majalahsora.com, Kabupaten Bandung – Sebanyak 1.470 pelari ikuti lari maraton bertema lingkungan dalam ajang West Java Eco Marathon (WJEM) 2017. Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan (Aher) melepas secara langsung para peserta lari di Lapangan Tanara, Malabar, Pangalengan, Kabupaten Bandung, Minggu (15/10/17) pagi.
Eco Marathon ini melombakan empat kategori, yaitu kategori 5k (kilometer), 10k, 21k, dan 42k (full marathon). Tercatat peserta tidak hanya berasal dari dalam negeri, ada juga peserta dari 10 negara lain. Selain untuk olahraga dan ajang promosi pariwisata Jawa Barat, event ini sekaligus sebagai kampanye cinta dan pelestarian lingkungan, sesuai dengan nama dari event lari ini.
“Eco Marathon ini pertama kali di dunia dan bisa menjadi tren tersendiri. Mudahan-mudahan event ini bisa digelar setiap tahun, nanti lokasinya bisa berpindah-pindah,” ungkap Aher usai melepas peserta WJEM 2017.
Untuk itu, sebagai pembeda dengan event maraton lain, WJEM 2017 mengambil lokasi lari di alam eksotis Jawa Barat. Para pelari mendapat sensasi berbeda ketika berlari karena melewati bukit; Perkebunan Teh Malabar, Kertamanah, dan Cinyiruan; sungai, danau, kebun sayuran, desa dan permukiman, hingga area Geothermal Wayang Windu di Pangalengan, Kabupaten Bandung.
“Ada uniqness yang diselenggarakan di sini, yang biasanya maraton ini digelar di jalan-jalan raya, kali ini justru maraton diselenggarakan di pegunungan, di tempat-tempat atau jalan-jalan yang menembus pegunungan. Ini unik dan oleh karena uniknya itu kita sebut dengan Eco Marathon, sebab akrab dengan alam,” ujar Aher.
Ajang Eco Marathon ini sekaligus kampanye lingkungan kepada masyarakat. Dengan tema ini diharapkan akan tumbuh kepedulian masyarakat tentang pentingnya merawat lingkungan. Sebab lingkungan alam menjadi pemasok kebutuhan kehidupan manusia.
“Kita mengkolaborasikan antara olahraga dengan marathonnya di satu sisi, lalu dengan eco-nya di sisi yang lain, menjadi kolaborasi olahraga dan kampanye lingkungan. Oleh karena itu, kita berpesan lewat olahraga ini supaya masyarakat Jawa Barat, masyarakat dunia memperhatikan lingkungan. Karena lingkungan adalah pemasok bahan-bahan kebutuhan kita, pasokan sandang, pangan, papan dipasok oleh lingkungan,” kata Aher.
Tercatat peserta terbanyak untuk kategori 5k dan 10k. Sementara peserta kategori 21k diikuti 200-an peserta dan 42k sebanyak 100-an peserta. Peserta 21k dan 42k rata-rata merupakan pelari profesional atau atlet. Selain itu, di antara salah satu peserta terlihat Istri Gubernur Jawa Barat, Netty Prasetiyani Heryawan. Netty mengambil kategori 10k dalam WJEM 2017 ini.
“Alhamdulillah ini diselenggarakan pertama kali namun animonya cukup tinggi,” tutur Aher.
WJEM 2017 tidak hanya diikuti peserta dewasa. Banyak peserta merupakan anak-anak usia sekolah. Para peserta mengaku senang bisa ikut ambil bagian dalam maraton ini. Salah satu peserta perempuan berasal dari Salatiga, Jawa Tengah, Ambar Winarsih (22) mengaku baru pertama kali mengikuti ajang maraton bertema lingkungan.
“Kalau trial run kayak gini udah dua kali. Tapi kalau untuk maraton dengan tema lingkungan kayak gini baru pertama kali,” ucap Ambar yang juga atlet dari salah satu klub lari di Jawa Tengah.
Ambar menambahkan ajang Eco Marathon ini punya rute yang menantang. Dia berharap WJEM bisa digelar tiap tahun mengingat antusiasme masyarakat yang cukup tinggi. Dalam WJEM 2017 ini Ambar berhasil menjadi Juara 1 untuk kategori 10k Woman. Atas prestasinya ini dia menyabet uang tunai senilali Rp 20 juta.
“Sangat keren rutenya. Terus itu menantang juga. Makanya agak kaget juga tadi melihat rutenya di tengah perjalanan. Agak menantang, jalannya banyak batunya gitu, kalau kita nggak hati-hati bisa keseleo,” pungkas Ambar.
Netty Heryawan Finisher 10K
Ketua TP PKK Provinsi Jawa Barat Netty Heryawan turut menjadi peserta dan berhasil tiba di garis finish 10K pada West Java Eco Marathon (WJEM) 2017. Kepada awak media Netty mengakui bahwa kesehatan itu 80% dipengaruhi perilaku hidup bersih dan sehat. Menurutnya, menjaga pola hidup sehat bisa dilakukan dengan cara mudah dan murah. Salah satunya dengan latihan fisik secara rutin, yaitu lari.
“Saya menyadari bahwa kesehatan itu 75 hingga 80 persennya dipengaruhi oleh perilaku hidup bersih dan sehat, salah satunya dengan latihan fisik yang rutin. Jadi dengan olahraga kita nggak cepat lelah dan cepat ngantuk, kemampuan kita menahan sakit juga melampaui masyarakat pada umumnya,” kata Netty.
“Saya ingin memotivasi masyarakat bahwa gerakan hidup sehat ini ternyata bisa dilakukan dengan cara yang mudah dan murah, yaitu lari. Nggak perlu alat yang mahal dan ribet,” lanjutnya.
Netty mengaku lari di alam terbuka dan ikut serta maraton bertema lingkungan baru pertama kali dia lakukan. Disambut sang suami, Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan di garis finish, Netty menceritakan antusiasnya akan jalur lari yang menyuguhkan pemandangan indah, membuatnya tak henti berdecak kagum.
“Alhamdulillah saya bersyukur sampai di titik finish meskipun dari segi persiapan saya tidak terlalu mempersiapkan diri secara khusus karena padatnya kegiatan beberapa hari ini,” tutur Netty.
“Saya pun mengapresiasi pilihan lokasi dan rute yang dipakai panitia, karena memberikan tantangan tersendiri bagi para pelari yang berlari di tengah perkebunan, perbukitan dan banyak sekali pemandangan-pemandangan indah lainnya. Jadi ini betul-betul sebuah event lari yang sangat menyenangkan,” sambungnya.
West Java Eco Marathon diselenggarakan oleh Pemerintah Provinsi Jawa Barat, untuk mendukung promosi pariwisata. Dan setiap tahunnya akan digelar dengan jalur berbeda sesuai dengan kampanye pariwisata Jawa Barat ‘Gurilap’.
West Java Eco Marathon pertama menyajikan “Feel The Breeze”. Di ketinggian 1.100-1.750 dpl, udara sejuk Bandung Selatan tersaji venue favorite tempat berlatih atlet-atlet top lari Indonesia.
“Tentu saja dalam konteks pariwisata dan kebudayaan ini bisa menjadi salah satu sarana yang bisa membuktikan betapa indahnya alam Jawa Barat. Saya pikir Jawa Barat memiliki potensi wisata, tahun depan mungkin bisa diselenggarakan di Jabar Selatan,” ujar Netty.
Dalam kesempatan ini, tak lupa Netty mengingatkan masyarakat Pangalengan Kab. Bandung tentang ketahanan keluarga dan menjauhkan segala jenis kekerasan keluarga dalam bentuk apapun.
“Pesan saya, hari ini mari kita bangun ketahanan keluarga. Jangan ada orangtua ‘nyasar’ di Jawa Barat. Orangtua ‘nyasar’ adalah orangtua yang ingin anaknya sukses, anaknya sholeh, tapi tidak tahu caranya hingga melakukan kekerasan. Mari sama-sama kita bangun keluarga yang harmonis, keluarga yang penuh dengan cinta dan kasih sayang,” tutup Netty. [SR]**