majalahsora.com, Kota Bandung – Puncak peringatan Hardiknas (Hari Pendidikan Nasional) dan Harkitnas (Hari Kebangkitan Nasional) tahun 2018 di lingkungan PGRI Jawa Barat digelar Selasa (29/5/2018) sore, di Hotel Haris Bandung.
Sekaligus jadi ajang silaturahmi dan resepsi (buka bersama) peringatan Hardiknas serta Harkitnas antara guru, kepala sekolah, pengawas, kasubag tata usaha, TK, SD, SMP, SMA/SMK se-Jabar dengan pemangku jabatan dinas terkait.
Pada acara tetsebut, hadir Ahmad Heryawan Gubernur Jabar, Edi Permadi, Ketua PGRI Jabar, Ahmad Hadadi, Kadisdik Jabar, Ketua Dewan Pendidikan Jawa Barat, jajaran pimpinan dan staf Disdik Jabar, dan tamu undangan lainnya.
Selain jadi ajang silaturahmi, juga untuk melepas Ahmad Heryawan, yang dalam hitungan hari akan menaggalkan jabatannya sebagai Gubernur Jabar.
Pada pidatonya Aher menyampaikan bahwa tema pendidikan selalu menjadi tema yang menarik, karena pendidikan adalah satu-satunya sumber kemajuan.
Kata Aher, tidak ada satu negara yang mengukir kemajuannya tanpa sentuhan pendidikan.
Lebih lanjut, ujar gubernur yang baru meraih gelar Doktor dari Unpad, guru merupakan salah satu komponen penting, utamanya dalam memajukan dunia pendidikan dan peradaban suatu negara menjadi maju.
“Hanya negara yang menganggap guru sebagai bagian penting, yang menjadikan negara tersebut maju,” lanjut Aher.
Di setiap kesempatan tatap muka dengan pendidik, dirinya tidak bosan-bosan mengisahkan mengenai kehancuran Jepang, saat Nagasaki dan Hiroshima dibom atom oleh Amerika Serikat dan sekutunya.
“Setelah mengetahui Jepang kalah dari sekutu, Pangeran Hirohito jatuh pingsan. Setelah siuman, yang pertama ditanyakannya adalah jumlah guru yang masih hidup,” tutur Aher.
Menunjukan bahwa Jepang yang porak poranda harus segera di recovery dengan hadirnya peran guru. Merecoverynya harus menggunakan SDM unggul.
Kata Aher tidak mungkin ada pendidikan unggul, tanpa SDM yang unggul. Adanya murid yang hebat, bukan berarti karena pribadinya hebat, tetapi salah satunya karena ada sentuhan dari para gurunya.
Masih kata Aher, wajar kalau di beberapa negara banyak yang memberikan porsi dan kedudukan khusus bagi para guru.
“Salah satu contoh di Skandinavia, guru diberi kedudukan istimewa. Mudah-mudahan di Indonesia suatu saat guru menjadi manusia istimewa,” jelas Aher, yang disambut tepuk tangan meriah.
Karena tidak mungkin ada generasi istimewa tanpa ada guru istimewa. Dirinya yakin akan hal itu, karena sudah ada undang-undang guru dan dosen, tinggal implementasinya.
Ketika dirinya berbicara dengan orang Korea Selatan, kondisi Indonesia saat ini, seperti Korsel tahun 1980 an. “Apabila melihat hal itu, kita tertinggal selama 20 tahun lebih, tapi tidak masalah,” katanya.
Ia yakin bangsa kita bisa mengejar ketertinggalan. Intinya negara harus menghadirkan penghormatan pada guru untuk menghasilkan generasi hebat. Ke depan urusan pendidikan harus dibereskan, untuk semua jejang pendidikan. Urusan kemajuan sebuah negara berawal dari pengawalan pendidikan dan guru.
Selama kepemimpinan Aher menjabat selama 10 tahun, dunia pendidikan di Jabar terasa ada kemajuan secara signifikan. Menurut data sejak tahun 2008-2018 APK (angka partisipasi kasar) pendidikan menengah naik menjadi 81,2 persen, yang sebelumnya hanya di angka 45 persenan.
Apalagi setelah SMA/SMK dikelola oleh propinsi menjadi lebih meningkat, seperti kenaikan tunjangan guru, kepala sekolah, pengawas, gaji guru honorer, pembangunan belasan ribu ruang kelas baru, dan lainnya.”Saya sudah berpesan ke Pak Hadadi Kadisdik Jabar, untuk melanjutkan amanat PGRI serta guru,” kata Aher.
Berkaitan dengan guru honorer SMA/SMK, Aher mengatakan bahwa Pemprov Jabar telah memberikan honor yang lebih baik dari sebelumnya. “Mudah-mudahan untuk guru honor TK, SD, dan SMP sama baiknya. Karena kebijakan untuk TK SD, SMP, bukan di propinsi tetapi ada di kota/kabupaten masing-masing, begitu pun mengenai dananya, sudah diserahkan ke masing-masing daerah,” terangnya.
“Mudah-mudahan kekuatan PGRI bisa digerakan, dengan adanya petisi serentak. Untuk memperthatikan guru honorer dan kemajuan pendidikan di 27 kabupaten/kota,” sambungnya.
Di akhir acara, dirinya memohon maaf, apabila selama 10 tahun memimpin, masih ada kekurangan. [SR-Poto Yana Humas Jabar]***