majalahsora.com, Kota Bandung – SMK Negeri 6 Bandung yang berada di Jalan Soekarno Hatta, Komplek Riung Bandung, kini sedang melaksanakan beberapa program yang berkaitan dengan pengembangan sekolah.
Drs. H. Agus Rustiadin, M.M.Pd., selaku kepala sekolah menyampaikan bahwa SMKN 6 dalam situasi pandemi ini berbeda dengan situasi normal dalam kegiatan sehari-harinya.
Agus menekankan program-program yang dicanangkannya pada bagian sarana dan pra-sarana ke dalam beberapa bagian.
Pertama yang sedang berlangsung yaitu renovasi mesjid, yakni pengembangan dan perluasan lahannya, dari segi biaya membutuhkan dana yang cukup lumayan, hampir menyentuh Rp 2 miliar.
Hal ini dikarenakan konsep bangunannya diubah menjadi lebih representatif serta lebih luas.
Kelas industri Samsung SMKN 6 Kota Bandung
Selanjutnya adalah revitalisasi dan optimalisasi sarana prasarana. Konkritnya pada kondisi 13 Laboratorium Komputer yang sudah membutuhkan pembaharuan dan dianggap terlalu banyak, sehingga perlu disesuaikan kembali dengan kebutuhan pembelajaran.
Melihat hal itu, Agus akan megurangi jumlah laboratorium dan komputernya. Namun begitu kualitas spec masing-masing komputer akan lebih ditingkatkan agar representatif. Karena selain warga internal sekolah, Laboratorium Komputer SMKN 6 juga digunakan oleh pihak POLDA Jawa Barat (Jabar) untuk kepentingan tes jenjang karir polisi maupun diklat polisi.
“Dari segi revitalisasi pengembangan sarana pra-sarana tentu yang menjadi masalah yaitu pendanaan. Meminta bantuan dari pemerintah pun terbatas, dari partisipasi orangtua pun berdasarkan ketentuan yang berlaku hanya boleh berupa sumbangan tidak berupa iuran seperti dulu. Sekolah ini besar, mempunyai lahan seluas 4,5 hektar dengan 2338 siswa sehingga untuk pemeliharaan dan pengembangan memerlukan biaya yang ekstra” ucap Agus, baru-baru ini di ruang kerjanya.
Agus pun menyinggung masalah yang dihadapi oleh sekolah yang dipimpinnya, yaitu terkait dengan warga perumahan sekitar juga ikut memberi suara dalam bentuk teguran serta keluhan, saat aktifitas sekolah berlangsung.
Dalam prakteknya kegiatan/aktivitas sekolah yang berada pada bagian selatan sekolah khusunya ekstrakurikuler/ekskul, berbatasan langsung dengan perumahan warga sekitar.
Running text buatan siswa SMKN 6 Kota Bandung, kelas industri Samsung
Sehingga, kata Agus, warga merasa terganggu dengan suara berisik pada saat kegiatan ekskul berlangsung.
Oleh sebab itu seluruh pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler di SMKN 6 akan dipindahkan ke sebelah utara, tepatnya di lapangan sepak bola yang akan dijadikan juga sport center.
Di samping itu sekretariat ekstrakurikuler pun akan dipindahkan di bagian teras dekat lapangan sepak bola dan dekat masjid.
“Inti dari program ini adalah dilihat dari sisi keuntungan dimana poin pertama adalah jauh dari pemukiman warga sekitar, poin kedua yaitu lokasi kegiatan kesiswaan di dekatkan ke masjid agar tidak lupa shalat ketika waktunya tiba sehingga tidak ada alasan terlalu jauh dari masjid” ujar Agus yang bagus menjadi Kepala SMKN 6 sekitar tiga bulan.
Program Revitalisasi & Kelas Samsung
Selanjutnya adalah program revitalisasi dan penambahan peralatan yang harus sesuai dengan standar. Kata Agus peralatan untuk pembelajaran memang sudah harus diperbaharui, diperbaiki, ditingkatkan kualitasnya dan disesuaikan dengan kebutuhan industri.
Renovasi Masjid Darul Ulum, SMKN 6 Kota Bandung
Selain itu program ini akan memakan waktu yang lama serta biaya yang besar. Melihat itu Agus bersama jajarannya sedang mencari alternatif lain seperti dengan menerima tawaran dari Dinas Pendidikan Jabar melalui DAK dan sebagian melalui kemampuan dana dari Komite Sekolah.
“Untuk peralatan yang bersifat vital namun harganya cukup mahal, maka sistemnya adalah dengan membuat MoU dengan beberapa industri,” yang sebelumnya menjadi Kepala SMKN 7 Kota Bandung.
“Sekarang kita bergeser ke program Humas Hubin, itu adalah program pokok dimana kita bekerja sama dengan banyak pihak sebagai upaya agar para siswa bisa PKL dengan mudah dan bekerja secara tersalurkan, dan selama praktek dapat dibantu oleh pihak industri. Kita bekerja sama dengan beberapa industri dan perguruan tinggi, misalkan pada jurusan otomotif kita bekerja sama dengan PT Astra. Sehingga para siswa selama pembelajaran, prakteknya mereka pun sudah di indsutri. Jadi bukan hanya waktu PKL saja” tambahnya.
Beralih mengenai pembelajaran dan kurikulum dalam situasi pandemi yang belum berakhir ini, kata Agus yang juga pernah menjadi Kepala SMKN 14 Kota Bandung dan SMKN 3 Cimahi, masih adaptif dalam penerapannya yang sesuai berdasarkan arahan Kemendikbud.
Dirinya melakukan optimalisasi peran LSP (Lembaga Seritifakasi Profesi). Proses sertifikasi para siswa dituangkan dalam bentuk UKK (Uji Kompetensi Keahlian) yang diberlakukan kepada hampir semua jurusan khususnya lima jurusan yang dilakukan oleh LSP. Pada jurusan DPIB /Bangunan dalam pelaksanaanya bekerjasama dengan PUPR. Kemudian guna tercapainya optimalisasi pada KBM (Kegiatan Belajar Mengajar) secara daring, Agus melakukan pengembangan pada sistem IT dan peningkatan kinerja Bapak Ibu Guru SMKN 6.
Lahan untuk dijadikan sport center SMKN 6 Kota Bandung
Sedangkan Pembinaan kesiswaan, kegiatan ekstrakurikuler pun masih terhambat. Agus menegaskan bahwa pembinaan oleh Guru BK (Bimbingan Konseling) akan lebih korektif ke depannya. Penanganan siswa dalam situasi ini akan dilakukan dengan cara “home visit” atau guru yang datang ke rumah siswa yang bermasalah. Parameter siswa bermasalah dipatok pada siswa yang kurang di kehadiran/absensinya baik pada saat belajar praktek maupun PJJ (Pembelajaran Jarak Jauh) di rumah. Oleh karena itu penanaman kedisiplinan maupun pendalaman karakter ikut terkendala.
Dibalik fakta atau fenomena mengenai SMKN 6 yang berdinamika dalam pelaksanaan kegiatannya, Agus tetap optimis dan fokus pada potensi yang terdapat di SMKN 6.
Konkritnya adalah SMK 6 menjadi sekolah BLUD (Badan Layanan Umum Daerah) dari 35 sekolah yang ada. Dengan menjadi sekolah BLUD, SMKN 6 dapat mengupayakan dalam pengoptimalan peningkatan proses pembelajaran di sekolah.
“Alhamdulillah tiap jurusan sebenarnya punya potensi yang luar biasa untuk di dagangkan untuk berproduksi. Contohnya di jurusan TKR (otomotif) sudah bisa bikin simulator untuk bisa dipakai di berbagai sekolah yang mempunyai jurusan otomotif. Kemudian di jurusan DPIB bisa membuat perencanaan bangunan, jurusan TAV (Teknik Audio Video) yang sudah memproduksi speaker untuk running text . Kemudian pada jurusan mesin sudah membuat MoU dengan sebuah perusahaan di Jakarta dan mereka mempercayakan pembuatan Molding di sekolah kita. Intinya banyak jurusan yang punya potensi dan bisa dikembangkan untuk menambah income bagi sekolah” ujar Agus.
SMKN 6 pun baru mengajukan menjadi SMK PK (Pusat Keunggulan), namun masih dalam tahap seleksi di Jakarta. Adapun yang diunggulkannya adalah jurusan mesin sebagai persyaratan SMK PK. Dengan potensi jurusan ini dirasa dapat menjadi penggerak bagi jurusan-jurusan yang lain untuk lebih berkembang.
SMKN 6 Kota Bandung, menuju SMK Pusat Keunggulan
Selain itu SMKN 6 sudah memiliki kelas industri yang bekerja sama dengan Samsung. Kurikulum serta penataan ruang kelas yang diberikan mengikuti standar dari Samsung. Selain Samsung, pihak yang bekerja sama dengan sekolah juga antara lain PT Buma, PT Astra dan yang paling baru adalah PT Sahara.
Terakhir yaitu program Sekolah Pencetak Wirausaha/SPW dikelola secara khusus oleh Ibu Yuningsih dan Pak Maman dari internal sekolah. Siswa diberikan stimulus untuk modal berusaha dalam rangka menjadi wirausaha, dengan harapan modal/dana dapat bergulir dan dikembalikan ke kelompok siswa yang lain. Dengan SMK 6 yang sudah menjadi BLUD maka SPW dapat menunjang perkembangan kewirausahaan di sekolah.
“Yang terpenting dari sisi managerial yaitu adanya pola-pola baru yang diterapkan agar lebih efektif dari sisi pengelolaan pendanaan, pengelolaan bantuan-bantuan dan lainnya juga lebih akuntable” tambah Agus.
Harapannya adalah agar tujuan sekolah sebagai SMK dapat terwujud dengan target para siswanya dapat mudah bekerja setelah lulus.
“Menurut saya semua tujuan dapat tercapai di SMK 6 ini dengan dasar sekolahnya nyaman bagi guru, pegawai dan siswa. Faktor kenyamanan bekerja adalah yang terpenting untuk menumbuhkan motivasi dalam melakukan pekerjaan, tidak harus dengan program yang nampak, namun semua program saya yang telah dijabarkan memiliki inti untuk fokus kesitu,” tutup Agus. [SR]***