majalahsora.com, Kabupaten Bandung Barat – Banjir bandang yang melanda tiga titik di Kecamatan Ngamprah dan Padalarang, Kabupaten Bandung Barat, Selasa 31 Desember 2019 lalu, telah membuat beberapa penduduk setempat kehilangan harta benda dan merusak rumah mereka.
Salah satu titik yang terkena dampak terparah yaitu di RT 05 RW 02, Desa Cipeundeuy, Kecamatan Padalarang.
Menurut Dedi Ketua RT nya menjelaskan bahwa ada sekitar 77 KK yang terdampak dan mengungsi akibat bencana tersebut. Di samping itu ada 33 KK yang rumahnya mengalami kerusakan cukup berat, sisanya rusak ringan.
“Alhamdulillah, tidak ada korban jiwa. Waktu kejadian ada sekitar 300-an warga kami yang mengungsi. Namun kini 90 % berangsur sudah kembali ke rumahnya masing-masing,” kata Dedi, Rabu (8/1/2020) pagi.
“Ada 33 KK yang dinding rumahnya jebol di terjang air bah, termasuk harta bendanya ikut hanyut terbawa arus. Sedangkan barang elektronik rusak terendam, begitu juga dengan arsip dan surat berharga,” imbuhnya.
Dedi Ketua RT 05 RW 02, Desa Cipeundeuy, Kecamatan Padalarang Kab. Bandung Barat (Poto)
Lebih lanjut dari kacamata Dedi salah satu faktor terjadinya banjir bandang itu, dikarenakan air sungai Cihaur yang meluap akibat curah hujan yang tinggi. Hal itu mengakibatkan jebolnya tanggul sungai Cihaur.
“Banjir bandang tersebut baru kali pertama terjadi di wilayah kami. Sebelumnya belum pernah. Kalau banjir sih suka ada namun tidak separah ini,” kata Dedi.
Dirinya pun mengatakan bahwa setelah kejadian itu, banyak bantuan berdatangan baik dari Pemerintah Kabupaten Bandung Barat, perusahaan swasta, ormas, masyarakat dan lain sebagainya.
Di antaranya ada bantuan sembako, sandang, semen, bata merah, untuk membangun rumah warga dan tanggul yang jebol. Di samping itu puluhan anggota FPI juga membantu membersihkan lumpur dan air yang masuk ke dalam rumah warga.
Iwan berdiri tepang pada dinding rumahnya yang jebol diterjang banjir bandang sungai Cihaur (Poto)
Kepada majalahsora.com Dedi mengatakan bahwa warganya masih memerlukan bantuan, dan bisa disalurkan ke posko di RT 05/02. Di antaranya kasur busa.
Sementara itu Iwan yang sehari-harinya membuka usaha roti dan isi ulang air minum, kini berhenti berproduksi, karena alat-alatnya terendam air.
Kalau secara taksiran kerugian yang dideritanya mencapai Rp 150 jutaan.
“Barang-barang produksi roti dan air isi ulang terendam. Sebagian ada yang terbawa hayut, karena dinding rumah saya jebol terkena air bah,” kata Iwan.
Saat kejadian Iwan tidak mengungsi. Tubuhnya sempat terendam air setinggi 160 cm. Sebelum akhirnya ia bisa naik ke lantai dua rumahnya, untuk memutuskan aliran listrik.
Ia pun berharap kejadian tersebut tidak terulang. Secepatnya bisa bangkit dan mendapat bantuan. [SR]***