari berbagai guru. Sehingga hari ini bisa dilaunching buku best practice, oleh Pak Erwan Ketua Jabar Masagi dan Pak Arief Kepala KCD VII,” imbuhya.
Adapun isi dalam buku best practice berupa pengalaman pribadi. Ada juga berupa tanggapan atau saran dan sebagainya, yang dituangkan dalam bentuk tulisan.
“Setiap guru, mengirimkan lebih dari satu satu tulisan. Sampai bisa menjadi buku setebal 150 halaman,” kata Nani.
Mengenalkan dan menjual olahan makanan khas Bandung, di acara Market Day
Terkait anti perundungan di SMAN 18 Kota Bandung dirinya menjelaskan, bahwa ada tiga dosa besar di dunia pendidikan Indonesia yang diungkapkan oleh Mas Menteri (Kemendikbudriatek) Nadiem Makarim, yakni perundungan, kekerasan seksual dan intoleransi.
Oleh karena itu dalam rangka mewujudkan program Kemendikbud, pihaknya melakukan program anti perundungan secara masif.
Diketahui perundungan di kalangan anak sendiri ada empat jenis, yakni perundungan verbal, tidak terlihat secara fisik, namun bisa dirasakan. Bentuknya bermacam-macam, misalnya hinaan terhadap fisik, SARA, status ekonomi hingga orientasi seksual.
Kepercayaan diri saat menampilkan kreasi seni
Perundungan fisik adalah jenis penindasan yang paling umum. Itu terjadi ketika pelaku intimidasi yang ukuran tubuhnya lebih besar mencoba mengintimidasi yang lebih lemah. Ini bisa termasuk memukul, menendang, meninju, menyandung, menghalangi jalan, dan bahkan menarik rambut. Perundungan ini juga bisa melibatkan sentuhan dengan cara yang tidak pantas.
Cyberbullying, merupakan tindakan yang dilakukan secara sadar untuk merugikan atau menyakiti orang lain. Itu bisa dilakukan melalui gangguan komputer, jejaring sosial di dunia maya, telepon seluler dan peralatan elektronik lainnya.
Berikutnya perundungan sosial, mencakup perilaku seperti menolak, memeras, mempermalukan, menilai karakteristik pribadi, memanipulasi pertemanan dan mengucilkan. [SR]***