Drs. A. Hendi Suhendi, M.Pd, Kepala SMKN 1 Kota Cirebon
majalahsora.com, Kota Cirebon – SMKN 1 Kota Cirebon Senin (30/7/2018) lalu dikunjungi 35 orang Kepala Sekolah dari Jawa Tengah, yang terdiri dari 15 Kepala SMA, 15 Kepala SMK dan 5 Kepala SLB, disertai pembimbing dari Dinas Pendidikan, LP2KS serta BPSGM Propinsi Jawa Tengah.
Tujuannya untuk studi banding, utamanya bagi SMK di Jateng yang memang nantinya bisa diadopsi hal itu bila ada penyesuaian dengan program-program yang ada di Jawa Tengah.
“SMKN 1 Kota Cirebon merupakan sekolah rujukan/contoh/revitalisasi, sementara di sekolah kami belum mencapai revitalisasi, sehingga banyak hal yang didapat dari apa yang dipaparkan oleh pihak SMKN 1 Kota Cirebon,” ujar Sufaan Kepala SMKN 3 Jepara, yang ikut hadir, Senin (30/7/2018).
Lebih lanjut, dirinya akan mengadopsi mengenai kegiatan belajar/mengajar TKJ komputer jaringan yang ada di SMKN 1 Kota Cirebon dan diimplementasikan di sekolahnya. “Kebetulan di kami ada kompetensi keahlian bisnis manajemen, serta tehnik yaitu TKJ sama dengan di SMKN 1 Cirebon,” imbuhnya.
Saat ditanya oleh majalahsora.com mengenai SMK khususnya di Indonesia, ia berharap SMK di Indonesia bisa lebih maju, bisa mengimplementasikan kebijakan dari Dirjen dan Kementerian Pendidikan. “Saya salut melihat SMKN 1 Kota Cirebon, tadi saya lihat profilnya banyak prestasinya,” kata Sufaan.
Sementara itu, Hendi Kepala SMKN 1 Kota Cirebon, menerangkan bahwa sekolahnya dikunjungi 35 Kepsek SMA/SMK/SLB dari Jateng, dengan tujuan supervise/kunjungan ke sekolahnya untuk melihat pelayanan serta pembelajaran di SMKN 1 Kota Cirebon yang merupakan sekolah rujukan/revitalisasi (se Indonesia baru ada 125 sekolah).
Lebih lanjut Hendi menjelaskan, bahwa pihaknya melakukan persentasi di hadapan para tamu, setelah itu dilaksanakan diskusi. “Sebetulnya waktunya terlalu mepet, tidak semua meninjau ke sekeliling lingkungan sekolah kami. Tadinya mau mengajak semua peserta berkeliling, melihat-lihat keadaan sekolah kami. Jadi kami hanya bisa sampaikan melalui persentasi saja,” katanya.
Pada kesempatan yang sama, Raswa menjelaskan mengenai strategi SMKN 1 Kota Cirebon dalam mengelola sekolahnya, salah satunya dalam upaya meningkatkan keterserapan lulusannya di dunia kerja. “Kami paparkan bahwa sekarang itu mengelola SMK harus berubah yang tadinya kita memasarkan tamatan, menjadi menghasilkan tamatan yang dibutuhkan pasar kerja,” terangnya.
Lebih lanjut, Raswa megatakan, bahwa keterkaitan dengan hal tersebut, ada beberaba perubahan yang telah dilakukan di kampusnya, yaitu mengimplementasikan delapan standar isi nasional pendidikan harus berubah. “Bukan memulainya dari kurikulum dulu, atau mulai dari tenaga pengajar, sarana prasara, tapi memulai dengan apa yang dibutuhkan oleh pasar kerja, kompetensi apa yang dibutuhkan oleh pasar kerja,” katanya.
Nur Sufaan Kepala SMKN 3 Kabupaten Jepara, Jawa Tengah
Masih kata Raswa, kalau sudah mendapatkan kompetensi yang dibutuhkan dunia kerja, kemudian dirumuskan dalam standar kompetensi lulusan (SKL), ada kaitannya dengan pasar kerja. Setelah itu membuat cara mengevaluasinya. “Untuk itu pemerintah pusat menekankan agar di setiap SMK ada LSP (Lembaga Sertifikasi Profesi) hasil rumusan dari Kemenaker dan BNSP,” papar Guru yang bergelar Doktor.
Langkah berikutnya, ujar Raswa baru berbicara mengenai standar isi dan proses (kurikulum), dilanjut standar guru dan tenga pendidikan, sarana prasarana, serta pembiayaan & tata kelola.
Kini di SMKN 1 Kota Cirebon sendiri, memiliki 10 kompetensi keaahlian, sepeti Rekayasa Perangkat Lunak, Teknik Komputer Jaringan, Teknik Elektronika Industri, Teknik Gambar Bangunan, Teknik Permesianan, Terknik Perbaikan Bodi Otomotif, Teknik Kendaraan Ringan, Teknik Otomasi Industri, Pemanfaatan Tenaga Listrik, serta Pedingin Tata Udara, dengan jumlah siswa lebih dari 2000 peserta didik.
**
Berkaitan dengan sekolah revitalisasi, majalahsora.com mengutip dari laman psmk.kemdikbud.go.id, bahwa revitalisasi SMK diharapkan mampu memberikan dampak positif terhadap peningkatan mutu SMK dengan dua orientasi baru. Pertama, mengantisipasi datangnya gelombang Revolusi Industri 4.0 dengan segala teknologi desruptif yang menyertainya; dan kedua, orientasi pengembangan keunggulan potensi wilayah sebagai keunggulan nasional untuk menciptakan daya saing bangsa. Pilar pertama memperkokoh jalinan SMK dengan dunia usaha dan industri Abad XXI, pilar kedua mendongkrak keunggulan lokal menjadi keunggulan global.
Dr. Raswa, M.Pd., Wakil Manajemen Mutu SMKN 1 Kota Cirebon
Perkembangan teknologi desruptif akibat Revolusi Industri 4.0 menjadi perhatian utama dalam revitalisasi dan pemutakhiran bidang-bidang keahlian di SMK. Sejalan dengan itu, empat potensi wilayah prioritas pembangunan nasional, yaitu Kemaritiman, Pariwisata, Pertanian, dan Industri Kreatif, menjadi prioritas garapan untuk mendongkrak keunggulan lokal ini menjadi daya saing bangsa di tingkat global.
Dalam babak awal revitalisasi SMK, tahun ini Kemendibud merintis 125 SMK yang memiliki bidang keahlian yang sesuai prioritas pembangunan nasional, yaitu Kemaritiman, Pariwisata, Pertanian, dan Industri Kreatif yang tersebar di seluruh Indonesia sebagai pilot. Empat sektor unggulan nasional tersebut diproyeksikan akan memperkuat daya saing bangsa dan sektor ini diprediksi akan menyerap sejumlah besar tenaga kerja. Selain itu, Kemdikbud juga merintis 94 SMK bidang keahlian lainnya, seperti Teknologi dan Rekayasa; Bisnis dan Manajemen; Teknik Informatika dan Komunikasi; Kesehatan dan Pekerjaan Sosial; dan Energi dan Pertambangan, sebagai rujukan dan pendukung prioritas pembangunan nasional.
Terdapat enam isu strategis yang menjadi prioritas revitalisasi SMK, yakni penyelarasan dan pemutakhiran kurikulum; inovasi pembelajaran; pemenuhan dan peningkatan profesionalitas guru dan tenaga kependidikan; dan kemitraan sekolah dengan dunia usaha/dunia industri (DU/DI) dan perguruan tinggi; standarisasi sarana dan prasarana utama; dan penataan/pengelolaan kelembagaan.
Penyelerasan dan pemutakhiran kurikulum SMK memprioritaskan kesesuaian perkembangan teknologi dan kesesuaian dengan kebutuhan riil dunia usaha dan industri (DUDI). Pemerintah juga telah mendukung program kerja sama industri dengan melibatkan peran guru kejuruan melalui program keahlian ganda yang didukung dengan program magang industri untuk guru produktif dan guru tamu dari industri. Peningkatan kebekerjaan lulusan SMK akan didorong melalui pemberian sertifikasi kompetensi lulusan melalui Lembaga Sertifikasi Profesi Pihak Satu (LSP-P1). Selain itu, perluasan teaching factory di SMK dirancang agar mendorong inovasi dan produktivitas lulusan SMK.
Edi Susianto, S.Pd., Dr. Raswa, M.Pd., Wakil Manajemen Mutu, serta Drs. Zaenal Abidin M.M.Pd., Staf Mutu SMKN 1 Kota Cirebon
Revitalisasi SMK ini juga didukung oleh sejumlah perguruan tinggi melalui pendampingan SMK dan pengembangan inovasi. Ada 12 Perguruan Tinggi di Indonesia yang terlibat sebagai Pendamping 125 SMK Revitalisasi yaitu Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung, Universitas Negeri Jakarta (UNJ), Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), Universitas Negeri Malang (UM), Universitas Negeri Surabaya (UNESA), Universitas Negeri Makassar (UNM), Universitas Negeri Padang (UNP), Universitas Negeri Medan (UNIMED), Universitas Negeri Semarang (UNNES), Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya, Politeknik Negeri Jember, dan Sekolah Tinggi Pariwisata NHI Bandung. Program pendampingan juga melibatkan Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan (P4TK), Lembaga Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan (LP3TK), dan Industri mitra masing-masing SMK. Dalam melaksanakan program revitalisasi, pendampingan dilakukan pada bidang yang relevan dengan kompetensi masing-masing pendamping.
Dalam implementasi revitalisasi SMK, Kemendikbud tidak bekerja sendirian. Inpres Nomor 9 tahun tahun 2016 juga menugaskan Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi; Kementerian Perindustrian, Kementerian Ketenagakerjaan; Kementerian Kelautan dan Perikanan; Kementerian Perhubungan; Kementerian Badan Usaha Milik Negara; Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral; serta Kementerian Kesehatan. Sinergi tersebut dilakukan untuk melahirkan generasi millenial Indonesia yang produktif dan berdaya saing global. [SR]***